Rabu, 14 Desember 2016

UNSUR SEMIOTIK PUISI



TUGAS TEORI SASTRA
Tugas              : Unsur Semiotik
Nama              : Herti Gustina
NIM                : A1B112005
Sem/Kelas      : 1/A                                   
Prodi               : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Menjelaskan unsur semiotik puisi.
DOA SYUKUR SAWAH LADANG
Karya: Emha Ainun Najib
Atas padi yang Kau tumbuhkan dari sawah ladang bumiMu
Kupanjatkan syukur dan kunyanyikan lagu gembira sebagaimana padi itu
Sendiri berterimakasih kepadaMu dan bersukaria
Lahir dari tanah dan menguning di sawah
Menjadi keras ditampah
Kemudian sebagai nasi memasuki tenggorokan hambaMu yang gerah
Adalah cara yang mulia bagi padi untuk tiba kembali dipangkuanMu
Betapa gembira hatiku
Pisang yang dikuliti dan dimakan oleh manusia
Karena demikianlah tugas leluhurnya di dunia, pasrah dipengolahan usus para hamba
Menjadi sari kesehatan dan kesejahteraan
Demikianpun betapa udara yang dihirup
Air yang direguk
Sungai yang mengairi persawahan
Kolam tempat anak-anak berenang
Lautan penyedia bermilyaran ikan serta kandungan bumiMu
Yang menyiapkan berjuta macam perhiasan
Atas limpahan kasih sayangMu kepadaku
Yaa Allah, baik yang berupa rejeki dan cobaan
Kelebihan atau kekurangan
Kudendangkan rasa
Bahagia dan tekadku sebisa-bisa untuk membalas cinta
Aku bersembahyang kepadaMu berjamaah dengan langit dan bumiMu
Dengan siang dan malamMu dengan matahari yang setia bercahaya
Dan angin yang menghembuskan ke desa-desa

Unsur semiotik puisi:
Unsur semiotik merupakan sistem tanda yang bermakna yang terdapat dalam karya sastra. Unsur semiotik terdiri atas ikon, indeks dan simbol.
Dalam puisi “Doa Syukur Sawah Ladang” ini menceritakan ungkapan rasa syukur pengarang terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas kesuburan sawah dan ladang yang telah diberikan.
Kata “dari sawah ladang” merupakan ikon yang berfungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya.
Pada kata “persawahan, mengairi, berenang, kunyanyikan” merupakan indeks yang mengisyaratkan petandanya yaitu “dari sawah ladang”.
Pada kata “tenggorokan hambamu yang gerah” merupakan simbol dari kehidupan yang nyata, bahwa manusia butuh makan.
Pada kata “bermilyaran ikan” juga merupakan simbol, bahwa di laut banyak sekali satwa yang hidup.
Pada kata “kandungan bumimu” yang menjadi simbol dari hasil bumi, bahwa kekayaan bumi sangat banyak, misalkan emas yang dijadikan perhiasan dan lain-lain.
Pada kata “bersembahyang kepadamu” menunjukkan atau simbol dari ketaqwaan penyair/ manusia dengan menjalankan yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.
Dari puisi di atas terdapat unsur semiotik yang membuat puisi tersebut memiliki nilai estetika dan kata-kata yang digunakan amatlah menarik untuk dibaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar