Sabtu, 17 Desember 2016

KAJIAN PUISI



TUGAS III
LATIHAN MODUL 3
PENDEKATAN KAJIAN PUISI

Mata Kuliah              : Kajian Puisi
Dosen Pengampu      : Dr. Sudaryono, M.Pd

Disusun oleh:
Nama                : Herti Gustina
NIM                 : A1B112005
Semester/Kelas : III/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013



Latihan
Agar pemahaman Anda semakin baik tentang pendekatan-pendekatan sastra, kerjakan latihan berikut ini. Diskusikan dalam kelompok, kemudian salah seorang dari anggota kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya.
(1)   Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan kajian puisi!
Jawaban:
Pendekatan adalah cara-cara menghampiri objek. Jadi yang dimaksud dengan pendekatan kajian puisi yaitu cara-cara menghampiri objek kajian puisi sebagai usaha pencarian pengetahuan dan pemberian makna dalam puisi. Dengan memanfaatkan teori dan metode yang baru, tujuan pendekatan adalah pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri. Oleh karena itulah pendekatan lebih dekat dengan bidang studi tertentu.
Pendekatan mengimplikasikan cara-cara memahami hakikat keilmuan tertentu. Dalam pendekatan terkandung manfaat penelitian yang akan diharapkan, baik secara teoritis maupun praktis, baik terhadap peneliti secara individu maupun masyarakat pada umumnya. Di dalam pendekatan juga terkandung kemungkinan apakah penelitian dapat dilakukan sehubungan dengan dana, waktu, dan aplikasi berikutnya. Pendekatan merupakan langkah pertama dalam mewujudkan tujuan.
Pada dasarnya dalam rangka melaksanakan suatu penelitian, pendekatan mendahului teori dan metode. Artinya, pemahaman mengenai pendekatanlah yang seharusnya diselesaikan lebih dahulu, kemudian diikuti dengan penentuan masalah teori, metode, dan tekniknya. Pendekatan juga mengarahkan pada penelusuran sumber-sumber sekunder, sehingga peneliti dapat memprediksi literatur yang harus dimiliki perpustakaan dan toko-toko buku yang akan menjadi objek sasarannya.

(2)   Kemukakanlah perbedaan antara pendekatan biografis dan ekspresif!
Jawaban:
Pendekatan biografis merupakan studi sistematis mengenai proses kreatifitas. Perbedaan antara pendekan biografis dan ekspresif terletak pada subjek kreator dianggap sebagai asal-usul karya berwujud puisi, arti sebuah karya berwujud puisi dengan demikian relatif sama dengan maksud, niat, pesan, dan bahkan tujuan-tujuan tertentu pengarang. Penelitian harus mencantumkan biografi, surat-surat, dokumen penting pengarang, foto-foto, bahkan wawancara langsung dengan pengarang. Karya berwujud puisi pada gilirannya identik dengan riwayat hidup, pernyataan-pernyataan pengarang dianggap sebagai suatu kebenaran, biografi mensubordinasi karya. Oleh karena itu, pendekatan biografis sesungguhnya merupakan bagian penulisan sejarah, sebagai historiografi.
Sedangkan dikaitkan dengan proses pengumpulan data penelitian pendekatan ekspresif lebih mudah dalam memanfaatkan data biografis dibandingkan dengan pendekatan biografis dalam memanfaatkan data pendektan ekspresif. Pendekatan biografis pada umumnya menggunakan data primer mengenai kehidupan pengarang sehingga disebut sebagai data historiografi. Sebaliknya pendekatan ekspresif lebih banyak menggunakan data sekunder, data yang sudah diangkat melalui aktifitas pengarang sebagai subjek pencipta, jadi sebagai data literer. Pendekatan ekspresif tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya berwujud puisi itu diciptakan, seperti studi proses kreatif dalam studi biografis, tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya berwujud puisi yang dihasilkan. Apabila wilayah studi biografis terbatas hanya pada diri penyair dengan kualitas pikiran dan perasaannya, maka wilayah studi ekspresif adalah diri penyair, pikiran dan perasaan, serta hasil ciptaannya. Dikaitkan dengan dominasi ketaksadaran manusia, pendekatan ekspresif membuktikan bahwa aliran romantik cenderung tertarik pada masa purba, masa lampau, dan masa primitif kehidupan manusia. Melalui indikator kondisi sosiokultural pengarang dan ciri-ciri kreatifitas imajinatif karya berwujud puisi, maka pendekatan ekspresif dapat dimanfaatkan untuk menggali ciri-ciri individualisme, nasionalisme, komunisme, dan feminisme dalam karya berwujud puisi, baik karya berwujud puisi individual maupun karya berwujud puisi dalam kerangka periodisasi.

(3)   Kemukakanlah perbedaan antara pendekatan mimesis, sosiologis, dan historis!
Jawaban:
Menurut Abrams (1976:8-9) pendekatan mimesis merupakan pendekatan estetis yang paling primitif. Akar sejarahnya terkandung dalam pandangan Plato dan Aristoteles. Menurut Plato, dasar pertimbangannya adalah dunia pengalaman, yaitu karya berwujud puisi itu sendiri tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya, melainkan hanya sebagai peniruan. Secara hierarkis dengan demikian karya seni berada di bawah kenyataan. Pandangan ini ditolak oleh Aristoteles dengan argumentasi bahwa karya seni berusaha menyucikan jiwa manusia sebagai katarsis. Di samping itu juga karya seni berusaha membangun dunianya sendiri.  Selama abad pertengahan karya seni meniru alam dikaitkan dengan adanya dominasi Kristen, di mana kemampuan manusia hanya berhasil meneladani ciptaan Tuhan. Teori estetis ini tidak hanya ada di barat, tetapi juga di dunia Arab dan Indonesia. Dalam khazanah sastra Indonesia yaitu dalam puisi Jawa Kuno seni berfungsi untuk meniru keindahan alam. Dalam bentuk yang berbeda, yaitu abad ke-18 dalam pandangan Marxis dan sosiologi sastra, karya seni dianggap sebagai dokumen sosial. Apabila kelompok Marxis memandang karya seni sebagai refleksi, sebagaimana diintroduksi oleh salah seorang tokohnya yang terkemuka yaitu Lucaks, maka sosiologi sastra memandang kenyataan itu sebagai sesuatu yang sudah ditafsirkan. Dalam hubungan ini pendekatan mimesis memiliki persamaan dengan pendekatan sosiologis. Perbedaannya, pendekatan sosiologis tetap bertumpu pada masyarakat, sedangkan pendekatan mimesis khususnya dalam kerangka Abrams bertumpu pada karya berwujud puisi.
Pendekatan sosiologis menganalisis manusia dalam masyarakat dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Pendekatan ini menganggap karya berwujud puisi sebagai milik masyarakat. Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya berwujud puisi dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: a) karya berwujud puisi dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d) hasil karya berwujud puisi itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Setiap karya berwujud puisi, baik dalam skala angkatan maupun individual memiliki aspek-aspek sosial tertentu yang dapat dibicarakan melalui model-model pemahaman sosial. Ilmu pengetahuan lain, seperti sosiologi, sejarah, antropologi, dan ilmu sosial justru menunggu hasil-hasil analisis melalui pendekatan sosiologis yang akan digunakan untuk memahami gender, feminis, status peranan, wacana sosial, dan sebagainya. Pendekatan sosiologis juga memiliki implikasi metodologis berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat.
Pendekatan sejarah menelusuri arti dan makna bahasa sebagaimana yang sudah tertulis, dipahami pada saat ditulis oleh pengarang yang benar-benar menulis dan sebagainya. Pendekatan historis memusatkan perhatian pada masalah bagaimana hubungannya terhadap karya berwujud puisi yang lain sehingga dapat diketahui kualitas unsur-unsur kesejarahannya. Pendekatan ini mempertimbangkan relevansi karya yang berwujud puisi sebagai dokumen sosial. Dengan hakikat imajinasi karya berwujud puisi adalah wakil zamannya dan dengan demikian merupakan refleksi zamannya. Pendekatan historis sangat menonjol pada abad ke-19 dengan konsekuensi karya berwujud puisi sebagai sarana untuk memahami aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas. Dalam hubungan inilah pendekatan historis pada umumnya dikaitkan dengan kompetensi sejarah umum yang dianggap relevan, sastra lama dengan kerajaan-kerajaan besar, serta sastra modern dengan gerakan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan pada umumnya. Hakikat karya berwujud puisi adalah imajinasi, tetapi imajinasi memiliki konteks sosial dan sejarah.

(4)   Jelaskanlah pemahaman Anda tentang pendekatan objektif, psikologis, pragmatik, dan antropologis!
Jawaban:
Pendekatan objektif merupakan pendekatan pendekatan yang terpenting, sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra berwujud puisi itu sendiri. Pendekatan ini memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politik, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itu, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis ergocentrik, pembacaan mikrokoskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak lain. Dengan adanya penolakan terhadap unsur-unsur yang ada di luarnya, maka masalah mendasar yang harus dipecahkan dalam pendekatan objektif harus dicari dalam karya tersebut, seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek-aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis. Dalam fiksi misalnya, yang dicari adalah unsur-unsur plot, tokoh, latar, kejadian, sudut pandang, dan sebagainya. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik karya akan dieksploitasi semaksimal mungkin.
Wellek dan Austin Warren (1962:81-82) menunjukkan empat model pendekatan psikologis yang dikaitkan dengan pengarang: proses kreatif, karya berwujud puisi, dan pembaca. Meskipun demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: Pengarang, karya berwujud puisi, dan pembaca dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya berwujud puisi. Apabila perhatian ditujukan pada pengarang, maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan ekspresif, sebaliknya apabila perhatian ditujukan pada karya berwujud puisi, maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan objektif. Pendekatan psikologis awal lebih dekat dengan pendekatan biografis dibandingkan dengan pendekatan sosiologis sebab analisis yang dilakukan cenderung memanfaatkan data-data personal. Proses kreatif merupakan salah satu model yang banyak dibicarakan dalam rangka pendekatan psikologis. Karya berwujud puisi dianggap sebagai hasil aktifitas penulis yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan, seperti obsesi, kontemplasi, sublimasi, bahkan sebagai neurosis. Oleh karena itu, karya berwujud puisi disebut salah satu gejala (penyakit) kejiwaan. Pendekatan psikologis kontemporer, sebagaimana dilakukan oleh Mead, Cooley, Lewin, dan Skinner (Schellenberg, 1997), mulai memberikan perhatian pada interaksi antarindividu, sebagai interaksi simbolis sehingga disebutkan sebagai analisis psikologi sosial. Intensitas terhadap gejala-gejala individual di satu pihak, dominasi psike di pihak lain, menyebabkan pendekatan psikologis lebih banyak membicarakan aspek-aspek penokohan, kecenderungan timbulnya aliran-aliran , seperti romantisme, ekspresionisme, absurditas, dan sebagainya. Karena itu dalam penelitian selanjutnya teori-teori psikologi perlu diperluas ke dalam wilayah sosiopsikologi dan behaviorisme sosial sebagaimana dikembangkan kemudian oleh Freud sendiri, khususnya oleh Mead. Sampai saat ini teori yang paling banyak diacu dalam pendekatan psikologi adalah determinisme psikologi Sigmund Freud (1856-1939). Menurutnya, semua gejala yang bersifat mental bersifat tak sadar yang tertutup oleh alam kesadaran. Dengan adanya ketakseimbangan, maka ketaksadaran menimbulkan dorongan-dorongan yang pada gilirannya memerlukan kenikmatan yang disebut libido. Oleh karena proses kreatif adalah kenikmatan dan memerlukan kepuasan, maka proses tersebut dianggap sejajar dengan libido. Meskipun demikian, teori kepribadian menurut Freud pada umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu: (a) id atau es, (b) ego atau ich, dan (c) super ego atau uber ich. Isi id adalah dorongan-dorongan primitif yang harus dipuaskan, salah satunya adalah libido di atas. Id dengan demikian merupakan kenyataan subjektif primer, dunia batin sebelum individu memiliki pengalaman tentang dunia luar. Ego bertugas untuk mengontrol id, sedangkan super ego berisi kata hati.
Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi. Pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatis dan subjek ekspresif sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya berwujud puisi. Perbedaannya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-fungsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu menahu tentang proses kreatifitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis (rewritten). Pendekatan oragmatis dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Pada tahap-tahap tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sosiologi, yaitu  dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis mamiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya berwujud puisi dalam masyarakat perkembangan dan penyebarluasannya sehingga manfaat karya berwujud puisi dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya berwujud puisi, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya berwujud puisi dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis di antaranya tanggapan berbagai masyarakat tertentu terhadap sebuah karya berwujud puisi, baik sebagai pembaca eksplisit maupun implisit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis.
Antropologi adalah ilmu pengetahuan mengenai manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu, antropologi dibedakan menjadi antropologi fisik dan antropologi kebudayaan yang sekarang berkembang menjadi studi kultural. Dalam kaitannya dengan sastra, antropologi kebudayaan pun dibedakan menjadi dua bidang, yaitu antropologi dengan objek verbal dan nonverbal. Pendekatan antropologi sastra lebih banyak berkaitan dengan objek verbal. Lahirnya pendekatan antropologi didasarkan kenyataan, pertama, adanya hubungan antara ilmu antropologi dengan bahasa. kedua, dikaitkan dengan tradisi lisan, baik antropologi maupun sastra sama-sama mempermasalahkannya sebagai objek yang penting. Oleh karena itu, dalam kajian puisi lisan, mitos, dan sistem religi sering di antara kedua pendekatan terjadi tumpang tindih. Masalah penting yang perlu dicatat, pendekatan antropologis bukanlah aspek antropologi dalam sastra melainkan antropologi dari sastra. Pokok-pokok bahasan yang ditawarkan dalam pendekatan antropologis adalah bahasa sebagaimana dimanfaatkan dalam karya berwujud puisi sebagai struktur naratif, di antaranya:
a.       Aspek-aspek naratif karya berwujud puisi dari kebudayaan yang berbeda-beda;
b.      Penelitian aspek naratif sejak epik yang paling awal hingga novel yang paling modern;
c.       Bentuk-bentuk arkhais dalam karya berwujud puisi, baik dalam konteks karya individual maupun generasi;
d.      Bentuk-bentuk mitos dan sistem religi dalam karya sastra;
e.       Pengaruh mitos, sistem religi, dan citra primodial yang lain dalam kebudayaan populer.

 

TUGAS IV
LATIHAN MODUL 4
RANCANGAN KAJIAN PUISI

Mata Kuliah              : Kajian Puisi
Dosen Pengampu      : Dr. Sudaryono, M.Pd

Disusun oleh:
Nama                : Herti Gustina
NIM                 : A1B112005
Semester/Kelas : III/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Sebagai umpan balik dan tindak lanjut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
(1)   Bagaimanakah esensi perbedaan antara rancangan (proposal) kajian puisi dan laporan hasil kajian?
Jawaban:
Rancangan (proposal) kajian puisi yaitu langkah awal dari serangkaian proses dalam mengkaji puisi. Sebuah rancangan memberikan gambaran awal yang jelas dan terarah tentang proses kegiatan kajian. Sebagai sebuah gambaran awal, rancangan kajian puisi diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengkaji untuk memasuki tahapan-tahapan kajian puisi selanjutnya. Sebuah rancangan kajian puisi memiliki beberapa fungsi berikut: (1) memberikan kepada pengkaji sebuah cetak biru (blue print), (2) menetapkan batas-batas kegiatan dan memungkinkan pengkaji menyalurkan energinya di dalam arah yang spesifik, (3) memungkinkan pengkaji mengantisipasi masalah-masalah yang muncul di dalam melaksanakan kajian puisi (Bungin, 2003:37-38). Dalam hubungan ini, Savilla et al (dalam Bungin, 2003:38) menyarankan agar penyusunan rancangan kajian puisi selain harus dilakukan dengan cermat, juga harus dilengkapi dengan kajian teori atas kepustakaan yang menatap dan meyakinkan. Rancangan kajian puisi tidak dapat dibuat asal-asalan, serampangan, dan sekadarnya saja. Hal ini penting agar tidak menimbulkan kesulitan yang tidak perlu atau menjadi masalah tersendiri dalam proses kajian puisi di kemudian hari
Sedangkan laporan hasil kajian yaitu tahap akhir dari serangkaian proses kajian puisi. Laporan hasil kajian puisi mencakup hal-hal yang telah dirancang dalam proposal kajian puisi. Setelah pengkajian selesai dilakukan dengan menggunakan pendekatan, teori, dan metode yang ada, hasil dari pengkajian tersebut kemudian dilaporkan dalam laporan hasil kajian puisi. Kesemua proses dari awal sampai akhir pengkajian puisi dimuat dalam laporan hasil kajian puisi dengan sedetail-detailnya.

(2)   Unsur-unsur penting apa sajakah yang tercakup di dalam rancangan kajian? Sebutkan unsur-unsur tersebut dan berikan penjelasan secukupnya!
Jawaban:
Unsur-unsur penting yang tercakup dalam rancangan kajian puisi yaitu: 
1)      Permasalahan atau fokus kajian
Permasalahan atau fokus kajian yaitu hal-hal yang melatar belakangi pengkajian puisi. Dalam kajian puisi permasalahan itulah yang manjadi fokus dalam pengkajian puisi. Peneliti akan memfokuskan pengkajian terhadap permasalahan tersebut.
2)      Tujuan yang hendak dicapai
Dalam kajian puisi tujuan yang hendak dicapai patutlah untuk diperhatikan. Tujuan tersebut mendasari dilakukannya pengkajian puisi. Peneliti haruslah menentukan sasaran dari pengkajian tersebut agar apa yang dikaji sesuai dengan apa yang ingin dicapai.
3)      Metode yang akan digunakan
Dengan menetukan metode apa yang digunakan, maka peneliti akan dengan mudah mencapai tujuan dari pengkajian puisi. Metode yang digunakan disesuaikan dengan objek yang akan dikaji. Kecocokan metode dengan objek akan mempengaruhi hasil dari pengkajian puisi. Untuk itu sebelum pengkajian dilakukan maka ditentukan terdahulu metode yang sesuai untuk digunakan, lalu kemudian akan diterapkan dalam pengkajian puisi tersebut.

(3)   Unsur-unsur penting apa sajakah yang tercakup di dalam laporan hasil kajian? Sebutkan 3 (tiga) unsur utama dan berikan penjelasan secukupnya!
Jawaban:
Unsur-unsur penting yang tercakup di dalam laporan hasil kajian yaitu sebagai berikut.
1)      Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang konteks kajian, tujuan kajian, ruang lingkup kajian.
2)      Isi
Isi memuat temuan-temuan data dan analisisnya.
3)      Penutup
Penutup kajian puisi menyajikan kesimpulan dan implikasinya.

(4)   Jelaskan 3 (tiga) fungsi dari rancangan kajian!
Jawaban:
1)      Memberikan kepada pengkaji sebuah cetak biru (blue print)
Maksudnya yaitu rancangan kajian puisi memberikan gambaran awal kepada pengkaji tentang apa yang harus dilakukan dalam penelitiannya tersebut. rancangan kajian ini memungkinkan untuk pengkaji dapat melakukan penelitian tahap demi tahap sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
2)      Menetapkan batas-batas kegiatan dan memungkinkan pengkaji menyalurkan energinya di dalam arah yang spesifik
Dengan adanya rancangan kajian ini, penelitian dapat terarah seuai dengan apa yang telah dirancang. Rancangan kajian ini juga memuat hal-hal apa saja yang harus dilakukan sehingga si peneliti tidak keluar dari batasan-batasan yang telah dicanangkan dalam rancangan kajian.
3)      Memungkinkan pengkaji mengantisipasi masalah-masalah yang muncul di dalam melaksanakan kajian puisi
Dengan adanya rancangan kajian puisi, peniliti dapat menemukan siasat bila terjadi masalah-masalah tak terduga yang mungkin muncul. Dengan adanya rancangan kajian ini, peneliti dapat dengan mudah mengatasi masalah-masalah tersebut.

(5)   Berikan penjelasan perbedaan antara rancangan kajian puisi kualitatif dan kajian puisi kuantitatif!
Jawaban:
Rancangan kajian puisi kuantitatif cenderung sangat ketat, rinci mendefinisikan suatu konsep sejak awal, dan sedikit banyak bersifat kaku. Sedangkan rancangan kajian puisi kualitatif bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberikan kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik. Dan juga rancangan kajian puisi kualitatif, teori yang diajukan memang bukanlah sebagai jawaban terhadap fenomena yang diangkat, melainkan lebih sebagai perspektif. Metode dalam rancangan kajian puisi kualitatif lebih pada penegasan dan penjelasan yang merujuk pada prosedur-prosedur umum kemetodeaan yang akan digunakan.



TUGAS V
LATIHAN MODUL 5
TEORI STRUKTURALISME DALAM KAJIAN PUISI

Mata Kuliah              : Kajian Puisi
Dosen Pengampu      : Dr. Sudaryono, M.Pd

Disusun oleh:
Nama                : Herti Gustina
NIM                 : A1B112005
Semester/Kelas : III/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


Latihan
Agar pemahaman Anda semakin baik tentang teori-teori strukturalisme, kerjakan latihan berikut!
(1)   Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan teori secara umum dan jelaskan pula apa yang dimaksud dengan teori strukturalisme!
Jawaban:
Teori berasal dari kata theoria (bahasa Latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Pada tataran yang lebih luas, teori berarti perangkat pengertian, konsep, preposisi yang mempunyai korelasi dan telah teruji kebenarannya. Teori lahir melalui ilmu tertentu. Dengan kata lain, tujuan akhir sebuah ilmu adalah melahirkan sebuah teori. Teori berfungsi untuk membantu menjelaskan hubungan dua gejala atau lebih sekaligus meramalkan model hubungan yang terjadi sebagai cara kerja. Teori terdiri atas konsep, preposisi, dan kerangka kerja. Komponen-komponen tersebut tidak bersifat baku, tidak siap pakai, tidak definitif. Oleh karena itulah, apabila peneliti memanfaatkan suatu teori tertentu, maka peneliti pada dasarnya tetap memilki kebebasan yang seluas-luasnya untuk memodifikasikannya. Dengan memanfaatkan teori tertentu maka dalam pikiran peneliti akan timbul kemampuan-kemampuan baru untuk memahami gejala yang sebelumnya sama sekali belum tampak. Sebagai alat, teori berfungsi untuk mengarahkan suatu kajian dan lebih banyak berkaitan dengan data sekunder.
Teori strukturalisme dapat didefinisikan sebagai seperangkat konsep yang saling berkaitan secara ilmiah, yang disajikan secara sistematis, yang berfungsi untuk menjelaskan sejumlah gejala sastra. Dalam teori strukturalisme, konsep yang sama adalah adanya unsur-unsur dan antar hubungannya dalam kerangka totalitas karya.

(2)   Kemukakanlah apa fungsi teori strukturalisme dalam kajian sastra!
Jawaban:
Teori strukturalisme berfungsi untuk menjelaskan sejumlah gejala sastra. Perkembangan teori strukturalisme sejajar dengan terjadinya kompleksitas kehidupan manusia, yang kemudian memicu perkembangan genre sastra. Dengan kata lain teori strukturalisme berfungsi untuk mengkaji genre sastra. Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan. Dalam hal ini berperanlah teori strukturalisme untuk melihat genre yang berbeda pada karya sastra. Dalam hubungan karya sastra dengan masyarakat, dengan teknologi informasi yang menyertainya, minat msyarakat terhadap manfaat kajian interdisiplin juga dibutuhkan teori strukturalisme sehingga teori ini terus berkembang sesuai dengan fungsinya tersebut.

(3)   Kemukakanlah berbagai model teori strukturalisme sesuai dengan perkembangan sastra khususnya, dan ilmu pengetahuan umumnya!
Jawaban:
Secara historis, perkembangan strukturalisme terjadi melalui dua tahap, yaitu formalisme dan strukturaleme dinamik. Perkembangan tersebut memunculkan variasi-variasi yang dikenal dengan teori-teori:
a)      Teori formalisme;
b)      Teori strukturaleme dinamik;
c)      Teori semiotik;
d)     Teori strukturalisme genetik; dan
e)      Teori strukturalisme naratologi.
Dan pada tahap berikutnya, muncul teori-teori poststrukturalisme denga berbagai model yang dikenal dengan teori-teori:
a)      Teori resepsi sastra;
b)      Teori interteks;
c)      Teori feminis;
d)     Teori postkolonial;
e)      Teori dekontruksi; dan
f)       Teori new-history.



TUGAS VI
LATIHAN MODUL 6
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAJIAN PUISI

Mata Kuliah              : Kajian Puisi
Dosen Pengampu      : Dr. Sudaryono, M.Pd

Disusun oleh:
Nama                : Herti Gustina
NIM                 : A1B112005
Semester/Kelas : III/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


 
Umpan Balik dan Tindak lanjut
Sebagai umpan balik dan tindak lanjut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
(1)   Jelaskan mengapa Anda sebagai mahasiswa perlu mengembangkan kemampuan profesional dalam kajian puisi!
Jawaban:
Karena dalam dua dasawarsa belakangan ini ilmu sastra internasional berkembang sangat cepat ke arah yang menjadikan ilmu ini sangat penting sehingga selain para peneliti sastra Indonesia, kita sebagai mahasiswa juga perlu mengembangkan kemampuan profesional dalam kajian puisi. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa bila kajian puisi Indonesia tidak melakukan kegiatan penelitian yang lebih intensif, maka Indonesia akan tertinggal baik dari segi teori sastra maupun dari segi teori kajian puisi.
Tugas peneliti tidak hanya mengemban tugas ilmiah, tetapi juga ikut dalam usaha menyebarluaskan, membantu dalam masalah seleksi, menyunting teks, menafsirkannya, dan menjelaskan latar belakang sosial budaya dan sejarah perkembangannya. Tugas itu menjadi semakin berat dan besar bila disadari bahwa khazanah sastra Indonesia yang perlu diteliti dan dianggap sangat banyak dan beragam.
Perkembangan sastra Indonesia dewasa ini demikian luas dan pesatnya dan dengan bentuk yang beragam, baik tentang sastra Indonesia maupun yang menyangkut sastra daerah semuanya perlu diteliti, dikembangkan dan disebarluaskan. Hal ini perlu bila kita berkeinginan agar sastra nusantara berkembang pesat sehingga mampu menjalankan perannya untuk memenuhi kebutuhan emosional dan intelektual masyarakat pemiliknya dan sekaligus mengharapkan agar sastra nusantara diakui secara internasional dan menjadi warga sastra dunia.

(2)   Jelaskan mengapa Anda perlu memiliki sikap ilmiah dalam kajian puisi?
Jawaban:
Karena sikap ilmiah dalam kajian puisi menjurus kepada pengembangan ilmu pengetahuan. Sikap ilmiah tersebut di antaranya: kejujuran, kesediaan mengakui kesalahan, mengutamakan kebenaran di atas harga diri, dan mencari ilmu dengan niat untuk meningkatkan derajat hidup manusia. Apabila seorang peneliti tidak memiliki sikap ilmiah maka akan muncul sikap yang dapat membahayakan atau manghancurkan sikap ilmiah. Sikap tersebut patut dihindari yaitu:
a.       Membuat generalisasi secara gegabah disebabkan data yang kurang lengkap serta yang tidak memperhatikan relasi satu masalah dengan masalah lain;
b.      Adanya abstraksi intelektual yang ekstrim sehingga terjadi pendangkalan ilmu; dan
c.       Adanya penafsiran atau pengambilan keputusan yang keliru disebabkan adanya cara berpikir yang sempit dan terisolasi, tanpa bisa merangkaikan hubungan kausalitas fakta-fakta yang dihadapi.
Kelemahan-kelemahan itu harus dihindari oleh mereka yang mau terjun ke dalam kancah penelitian ilmiah. Walaupun memang harus diakui bahwa setiap peneliti harus menghadapi kesulitan dalam menghindari pengaruh lingkungan dan sulit pula mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh kelemahan manusiawi seperti kurang sabar, tidak rasional, kurang kontrol diri pribadi, serta adanya kecenderungan untuk mengenyampingkan hal-hal rumit atau adanya sntusiasme yang berlebihan. Untuk mengurangi kelemhan itu diperlukan adanya kesediaan secara terus-menerus melakukan intropeksi dan adanya kemauan keras untuk memperbaiki diri.

(3)   Jelaskan beberapa hal penting berkaitan dengan metode kerja ilmiah!
Jawaban:
Beberapa hal penting berkaitan dengan metode kerja ilmiah menurut Nazir (1985: 43-50) adalah sebagai berikut:
a.       Berdasarkan fakta, artinya segala sesuatu yang ingin diperoleh dalam penelitian haruslah berdasarkan atau berupa fakta nyata. Jangan penemuan atau pembuktian didasarkan pada khayalan atau imajinasi.
b.      Bebas dari prasangka (bias), artinya segala sesuatu yang dihadapi tidak dinilai secara subjektif, tetapi diperlakukan secara objektif dengan alasan dan bukti-bukti yang lengkap.
c.       Menggunakan prinsip analisis, artinya dalam memberikan arti dan interpretasi terhadap fenomena yang kompleks harus dianalisis dengan mencari sebab-akibat yang logis dan dengan uraian yang tajam.
d.      Menggunakan hipotesis, artinya penelitian yang dilakukan dituntun oleh proses berpikir dengan menggunakan hipotesis untuk mengklarifikasikan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga sasaran mudah tercapai dengan tepat. Dalam hal ini, hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
e.       Menggunakan ukuran objektif, artinya di dalam melakukan analisis harus dengan ukuran yang objektif dan dengan pertimbangan yang masuk akal.
f.       Menggunakan teknik kuantifikasi, artinya sejauh mungkin digunakan pengukuran kuantitatif, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan.

 

TUGAS AKHIR SEMESTER
ANALSIS PUISI 2,7

Mata Kuliah              : Kajian Puisi
Dosen Pengampu      : Dr. Sudaryono, M.Pd

Disusun oleh:
Nama                : Herti Gustina
NIM                 : A1B112005
Semester/Kelas : III/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


MEMAKNAI PUISI DARAJTUL ULA
(Yang Maha Awal Dan Maha Mengakhiri)
DALAM WADAH SEMPIT YANG PENUH MAKNA

Puisi merupakan suatu gambaran tentang sesuatu yang dilayangkan di atas kertas dengan coretan-coretan yang bermakna. Coretan tersebut bukanlah sekedar buangan tinta yang sia-sia, tetapi merupakan saduran yang mampu mengubah dunia jika kita mampu menelaah tiap bait yang tertera di dalam puisi. Dalam puisi kita tak perlu berleha-leha dengan banyak kata. Cukup satu tapi mampu menggambarkannya secara menyeluruh. Bukan sekedar kata indah yang dapat dilantunkan si penyair dengan mimik yang memukau. Puisi menciptakan makna pada setiap keindahannya, artinya keindahan itu muncul seiring dengan megahnya makna dalam setiap lariknya. Puisi dapat dikatakan pelit kata, namun kaya makna. Indah dipandang mata jika diterawang dari setiap pemilihan diksi yang berhasil diciptakan oleh penyairnya. Padat namun kuat mungkin itulah yang dapat mendefinisikan arti sebuah puisi.
Dalam puisi 2,7 hal itu terbukti dengan adanya keajaiban 2 larik, 7 kata yang mampu menggambarkan secara menyeluruh arti dari sesuatu yang ingin diungkapkan oleh si penyair. Kekuatannya tidak hanya tergambarkan dalam larik-larik puisi, tetapi di dalam judulpun telah mencakup semua cerita yang ingin penyair ceritakan. Keindahan puisi 2,7 ini tergambar pada pelitnya kata yang digunakan yaitu hanya 7 kata, tapi mampu menghadirkan kekayaan makna kepada si pembaca. Dalam puisi 2,7 ini, kita ingat adanya hubungan sebab-akibat, dimana bait satu sebagai sebab dan bait 2 sebagai akibat serta judul sebagai masalah yang ingin diungkapkan si penyair. Tujuh kata merupakan penyempurnaan dari apa yang ingin diungkapkan, dimana dalam tujuh kata itu mewakili  setiap permasalahan atau fakta yang akan diceritakan. Tujuh kata itu ibarat 7 warna pelangi memiliki perbedaan tekstur tapi merupakan satu kesatuan yang dapat menjelaskan bahwa itu adalah pelangi. Dengan kata lain 7 kata itu mempunyai satu tujuan yaitu memberikan gambaran menyeluruh tentang judul yang kita hadirkan dalam puisi tersebut. Keajaiban di balik 2  larik, 7 kata dapat kita temukan di setiap puisi yang menghadirkan nilai estetiknya dalam kekuatan makna yang dimilikinya.
Dalam puisi Yang Maha Awal dan Maha Mengakhiri karya Darajtul Ula membuktikan keajaiban puisi 2,7. Penyair Darajtul Ula telah mampu menghadirkan estetika di balik kata yang kaya makna. Tidak perlu mengglamorkan kata untuk menghadirkan estetika. Dalam kesederhanaan pemilihan kata yang ia gunakan telah berhasil merias wajah puisinya menjadi sesuatu yang indah namun tetap calm. Ibarat kembang desa yang tanpa dirias dengan make up berbagai warna sekalipun, ia tetap bisa memancarkan keindahan yang natural, tampak ayu namun keindahannya layaknya putri dari negeri antah berantah. Perhatikan keindahan dari kesederhanaan puisi berikut.

YANG MAHA AWAL DAN MAHA MENGAKHIRI

Engkaulah waktu! gelap terang
Semesta, dalam genggaman-Mu

Tangerang, DU18032013

Pada puisi yang berjudul Yang Maha Awal dan Maha Mengakhiri di atas menghadirkan sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt. Pada puisi tersebut si penyair menggambarkan wujud Allah swt. dengan menghadirkan dua sifat Allah swt. pada judul tersebut. Yang Maha Awal dan Maha Mengakhiri itu merupakan sifat Allah, dimana Yang Maha Awal artinya Allah tidak ada permulaan atas wujudNya, jadi wujud atau adanya Allah swt. itu tidak pernah didahului oleh ketiadaan sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Yang Maha Mengakhiri artinya wujud Allah swt. tidak ada akhir atau penghabisannya, karena sesungguhnya Allah swt. itu Maha Kekal dan tidak ada nihayah atau puncak dari keakhiranNya. Hal itu dijelaskan dalam al-qur’an surat Al-Hadid ayat 3 yang artinya “Dia (Allah) adalah Maha Pertama, Maha Terakhir, Maha Terang dan Maha Tersembunyi juga Dia adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Dari kedua sifat yang berlawanan tersebut menunjukkan bahwa Allah itu kekal adanya tidak pernah didahului oleh ketiadaan sebelumnya dan tidak akan ada penghabisannya. Karena Allah swt. memang wajibul wujud yakni wajib adanya sehingga Allah swt. tidak pernah didahului oleh ketiadaan sebelumnya serta juga tidak pernah dihinggapi oleh kerusakan atau suatu kebinasaan. Hal tersebut juga ditegaskan pada qur’an surat Al-Qashas ayat 88 yang artinya “ Segala sesuatu itu pasti rusak, kecuali Allah swt.”
Selanjutnya di larik pertama dituliskan “ Engkaulah waktu! gelap terang”. Di sana tergambar bahwa Allah swt. adalah pemilik waktu, Dia kekal bahkan ketika manusia belum merasakan detak-detik waktu, Allah swt. telah lebih dahulu menguasai waktu. Ketika manusia telah ditelan waktu, Allah swt. tetap kekal dalam waktu. Itu merupakan bentuk dari kekuasaan Allah swt. Ia ada di dalam waktu. Ia juga mengatur perputaran waktu bahkan mengatur waktu yang dimiliki oleh manusia. Dari sisa-sisa ciptaanNya itu merupakan bukti yang sangat jelas, yang menunjukkan tentang adanya Allah swt. Allah swt. menerangkan semua yang ada di langit dan di bumi lewat gambaran nyata dari semua yang ada di alam. Itu merupakan maksud dari sifat Allah Yang Maha Terang. Allah swt. juga Maha Tersembunyi yang artinya bahwa Allah swt. adalah zat yang tidak dapat dicapai oleh panca indera serta tidak dapat pula diliputi oleh akal pikiran manusia. Akantetapi manusia bisa melihat adanya Allah dengan mengamati alam semesta yang merupakan hasil cipta Allah swt.
Bait kedua dituliskan lagi bahwa “semesta, dalam genggamanMu” yang merupakan penegas dari arti larik pertama. Allah swt. itu adalah semesta yang menciptakan dan memiliki segalanya. Semua yang ada di langit dan di bumi ada digenggamanNya. Dialah yang menguasai segalanya dan Dialah yang mengatur semuanya. Tak ada yang luput dari genggaman Allah swt. karena genggaman Allah swt. itu Maha Besar. Tak ada yang bisa menandingi kekuasaanNya. Bayangkan saja alam semesta yang sedemikian besar ada di tangan Allah swt. itu merupakan wujud dari kekuasaan Allah swt. Dan hal itu menunjukkan bahwa Allah Maha Awal dan Maha Mengakhiri.
Dari 7 kata dalam 2 larik puisi Yang Maha Awal dan Maha Akhir itu telah jelas menerangkan akan kedua sifat Allah swt tersebut. Darajtul Ula dengan kesederhanaan 7 kata yang ia pilih itu telah berhasil memuat keluasan arti dari dua sifat Allah swt tersebut dalam wadah yang sempit yakni 2 larik 7 kata. Pemilihan diksi yang digunakanpun sangat sederhana. Tidak ada kata yang berbau terlalu glamor dan berlebihan, namun maknanya amat kaya dan begitu luas. Itulah keajaiban 2 larik, 7 kata yang telah berhasil diolah oleh Darajtul Ula dalam rangkaian puisi singkatnya.
 Dari salah satu contoh puisi yang diciptakan oleh Darajtul Ula dapat kita tarik benang merah, bahwa keajaiban tidak hanya bisa kita ciptakan dengan sesuatu yang berlebihan, tapi keajaiban itu pun dapat kita ciptakan dari kesederhanaan. Hal itu terbukti dengan 7 kata yang termuat dalam puisi itu yang telah berhasil menggambarkan keseluruhan dari bentuk puisi. Ini juga membuktikan bahwa puisi itu adalah suatu karya yang pelit kata, namun kaya makna. Banyak orang-orang yang membubuhkan kata namun tak bermakna atau mungkin tak kaya makna, namun Darajtul Ula berhasil menghadirkan kata yang memiliki makna yang begitu luas. Begitulah bentuk kekuatan puisi 2,7 yang mengandalkan kekayaan makna dari 7 kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar