MAKALAH
AKHLAK DAN TASAWUF
Dosen Pembimbing:
Dra. Yusfaneti, S.Ag
Disusn oleh
Kelompok 4
Anggota:
1.
Herti Gustina A1B112005
2.
Dina Bahari A1B112019
3.
Laksmita A1B112011
4.
Mery Asparina A1B112031
5.
Riesty Agustin A1B112045
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat, inayah, taufik dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun
dalam rangka untuk melaksanakan tugas
dengan materi mengenai akhlak dan tasawuf.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, harapan bagi para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Jambi, _ November 2012
Penyusun
Kelompok 4
i
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................
2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................................
2
1.5 Tinjauan Pustaka..........................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
3
2.1 Akhlak dan
Tasawuf...................................................................................................
3
2.2 Etika, Moral
dan Akhlak.............................................................................................
4
2.3 Hubungan Akhlak
dan Tasawuf.................................................................................
5
2.4 Akhlak dan
Aktualisasinya dalam Kehidupan............................................................
6
2.5 Jalan Menuju
Akhlakul Karimah.................................................................................
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................
11
3.2 Saran..........................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam membangun
sebuah masyarakat, akhlak sering dijadikan sebagai fokus utama untuk
merekonstruksi sebuah masyarakat. Hal ini tentu saja sangat keliru mengingat
akhlak adalah dasar bagi pembentukan individu. Jika kita menitik beratkan dakwah kita pada akhlak, maka yang timbul
adalah pengkultusan pada tokoh tertentu tanpa mengetahui sebabnya kenapa harus
berbuat seperti itu. Untuk merekonstruksi sebuah masyarakat hendaklah berdakwah
yang berlandaskan pada pemikiran, karena dengan pemikiran suatu masyarakat akan
bisa bangkit dari keterpurukan menuju keadaan yang lebih baik. Walaupun
demikian, pembinaan akhlak tidak boleh dikesampingkan. Semua harus berjalan
beriringan sehingga menghasilkan output
yang baik bagi dakwah kita. Tinggal bagaimana kita menentukan fokus yang akan
kita ambil, apakah ingin menitiberatkan pembentukan karakter dengan akhlak atau
pembentukan sistem yang berlandaskan pada dakwah pemikiran sebagai
sarana untuk menegakan hukum. Semua itu tergantung pada analisis kondisi objek
yang akan kita ubah. Dengan demikian kita bisa menentukan strategi yang cocok
untuk merubah masyarakat menjadi lebih baik lagi.
Perbaikan
akhlak adalah tujuan dari pendidikan dan kehidupan manusia secara keseluruhan.
Pendidikan secara individual dimaksudkan untuk membersihkan hati dari godaan
hawa nafsu (syahwat) dan amarah (ghadhab), hingga ia jernih bagaikan
cermin yang dapat menerima cahaya Tuhan. Di dalam hati yang jernih dan bersih
itu, iman akan dengan mudah tumbuh dan berkembang subur. Ia akan menebarkan
cahaya ke seluruh anggota tubuh yang alim baik lahir maupun batin. Hati orang
yang bersih, semakin baik pula akhlaknya, hati orang yang kotor apabila ia
melakukan dosa dan maksiat akan menghitamkan hatinya dan akan kabur pula
perbuatan dan akhlaknya. Akhlak merupakan dasar pelaksanaan tasawuf sehingga
dalam konteksnya tasawuf mementingkan akhlak
1.2
Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi penyimpangan atau kerancuan dalam
pembahasan makalah ini, maka dibuat rumusan masalah sebagai batasan dari
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini meliputi:
1.
Apa pengertian akhlak dan tasawuf
2.
Apa itu etika, moral dan akhlak
3.
Bagaimana hubungan akhlak dan tasawuf
4.
Bagaimana akhlak dan aktualisasinya dalam kehidupan
5.
Bagaimana menuju akhlakul karimah
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dan penulis dapat mengetahui
tentang:
1.
Pengertian akhlak dan tasawuf
2.
Etika, moral dan akhlak
3.
Hubungan akhlak dan tasawuf
4.
Akhlak dan aktualisasinya dalam kehidupan
5.
Jalan menuju akhlakul karimah
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu diharapkan pembaca
maupun penulis dapat memahami tentang akhlak dan tasawuf dan agar dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wadah untuk memperbanyak
pahala.
1.5
Tinjauan Pustaka
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan materi pembahasan dengan mengadakan
telaah ke pustaka dan mencari ke media internet. Kemudian dari berbagai sumber
tersebut dirangkum dengan memperhatikan materi yang dibahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Akhlak dan Tasawuf
1. Pengertian Akhlak
Secara
bahasa akhlak berasal dari kata اخلق – يخلق – اخلاقا artinya perangai, kebiasaan, watak,
peradaban yang baik. Akhlak adalah
hal ihwal yang melekat dalam jiwa, daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang
mudah tanpa dipikirkan dan diteliti oleh manusia. Akhlak merupakan representasi dari pemikiran seseorang
yang nampak dari luar. Akhlak sering dijadikan parameter baik buruknya
seseorang dilihat dari sudut pandang manusia. Akhlak bersifat relatif dalam hal penilaian walaupun hanya disandingkan dari
dua sisi yaitu baik dan buruk.
2.
Pengertian
Tasawuf
Secara bahasa tasawuf berarti saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani:
hikmah), suf (kain wol) atau sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,
beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap
bijaksana.
Menurut istilah yaitu upaya mensucikan diri dengan cara
menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah
Swt. Atau dapat
juga diartikan suatu kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar
selalu dekat dengan Tuhan.
Dalam
konteks Islam tradisional tasawuf berdasarkan pada kebaikan budi (adab) yang
akhirnya mengantarkan kepada kebaikan dan kesadaran universal. Kebaikan dimulai
dari adab lahiriah serta
tetap berada dalam batas-batas yang diizinkan Allah, dimulai dengan mengikuti
syariat Islam yang merupakan jalan ketaatan kepada Allah. Jadi, tasawuf dimulai
dengan mendapatkan pengetahuan tentang amal-amal lahiriah untuk membangun,
mengembangkan dan menghidupkan keadaan batin yang sudah sadar.
2.2
Etika, Moral dan Akhlak
1.
Etika
Secara bahasa etika berasal dari
bahasa Yunani ethos yang berarti adat istiadat. Etika dalam kamus diartikan
sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Menurut istilah etika adalah ilmu
yang menjelaskan baik dan buruk dan menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
manusia.
Konsep etika bersifat humanistis dan
anthropocentris karena didasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan pada
perbuatan manusia. Dengan kata lain, etika adalah aturan yang dihasilkan
oleh akal manusia.
Komponen yang terdapat dalam etika
meliputi 4 hal yaitu sebagai berikut:
1.
Objek, yaitu perbuatan manusia
2.
Sumber, berasal dari pikiran atau
filsafat
3.
Fungsi, sebagai penilai perbuatan
manusia
4.
Sifat, berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan zaman
2.
Moral
Secara
bahasa moral berasal dari kata mores (latin) yang
berarti kebiasaan, susila. Dalam kamus moral diartikan sebagai penentuan baik dan buruk
terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral merupakan istilah
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Acuan moral adalah sistem nilai yang hidup dan diberlakukan dalam masyarakat. Persamaan antara moral dan etika
terletak pada objeknya yaitu perbuatan manusia. Perbedaan keduanya terletak pada tolak ukur penilaian perbuatan.
3.
Akhlak
Berdasarkan
fungsinya, akhlak merupakan pemenuhan terhadap perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya,
bukan karena akhlak ini membawa manfaat atau madlarat dalam kehidupan. Walhasil
akhlak tidak dapat dijadikan dasar bagi terbentuknya suatu masyarakat. Akhlak
adalah salah satu dasar bagi pembentukan individu. Masyarakat tidak dapat
dipebaiki dengan akhlak, melainkan dengan dibentuknya pemikiran-pemikiran,
perasaan-perasaan Islami, serta diterapkannya peraturan Islam di tengah-tengah
masyarakat itu. Yang menggerakkan masyarakat bukanlah akhlak, melainkan
peraturan-peraturan yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat itu,
pemikiran-pemikiran, dan perasaan yang melekat pada masyarakat tersebut.
Untuk
menilai baik buruknya suatu akhlak bisa ditinjau dari dua pendekatan
yang paling banyak dilakukan, yaitu kebenaran relatif dan kebenaran mutlak.
1)
Pendekatan kebenaran relatif
Dalam pendekatan
kebenaran relatif, nilai sebuah
akhlak menjadi relatif karena
disandarkan pada penilaian subjektif manusia. Akhlak yang dianggap baik
oleh masyarakat di suatu tempat belum tentu baik bagi masyarakat di tempat lain,
misalnya bagi orang-orang barat bergaul bebas antara lawan jenis bukan hal yang
tabu tapi bagi orang-orang Islam yang taat
hal seperti itu tentunya sangat dilarang. Semua tergantung dari pemahaman
manusia tentang perbuatan yang dilakukan dan kebiasaan atau kebudayaan yang ada
di suatu tempat.
2)
Pendekatan kebenaran mutlak
Dalam pendekatan
kebenaran mutlak hanya ada satu sudut pandang yang menyatakan akhlak itu baik
atau buruk. Tidak ada perdebatan di antaranya karena sumber dari penetapan baik dan buruk itu bersifat pasti.
Perintah dan larangan Allah SWT yang terdapat dalam al-Quran merupakan parameter penentu baik buruknya suatu
akhlak tanpa memperhatikan apakah perasaan manusia menganggapnya baik atau
buruk.
Dari kedua
pendekatan di atas, dapat ditarik
sebuah benang merah bahwa penilaian sebuah akhlak hendaklah disandarkan pada kebenaran mutlak yang terdapat dalam
Al-Quran. Selain itu, akhlak yang biasa kita kategorikan sebagai akhlak yang
baik seperti jujur, sopan, ramah, dan lain-lain bisa saja menjadi akhlak yang
buruk jika hal itu bertentangan dengan perintah dan larangan Allah SWT.
2.3
Hubungan Akhlak dan Tasawuf
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan.
Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur
jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari
pelaksanaan tasawuf sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.
Sebagai makhluk sosial dalam menjalin hubungan terhadap sesama makhluk baik
dalam bermasyarakat, dengan kedua orang tua bahkan secara individu harus
senantiasa menjaga nilai-nilai akhlak. Dan dengan akhlak dan tasawuf, umat
Islam hendaknya terus berusaha membentuk serta menjaga sikap dan mental yang
selalu memelihara kesucian diri, kebersihan hati, beribadah, hidup sederhana,
rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana dengan penuh
keikhlasan, kepasrahan dan ketenangan jiwa. Dengan demikian maka akan terjadi
proses suatu perbaikan akhlak yang diinginkan, tentunya dengan melakukan mujahadah dalam menekankan hawa nafsu
dan hati dari segala yang dapat mengotori jiwa.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tasawuf adalah proses pendekatan diri
dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan mensucikan hati, dan
untuk menuju kesempurnaan dan kemuliaan akhlak, jalan yang paling dekat ialah
tasawuf. Dengan kata lain, akhlak dan tasawuf adalah bidang kegiatan yang
berhubungan dengan pembinaan mental ruhaniah
agar selalu dekat dengan Tuhan. Inilah esensi atau hakikat tasawuf dan akhlak
yakni membina dan manjadikan mental rohani agar dapat mendekatkan diri kepada
Allah swt, bersih hati dan memiliki
sifat-sifat kesempurnaan yang mulia.
2.4
Akhlak dan Aktualisasinya dalam Kehidupan
Dalam kehidupan, kita tidak terlepas dari apa yang sudah ada dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah
satunya adalah akhlak. Akhlak akan
berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam sosial. Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani
hidup, apakah membentuk
karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya adalah sumber. Jadi, akhlak antar
sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang dilakukan punya nilai ibadah. Dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib
untuk mengarahkan segala kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya
dan berperilaku dengan perilaku yang dicintai Allah SWT. serta melaksanakan maksud dan tujuan dari terutusnya
baginda Rasullulah SAW yang bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan
Akhlak”
Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa: Kesempurnaan akhlak yang hanya untuk itu Rasullulah
diutus merupakan ukuran
baik dan tidaknya seseorang baik di dunia ini atau di akhirat nanti.
Akhlak dibagi menjadi 5, yaitu
sebagai berikut.
1.
Akhlak tehadap Allah
Berucap dan bertingkah laku terpuji terhadap Allah
SWT, baik melalui ibadah langsung maupun melalui perilaku tertentu yang
mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah di luar ibadah itu.
2. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri
meliputi: Setia
(Al-Amanah), benar (As-Shidqu), adil (Al-Adlu), memelihara kesucian diri (Al-Ifafah), malu (Al-Hayah), keberanian (As-Sajaah), kekuatan (Al-Quwwah), kesabaran (As-Shabru), kasih sayang (Ar-Rahman), hemat (Al-Iqtishad).
3. Akhlak terhadap keluarga
Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah
terhadap orang tua adalah: patuh, ihsan, berterima kasih, dan sebagainya.
4. Akhlak terhadap lingkungan
Seorang muslim dituntut
untuk menebarkan rahmat bagi seluruh
alam (rahmatan lil ‘alamin) yaitu memandang alam dan lingkungannya dengan penuh kasih sayang.
5. Akhlak terhadap sesama
Akhlak terhadap
sesama dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1)
Akhlak kepada sesama muslim
Sebagai umat pengikut Rasulullah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru besar
umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru karena kata rasulullah yang dinukilkan dalam sebuah hadist yang artinya
“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Yang dimaksud akhlak yang mulia adalah akhlak yang
terbentuk dari hati manusia yang mempunyai nilai ibadah setelah menerima
rangsangan dari keadaan sosial. Karena kondisi realitas sosial yang membentuk hadirnya karakter seseorang untuk
menggapai sebuah keadaan.
2)
Akhlak kepada nonmuslim
Akhlak kepada nonmuslim ini pun diajarkan dalam agama karena siapa pun mereka, mereka adalah makhluk Tuhan yang punya prinsip hidup dengan nilai-nilai
kemanusiaan. Namun sayangnya
terkadang kita salah menafsirkan bahkan memvonis siapa serta keberadaan mereka
ini adalah kesalahan yang harus dirubah mumpung ada waktu untuk perubahan diri. Karena hal ini tidak terlepas dari etika sosial sebagai makhluk yang hidup sosial.
Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani
yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bisa dicampur adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain. Apalagi masalah keyakinan yang terpenting adalah kita lebih
jauh memaknai kehidupan sosial karena dalam
kehidupan ada namanya etika sosial. Etika sosial tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup dan lain-lainnya.
2.5 Jalan Menuju Akhlakul Karimah
Jalan menuju akhlakul karimah banyak macamnya, di antaranya:
a.
Husnuzzan adalah
berprasangka baik atau disebut juga positive thinking. Lawan dari kata ini adalah
su’uzzan yang artinya berprasangka buruk atau negative thinking.
b.
Gigih atau kerja keras serta
optimis termasuk di antara akhlak mulia yakni percaya akan hasil
positif dalam segala usaha.
c.
Berinisiatif adalah perilaku
yang terpuji karena sifat tersebut berarti mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta
menhindarkan sikap terburu-buru bertindak ke dalam situasi sulit, bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu
perintah dan selalu
menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi guna kepentingan
masyarakat.
d.
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita
miliki demi sesuatu atau demi seseorang. Semua ini apabila dengan maksud atau dilandasi niat
dan tujuan yang baik.
e.
Tata krama terhadap sesama makhluk Allah SWT ini sangat dianjurkan kepada
makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran Allah kepada kaumnya.
f.
Adil dalam bahasa Arab dikelompokkan menjadi dua yaitu kata al-‘adl dan al-‘idl. Al-‘adl adalah keadilan yang ukurannya didasarkan
kalbu atau rasio, sedangkan
al-‘idl adalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan dapat dirasakan oleh
pancaindera seperti hitungan atau timbangan. Pengertian adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil juga berarti tidak berat sebelah, tidak memihak. Dengan demikian berbuat adil memerlukan hak dan
kewajiban secara seimbang tidak memihak dan tidak merugikan pihak manapun.
Dalam surat Al-Maidah ayat 8 dijelaskan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Berlaku
adil harus diterapkan kepada siapa saja
tanpa membedakan suku, agama atau status sosial. Oleh karena itu, hukum harus diterapkan secara adil kepada
semua masyarakat karena sekali
ada pihak yang merasa dizalimi dengan cara diperlakukan secara tidak adil, maka akan menimbulkan gejolak.
g.
Ridha menurut bahasa artinya rela, sedangkan menurut istilah ridha artinya menerima dengan senang hati segala
sesuatu yang diberikan Allah SWT. yakni berupa ketentuan yang telah ditetapkan baik berupa nikmat maupun saat
terkena musibah. Orang yang
mempunyai sifat tidak mudah bimbang, tidak mudah menyesal ataupun menggerutu atas
kehidupan yang diberikan oleh Allah, tidak iri hati atas kelebihan orang lain, sebab dia berkeyakinan bahwa semua berasal dari Allah
SWT, manusia hanya berusaha. Ridha bukan berarti menyerah tanpa usaha atau putus asa.
h.
Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang
berakibat pada hal positif atau bermanfaat.
i.
Sabar adalah tahan terhadap setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan sikap ridha dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
j.
Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam
menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
k.
Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki
dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan.
l.
Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang
yang dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu
permasalahan yang terjadi, baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.
m.
Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan
kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki
kelebihan, baik itu kelebihan postur tubuh, keturunan, status sosial, pekerjaan ataupun pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak adalah
hal ihwal yang melekat dalam jiwa, daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang
mudah tanpa dipikirkan dan diteliti oleh manusia. Sedangkan tasawuf merupakan
suatu kegiatan
yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan. Dengan kata
lain, akhlak
menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf sehingga dalam prakteknya tasawuf
mementingkan akhlak.
Akhlak dan tasawuf berhubungan dengan etika dan moral yang di antaranya
merupakan landasan dari akhlak dan tasawuf. Etika adalah ilmu yang menjelaskan baik
dan buruk dan menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Sedangkan moral
merupakan penentu
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Persamaan antara moral
dan etika terletak pada objeknya yaitu perbuatan manusia. Perbedaan keduanya terletak pada tolak ukur penilaian perbuatan.
Aktualisasi akhlak dalam kehidupan yaitu dapat dibagi menjadi: Akhlak
terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, akhlak
terhadap lingkungan dan akhlak terhadap sesama. Apabila hal itu telah dilaksanakan
dengan baik, maka sesorang tersebut telah bisa dikatakan sebagai manusia yang
berakhlakul karimah.
Jalan menuju akhlakul karimah bermacam-macam. Dalam konteks Islam, akhlakul
karimah merupakan akhlak yang baik dan amat disukai oleh Allah. Jika seseorang
telah menerapkan sikap akhlakul karimah, maka akan mendapatkan kebaikan dunia
dan akhirat.
3.2 Saran
Dengan mengucapkan
rasa syukur alhamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini. Untuk itu, kritikan dan saran sangatlah dibutuhkan untuk bisa diperbaiki
dan dipelajari untuk pembuatan makalah selanjutnya. Harapan penulis agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://doelmith.wordpress.com/2009/02/24/penyebab-terjadinya-insiden-lion-air/
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaq-macam-macam-akhlaq-terpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari/
Muhammad,
Ishak, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jambi: Sultan Thaha Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar