LAPORAN DISKUSI
METODE PENELITIAN FILOLOGI
Mata Kuliah : Filologi
Dosen
Pengampu : Drs. Maizar Karim, M.Hum
Disusun
oleh:
Kelompok
8
1. Herti
Gustina A1B112005
2. Meri
Asparina A1B112031
3. Herly
Octa Saputra A1B112037
Semester/Kelas : III/A
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
LAPORAN DISKUSI
1. Apa
yang dimaksud dengan bacaan arketip? (Fitri Lestari)
Jawaban:
Bacaan
arketip ialah bacaan berupa naskah mula dari suatu naskah yang diteliti. Naskah
arketip dapat berupa naskah yang dianggap paling asli atau paling tua yang
didapat dalam penelitian filologi.
2. Bagaimana
kita mengetahui bahwa individu memiliki teks yang kita teliti untuk kita
jadikan bahan penelitian? (Dina Bahari)
Jawaban:
Untuk
mengetahui bahwa seorang individu menyimpan teks yang kita butuhkan dalam
penelitian yaitu dengan melakukan tinjauan terhadap teks yang kita butuhkan.
Misalnya saja teks yang kita butuhkan tersebut berkaitan dengan cerita daerah,
maka kita carikan teks-teks yang berkaitan dengan naskah tersebut di daerah
atau di luar daerah tersebut. Dan ada kemungkinan orang-orang adat atau tetua
adat menyimpan naskah yang berkaitan, maka kita tanyakan dan kita telusuri
untuk pencarian teks yang kita butuhkan.
3. Manakah
metode kritik teks yang paling unggul? (Rangga Septianto Asri Putra)
Jawaban:
Di sini metode kritik teks dianggap
paling unggul karena metode ini ialah sebuah metode menafsirkan naskah dengan
memperhatikan bagian-bagian suatu teks . dimetode inijuga disinggung tentang
studi seluk beluk teks dengan jalan melakukan kritik teks dan mendapatkan naskah
yang terbaik dan yang dianggap paling unggul,metode kritik teks dianggap paling
unggul dengan cara mengambil naskah dianggap paling tua.
4. Naskah
apa yang dimaksudkan pada metode gabungan? (Masri Simbolon)
Jawaban:
Yang
dimaksud dengan naskah yang ada dalam metode gabungan ialah naskah jamak yaitu
metode kritik teks yang menggunakan beberapa naskah varian. metode ini
dilakukan ketika naskah ditemukan tidak hanya satu tetapi dilakukan terhadap
naskah yang jumlahnya lebih dari satu naskah yang ditemukan.
5. Jelaskan
contoh metode stema pada bagan tersebut! (Erma Yulita)
Jawaban:
Arketip adalah nenek moyang
nakah-naskah yang tersimpan. Dapat dipandang sebagai pembagi persekutuan
terbesar dari sumber-sumber terimpan. Arketip membawahi naskah-naskah
setradisi. Hiparketip adalah kepala keluarga naskah-naskah dan membawahi
naskah-naskah seversi. Arketip kadang-kadang diberi nama dengan huruf-huruf
yunani omega dan hiparketip dinamakan alpha, beta, gamma.
Contoh metode stema yang sederhana
tampak pada bagan:
OTOGRAF
|
ARKETIP
|
HIPARKETIP
|
HIPARKETIP
|
Y
|
X
|
B
|
A
|
C
|
D
|
Autograf (teks asli yang ditulis
oleh pengarang)
Arketip (Omega)
Hiperketip (Alpha) Hiperketip (Beta)
X Y
A B C D
Penjelasan di atas menggambarkan
garis keturunan naskah dari atas ke bawah, dari nenek moyang naskah kepada
keturunannya.
Bagan tersebut dapat dibalik apabila
kita ingin menggambarkan prosedur penanganan naskah dari sejumlah naskah
melalui pengelompokan dan perbandingan sampai kepada arketip tersebut.
A B C D
X Y
Arketip
Sudah barang tentu metode stema hanya
diterapkan apabila teks disalin satu demi satu dari atas ke bawah penurunan
seperti ini disebut vertikal (tradisi tertutup). Sedangkan secara horizontal
antara beberapa naskah atau terjadi pembauran antara beberapa tradisi naskah
yang disebut kontaminasi.
6. Bagaimana
mencari kebenaran dalam teks? Jelaskan proses dari rekontruksi teks! (Hari Trisuroyo)
Jawaban:
Cara
mencari kebenaran dalam teks dapat menggunakan metode-metode sebagai berikut.
1. Metode Penelitian
a. Pencatatan dan Pengumpulan Naskah
Langkah-langkah untuk meneliti naskah atau teks:
1) Mencatat naskah atau teks yang
berjudul sama atau berisi cerita yang sama diberbagai perpustakaan berdasarkan
katalog.
2) Mencari naskah yang mungkin
dikoleksi oleh perorangan.
3) Mengumpulkan ulasan-ulasan atau
tulisan-tulisan mengenai naskah atau teks tersebut dalam karya orang lain.
4) Kalau ada melacak tradisi lisannya
dan merekamnya dari tukang-tukang cerita atau orang yang masih segar mengingat
cerita dalam naskah atau teks tersebut.
5) Kalau naskahnya berjumlah banyak,
maka naskah harus diperbandingkan, dikelompokkan dan dibuat silsilah
penurunannya.
2. Metode Kritik Teks
a. Metode Intuitif (Metode Subyektif),
metode ini dipergunakan sesuai dengan apa yang diyakini oleh peneliti.
Cara kerja metode ini yaitu sebagai berikut.
1) Mengambil naskah yang dianggap
paling tua.
2) Di tempat-tempat yang dipandang
tidak betul atau tidak jelas naskah itu diperbaiki berdasarkan naskah lain
dengan memakai akal sehat, selera baik, dan pengetahuan luas.
b. Metode Stema (Metode Obyektif), metode
ini diperkenalkan oleh Lachman dan kawan-kawan (filolog Jerman) pada tahun 1930an.
Cara kerja metode ini yaitu sebagai berikut.
1) Meneliti secara sistematis hubungan
kekerabatan antar naskah atas dasar perbandingan naskah yang mengandung
kekhilafan bersama.
2) Naskah yang memiliki kesalahan yang
sama dan berada di tempat yang sama pula, maka naskah tersebut berarti berasal
dari satu sumber.
3) Atas dasar kekeliruan-kekeliruan
bersama dalam naskah kemudian dikelompokkan dan ditentukan silsilah naskah.
4) Kemudian dilakukan kritik teks yang
sebenarnya.
3. Metode Gabungan
Metode ini dipakai apabila nilai
naskah menurut tafsiran filologi semuanya hampir sama dan kalaupun ada
perbedaan hal itu tidak mempengaruhi teks. Dalam metode ini, suntingan naskah
atau teks merupakan gabungan bacaan dari semua naskah yang ada.
Cara kerja metode ini yaitu sebagai berikut.
1) Memilih bacaan mayoritas atas dasar
perkiraan bahwa jumlah naskah yang banyak itu merupakan saksi bacaan yang
betul.
2) Jika ada karangan dalam hal bacaan,
maka dipakai pertimbangan lain di antaranya:
-
Kesesuaiannya dengan norma tata bahasa.
-
Keutuhan cerita.
-
Jenis sastra.
-
Latar belakang.
-
Faktor-faktor literer lain.
4. Metode Landasan (Metode Induk atau
Legger)
Metode ini diterapkan apabila
menurut tafsiran ada satu atau segolongan naskah yang unggul kualitasnya
dibandingkan dengan naskah-naskah lain yang diperiksa dari sudut pandang bahasa,
kesastraan, sejarah atau lainnya.
Cara kerja metode ini yaitu sebagai berikut.
1) Naskah yang dipandang paling baik
itu dijadikan sebagai landasan atau induk teks untuk edisi.
2) Varian-varian yang ada hanya
dijadikan pelengkap atau penunjang.
3) Varian-varian yang terdapat pada
naskah-naskah lain seversi dimuat dalam aparat kritik sebagai pembanding yang
menyertai penyalinan naskah.
5. Metode Edisi Tunggal
Metode ini dipakai apabila hanya ada
satu naskah, sehingga tidak mungkin dilakukan perbandingan. Metode ini memiliki
dua cara yaitu edisi diplomatik dan edisi standar.
Cara kerja edisi diplomatik:
1) Membaca naskah dengan
seteliti-telitinya.
2) Menerbitkan naskah tersebut tanpa
mengadakan perubahan-perubahan.
3) Edisi diplomatik yang paling
sempurna adalah menerbitkan naskah asli dengan cara reproduksi fotografis
(faksimile).
4) Edisi diplomatik juga bisa dilakukan
dengan cara membuat transliterasi yang setepat tepatnya.
6. Metode Edisi Standar
Cara kerja edisi standar:
1) Menerbitkan naskah dengan cara
membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan yang ada dalam teks,
dan ejaan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
2) Dilakukan pengelompokan kata,
pembagian kalimat, pungtuasi, dan diberikan komentar mengenai
kesalahan-kesalahan teks.
3) Pembetulan yang tepat dilakukan atas
dasar pemahaman yang sempurna sebagai hasil perbandingan dengan naskah-naskah
sejenis yang sezaman.
4) Semua perubahan yang dilakukan
dicatat di tempat yang khusus agar dapat diperiksa dan diperbandingkan dengan
bacaan naskah sehingga memungkinkan penafsiran lagi oleh pembaca.
5) Semua usaha perbaikan harus disertai
pertanggungjawaban dengan metode rujukan yang tepat.
Proses rekontruksi teks yaitu
sebagai berikut.
1. Transmisi teks melalui penyalinan
Transmisi
teks melalui penyalinan dalam arti teks sebuah naskah diturunkan ke dalam
naskah lainnya dengan cara penulisan kembali teks tanpa merubah bahasa, aksara,
dan bentuk teks yang digunakan dalam naskah sebelumnya.
2. Transmisi teks melalui penyaduran
Transmisi
teks melalui penyaduran dalam arti teks sebuah naskah diturunkan ke dalam
naskah lainnya dengan cara penggubahan kembali teks ke dalam bahasa, aksara,
dan atau bentuk teks yang berbeda dari naskah sebelumnya.
Ada beberapa
kemungkinan yang terjadi dalam aktivitas penyalinan sebuah naskah:
1) Penyalin menyalin naskah dengan memperhatikan secara
seksama tiap bentuk aksara dalam naskah yang disalinnya. Hal ini dimungkinkan
karena, antara lain:
a) Penyalin tidak tahu akan aksara dan/atau bahasa dalam
naskah yang disalinnya;
b) Penyalin tahu akan aksara dan/atau bahasa dalam naskah
yang disalinnya, tetapi tetap menyalin dengan memperhatikan secara seksama tiap
bentuk aksara dalam naskah yang disalinnya demi menjaga kesamaan bentuk aksara
yang digunakan.
c) Penyalin menyalin naskah sudah tidak lagi
memperhatikan secara seksama tiap bentuk aksara dalam naskah yang disalinnya,
tetapi penyalin langsung menyalin naskah dengan memperhatikan tiap kata per
kata. Hal ini dimungkinkan karena penyalin tahu akan aksara dan/atau bahasa
dalam naskah yang disalinnya. Aktivitas penyalinan seperti ini akan
menghasilkan naskah salinan berupa:
-
Naskah salinan dengan aksara dan bahasa yang sama,
-
Naskah salinan dengan aksara yang berbeda tetapi dengan
bahasa yang masih sama. Lebih lanjut bisa dikatakan bahwa aktivitas penyalinan
yang menghasilkan naskah salinan dengan aksara yang berbeda tetapi dengan
bahasa yang masih sama seperti dalam point (2b) di atas itu sudah termasuk ke
dalam transmisi teks melalui penyaduran bukan lagi transmisi teks melalui
penyalinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar