Sabtu, 17 Desember 2016

TOKOH-TOKOH SEJARAH ESTETIKA ZAMAN PERTENGAHAN



TOKOH-TOKOH SEJARAH ESTETIKA
ZAMAN PERTENGAHAN
Dosen Pengampu:
Prof. H. Yundi Fitrah, M.Hum, Ph.D

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1.    Dani Somdani        A1B112029
2.    Herti Gustina           A1B112005
3.    Mahdalena              A1B112021

Mata Kuliah              : Estetika dan Stilistika Sastra
Semester/Kelas        : II/A

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya untuk dijadikan acuan dalam diskusi pada mata kuliah Estetika dan Stilistika Sastra.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, baik dalam pengadaan sarana dan prasarana maupun pemberian ide-ide dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari akan adanya kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik maupun saran sangat diharapkan sebagai pembelajaran selanjutnya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis pribadi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

_, April 2013
Penyusun

Kelompok 4







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Zaman Purba............................................................................................. 3
2.2 Pengaruh Sudut Agama......................................................................... 3
2.3 Teori mengenai Simbol............................................................................ 5
2.4 Thomas Aquino (1225-1274).................................................................. 5
2.5 Konsep tentang Zaman Kuno dan Pertengahan............................... 8
BAB III PENUTUP........................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 9
3.2 Saran.......................................................................................................... 9
PERTANYAAN................................................................................................ 10
ii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Estetika merupakan filsafat mengenai keindahan. Dalam setiap karya sastra terdapat unsur estetik yang memperindah sebuah sastra, di dalam estetik terdapat estetik modern dan estetik tradisional, maka  Hal tersebut tidak terlepas dengan sejarah perkembangan mengenai estetika.
Dalam perkembangannya, pada zaman pertengahan estetika terdapat beberapa masa seperti masa purba dan masa kuno selain itu zaman pertengahan estetika juga sangat dipengaruhi oleh sudut agama. Dimana unsur-unsur estetik ada dalam setiap pernak-pernik perlengkapan peribadatan dan juga pada kesenian dan drama sangat dipengaruhi oleh sudut agama.
Pada zaman pertengahan yang lebih siknifikannya pada masa  purba terdapat gagasan-gagasan mengenai keindahan dan juga teori mengenai simbol-simbol. Dalam hal ini dikenal seorang tokoh Thomas Aquino yang mengemukakan uraian pendek mengenai keindahan. Konsep mengenai keindahan juga banyak dikemukakan oleh tokoh lainnya karena dalam setiap yang ada di semesta ini memiliki nilai estetika.

1.2  Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi penyimpangan atau kekeliruan terhadap makalah ini, maka perlu adanya rumusan masalah sebagai batasan-batasan terhadap pembahasan yang dibahas dalam makalah ini. Rumusan masalah tersebut di antaranya:
1.    Estetika masa purba;
2.    Pengaruh sudut agama terhadap estetika;
3.    Teori mengenai simbol;
4.    Thomas Aquino; dan konsep tentang zaman kuno dan zaman pertengahan.

1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini ialah supaya baik pembaca maupun penulis dapat mengetahui dan memahami mengenai sejarah estetika pada zaman pertengahan. Dan agar pengetahuan tentang sejarah estetika pada zaman pertengahan dapat dimanfaatkan sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Zaman Purba
Pseudo-Dionysius Areopagita (500) secara langsung tidak memegang peranan penting dalam filsafat keindahan, akantetapi karyanya sangat dipengaruhi oleh Neoplatonisme dan Agustinus. Mengenai keindahan ada beberapa gagasan yang kemudian mempengaruhi pandangan keindahan menjadi tradisional. Gagasan-gagasan itu dikembangkan selaras dengan garis besar seluruh karyanya yaitu dengan menekankan kepada peranan dari suatu susunan hirarkis yang mengadakan semua keikutsertaan cahaya yang mempengaruhi bagan lebih lanjut dalam teori tentang keindahan.

2.2 Pengaruh Sudut Agama
Sebelumnya, seni rupa, musik dan drama pada abad pertengahan didukung oleh para penguasa negara dan masyarakat, akantetapi jauh daripada dahulu dan sesudahnya pada abad pertengahan seni dipengaruhi oleh agama. Seperti pada tempat ibadah dengan segala perhiasannya, buku dengan perhiasan atau miniaturnya, pakaian dan alat-alat peribadatan, sastra, musik dan juga drama merupakan pengaruh agama terhadap seni. Kesenian dan karya seni berhubungan dengan agama dan dalam perkembangannya, seni dan religi berkaitan erat satu sama lain.
Di wilayah dunia bagian Barat yaitu sekitar laut tengah pada abad pertengahan, ada tiga agama yang menentukan perkembangan seni, yakni: Yahudi, Kristiani dan Islam. Ketiganya merupakan agama moneteis yang dalam sejarah berasal dari satu akar. Khususnya mengenai anggapannya tentang seni religius agama Yahudi dan sikap yang menjadi nyata dalam kesenian dari ilhamnya Kristiani.
Masalah keindahan ternyata kadang-kadang dikaitkan dengan ajaran agama, seperti lukisan-lukisan geometris Islam yang dipengaruhi oleh ajaran yang mengharamkan penggambaran makhluk hidup.
Dalam lingkungan Yahudi dan kemudian di lingkungan Islam sangat ditekankan transendensi Allah yang tidak dapat dan tidak diboleh digambarkan dalam berhala-berhala. Pendirian itu mempengaruhi secara khusus seluruh bidang seni rupa. Gambar-gambar atau patung yang berusaha menyatakan Allah atau yang ilahi itu dilarang, apalagi manusia dan biasanya hewan-hewan tidak boleh dipahat atau dilukiskan. Dari sudut lain jelaslah bahwa senirupa yang bermotif (umpamanya) bunga-bunga, daun-daun dan rantai ataupun hanya yang bermotif matematim sangat dikembangkan pula keahlian dalam memakai warna-warni gemilang, seni sajak, musik, arsitektur dalam tempat-tempat ibadah dan tempat berkumpul (Sinagoga, masjid serta istana-istana malahan rencana kota).
Seni religius dalam lingkungan kristiani ditandai dengan kepercayaan pada penjelmaan sabda ilahi sebagai manusia dalam diri Yesus Kristus. Maka manusia dan segala yang berhubungan dengan masyarakat dan sejarah manusia yang dainggap paling cocok untuk memperlihatkan Tuhan dan keterlibatannya dalam dunia. Dalam hal ini terdapat perbedaan antara lingkungan gereja di sebelah Timur Laut Tengah (Kabatrikan Istambul, Ryzantium Konstatinopel, Anthiokia, Iskandaria).
Yang pertama memang sangat suka akan seni religius dan segala bentuknya (spiritual) dipengaruhi oleh anggapan itu lepas dari madayarat terdapat upacara-upacara syurgawi, bagian barat (gereja latin) dipengaruhi oleh anggapan itu juga sampai sekitar menjelang abad ke-10, tetapi mulai sekitar tahun 1000 di Eropa Barat dalam banyak bidang (spiritual, senirupa, sastra, penyelenggaraan negara serta pengurus masyarakat dan perdagangan, lalu ilmu alam dan lain-lain) muncullah minat besar yang konkret, partikular dan individual itulah yang menjadi nyata dalam perkembangan seni khususnya dalam seni religius yaitu meminati dan menampilkan segala seluk beluk kehidupan manusia sedemikian rupa sehingga justru itulah yang menjadi lambang kehadiran Tuhan yang diperlukan dan dirindukan hati manusia.

2.3 Teori mengenai Simbol
Sebelum abad pertengahan, di lingkungan Kristiani telah berkembang teori dan filsafat mengenai makna dan peranan simbol. Salah satu sumber yang membahas mengenai makna dan peranan simbol ialah pada mazhab Iskandaria sejak abad ke-3 (klemenes origenes), khususnya mengenai tafsir kitab suci.
Teori mengenai simbol menjadi suatu gaya pendorong guna mengembangkan pelbagai bentuk seni dalam lingkungan kristiani. Teori dan filsafat mengenai kesenian dan karya seni yang akan muncul dalam masa modern dilatar belakangi anggapan-anggapan tentang simbol yang berasal dari lingkungan kristiani hampir sejak awalnya. Bedanya ialah bahwa dalam rangka seni religius dan dalam rangka itu menjadi a symbol of the beyond, sedangkan gaya symbol kesenian modern biasanya justru tidak menunjukkan suatu beyond yang bersifat trensenden melainkan suatu beyond manusiawi dan duniawi.
Di lingkungan Kristiani, teori mengenai simbol menjadi suatu gaya pendorong guna mengembangkan pelbagai bentuk seni.
                              
2.4 Thomas Aquino (1225-1274)
Filosofi lain yang terkenal pada zaman pertengahan adalah Thomas Aquino (1225-1274). Ia menulis mengenai esensi dari keindahan. Rumusannya yang terkenal adalah "keindahan berkaitan dengan pengetahuan".
Sesuatu disebut indah jika menyenangkan mata si pengamat, namun di samping itu terdapat penekanan pada pengetahuan bahwa pengalaman keindahan akan bergantung pada pengalaman empirik dari pengamat. Hal yang selalu mencolok adalah kondisi dan sikap terhadap subyek keindahan, persiapan individu untuk memperoleh pengalaman estetik.
Selanjutnya, ia berpikir bahwa keindahan adalah hasil dari tiga syarat: keseluruhan (lat. Integritas) atau kesempurnaan, keselarasan yang benar (lat. Proportio) dan kejelasan atau kecemerlangan.
Secara umum gagasan Thomas Aquinas merupakan rangkuman segala filsafat keindahan yang sebelumnya telah dihargai. Sejalan dengan Aristoteles, Thomas Aquinas menekankan pentingnya pengetahuan dan pengalaman empiris-aposteriori yang terjadi dalam diri manusia.
Ketika mengkaji secara empirik obyek yang sulit untuk didefinisikan atau diukur secara langsung, pendefinisian dapat dipermudah dengan perbandingan dengan obyek-objek atau benda lain, yang lebih mudah untuk dikaji, karena telah dikenal. Kemudian, daripada menggunakan real definition untuk sementara dapat digunakan definisi nominal untuk objek atau benda tersebut. Cara ini telah dimanfaatkan dalam pengkajian tentang keindahan oleh St. Augustinus dan Thomas Aquino.
Thomas  beranggapan mengenai keindahan merupakan suatu rangkuman dimana segala unsur lama dihargai dengan mengetengahkan peranan dan rasa si subyek dalam terjadinya keindahan. Dalam seluruh karya Thomas terdapat beberapa uraian pendek mengenai keindahan.
Tentang Thomas Aquino dianggap penting untuk dipelajari karena:
a.    Memuat suatu unsur baru yang merupakan perintis jalan bagi perkembangan anggapan tentang keindahan selama masa modern, dan
b.    Selain itu Thomas amat seringkali dikutip dalam penjelasan-penjelasan mengenai keindahan.
Rumus Thomas yang paling terkenal adalah Pulchum respicit vim cognitivan, puchra enim dicuntur quac visa placent atau Inggrisnya: beauty has to do with knowledge: we call a thing beautifull when it release the eye of the beholder ( St Thomas Aquinas, Summa technology, atin text and English Translation, con ed, Thomas Gilby, London New York, 1963-1977, 60 jilid, 2 halaman, 72-73). Di samping itu tekanan pada pengetahuan dalam kutipan ini paling menyolok peranan subyek dalam hal keindahan.
Rumus lain yang terkenal ialah ad pulchuritudinem tria requireruntur, primoquidem integritas sive perfesto, et debita proportio sive consonantia, at iterum claritas (summa theol I, 29 8c) dengan Inggrisnya: beauty must include throe qualities integrity of completenoss, right proportion or harmony and brightness (terbitan yang sudah dikutip jilid 7, halaman 132-133). Unsur-unsur itu sudah berulang kali kita lihat dalam sejarah. Dalam kutipan ini secara tepat dan telah ringkas hubungan satu sama lain, menyoloklah peranan obyek yang indah yang dikenal (dialami manusia).
Satu kutipan lagi hanya dalam terjemahan bahasa Inggris the beautifull is that in which the crexis (pengarahan si subyek) comes to rest through contemplation latin. Sebenarnya a pectus lebih umum dan dengan menekankan unsur inderawi or knowledge. Those sense are therefore chiefly associated with beauty which contribute most to our knowledge, viz, sight and beautifull sound but not a beautifull tastes and smells we do not speak of beauty in references to the other three senses (terbitan sama, jilid 19, halaman 77 summa theol I-II, 27 I. M).  Ditekankan pada subyek dan pada pengetahuan. Selain itu berakhirnya kegiatan dan tercapainya suatu yang diidam-idamkan diucapkan Thomas, lagipula peranan indera dengan membedakan penglihatan dan pendengaran dari indera lainnya.

2.5 Konsep tentang Zaman Kuno dan Pertengahan
Sampai saat ini, ada 3 anggapan dan penghargaan pokok yang telah ditemukan tentang keindahan:
1.    Berdasarkan keseimbangan, keteraturan, ukuran dan sebagainya (berasal dari phytagoras, terdapat dalam anggapan Plato dan seterusnya sampai dengan Thomas).
2.    Sebagai jalan menuju kontemplasi (Plato, Platinos, Agustinus, Kristiani pada umumnya meskipun dengan tekanan yang berbeda-beda), sedangkan keindahan dianggap sebagai yang pertama-tama terdapat di luar dan dilepas dari subyek biasanya dan menekankan yang di seberang.
3.    Perhatian tentang apa yang terjadi dalam si subyek terdapat dalam dua filsuf penting yaitu Aristoteles dan Thomas. Mereka mengutarakan pentingnya penyelidikan mengenai pengalaman apoteriori dengan empiris.
Pokok yang terakhir tersebut sangat mempengaruhi filasafat teori keindahan maupun karya seni dalam banyak lingkungan barat modern karena menyangkut manusia khususnya dilihat dari sudut aposteoriori dalam bidang rasa dan seleranya.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa purba tokoh estetik yang memegang peranan penting mengenai filsafat keindahan ialah Pseudo Dionysius Areopagita dengan karyanya yang sangat dipengaruhi oleh Neoplatonisme dan Agustinus. Thomas Aquino juga merupakan tokoh abad pertengahan yang memaparkan beberapa uraian pendek mengenai keindahan.
Seni rupa, sastra, musik dan drama  sebelum dan sesudah abad pertengahan berkembang dengan dipengaruhi oleh agama. Dalam lingkungan kristiani selama abad pertengahan, teori dan filsafat serta teologi mengenai simbol menjadi suatu gaya pendorong guna mengembangkan berbagai bentuk seni. Teori dan filsafat mengenai kesenian dan karya seni yang akan muncul dalam masa modern dilatarbelakangi oleh anggapan-anggapan tentang simbol yang berasal dari lingkungan kristiani pada awalnya. Bedanya ialah dalam rangka seni religius dan dalam rangka itu menjadi a symbol of the beyond, sedangkan gaya simbol kesenian modern biasanya justru tidak menunjukkan suatu beyond yang bersifat trensenden melainkan suatu beyond manusiawi dan duniawi.

3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis memaparkan tentang sejarah estetika pada zaman pertengahan. Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kritik maupun saran sangat diharapkan agar dapat menjadi koreksi bersama sebagai pembelajaran selanjutnya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.

PERTANYAAN
1.    Apa hubungannya agama dan estetika?
2.    Apa hubungan zaman pertengahan dengan masa purba?
3.    Apa makna dan peranan simbol pada abad pertengahan?
4.    Apa yang dimaksud dengan keindahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan?
5.    Apakah pengertian simbol dalam karya seni?
6.    Apakah pengertian dari aposteriori?
7.    Berikan contoh dari pengaruh agama terhadap estetika?
8.    Bagaimana karya seni dalam konsep keindahan dan ilmu pengetahuan?
9.    Bagaimana peranan simbol terhadap estetika?
10. Coba jelaskan pengaruh sudut agama datang sebelum atau sesudah zaman pertengahan!


DAFTAR PUSTAKA
Fitrah, Yundi. 2013. Berkenalan dengan Estetika. Jambi: Universitas Jambi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar