ALIRAN TRADISIONAL
ZAMAN PERTENGAHAN DAN RENAISSANS
Tugas Mata Kuliah Mazhab Linguistik
Dosen
Pengampu: Drs. Akhyarudin, M.Hum
Oleh:
Kelompok
2
1. Ahillah A1B112059
2. Imadona A1B112007
3. Herti
Gustina A1B112005
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FKIP UNIVERSITAS JAMBI
MARET, 2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang mana kami telah dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah
Mazhab Linguistik.
Kemudian
ucapan terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, baik berupa sarana dan prasarana maupun berupa ide-ide
atau gagasan-gagasan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun
makalah yang kami beri judul Aliran Tradisional Zaman Pertengahan dan Zaman
Raissans ini membahas mengenai perkembangan
tatabahasa pada zaman pertengahan dan zaman Renaissans. Hal tersebut
patut kita ketahui sebagai mahasiswa bahasa dan sastra sebagai penunjang dalam
perkuliahan.
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan dan kekurangan kami mohon
maaf. Kritik maupun saran kami buka demi perbaikan makalah ini untuk
selanjutnya.
Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................
i
DAFTAR
ISI......................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang Masalah...........................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah....................................................................................
1
1.3 Tujuan
dan Manfaat Penulisan..............................................................
1
1.4 Metode Penulisan....................................................................................
1
BAB
II ALIRAN TRADISIONAL ZAMAN PERTENGAHAN DAN RENAISSANS 2
2.1 Zaman
Pertengahan.................................................................................
2
2.1.1
Kaum Modistae..............................................................................
2
2.1.2
Tata Bahasa
Spekulativa.............................................................
3
2.1.3
Petrus Hispanus............................................................................
4
2.2 Zaman
Renaissans...................................................................................
5
2.2.1
Bahasa Ibarani...............................................................................
5
2.2.2
Linguistik Arab...............................................................................
5
2.2.3
Bahasa-Bahasa Eropa.................................................................
7
2.2.4
Bahasa-Bahasa Luar
Eropa........................................................
8
BAB
III PENUTUP............................................................................................
9
3.1 Kesimpulan................................................................................................
9
3.2 Saran..........................................................................................................
9
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Dalam
perkembangan sejarahnya, linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham,
pendekatan, dan teknik penyelidikan. Salah satu aliran dalam perkembangan
linguistik yaitu aliran tradisional. Aliran tradisional tersebut dibagi lagi
menjadi 5 periode, di antaranya: linguistik zaman Yunani, zaman Romawi, zaman
Pertengahan, zaman Renaissans dan menjelang lahirnya linguistik modern.
Pada
zaman pertengahan, peradaban klasik Yunani dan Roma mengalami perubahan secara radikal,
sedangkan pada zaman Renaissans penemuan kembali kebudayaan peradaban Yunani-Roma.
Zaman Renaissans ini dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran modern.
Pada perkembangannya, aliran tradisional ini mengalami perubahan-perubahan
dalam setiap periode-periodenya.
1.2 Rumusan Masalah
Agar
tidak terjadi penyimpangan atau kekeliruan, maka dibuatlah rumusan masalah
sebagai batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas. Adapun rumusan masalahnya
ialah mengenai aliran tradisional pada zaman pertengahan dan zaman Renaissans.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini ialah supaya baik penulis maupun pembaca dapat
mengetahui tentang aliran tradisional zaman pertengahan dan zaman Renaissans dan
supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam pembelajaran.
1.4 Metode Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini ialah dengan telaah pustaka dan
pencarian materi dalam media internet.
BAB II
ALIRAN TRADISIONAL
ZAMAN PERTENGAHAN DAN RENAISSANS
2.1 Zaman Pertengahan
Selama
Zaman Pertengahan, peradaban klasik Yunani dan Roma mengalami perubahan radikal
sebagai akibat perhubungan dengan suku Germanik dari Utara, para penganut
Kristen dari Palestina, dan kaum Muslim dari semenanjung Arabia dan Afrika
Utara. Pada zaman pertengahan, di Eropa studi bahasa mendapat perhatian penuh
terutama oleh para filsuf skolatik. Bahasa Latin kemudian menjadi lingua franca karena digunakan sebagai
bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa dalam ilmu pengetahuan. Pada zaman
pertengahan ini membahas mengenai peranan Kaum Modistae, tata bahasa
spekulativa dan Petrus Hispanus.
2.1.1
Kaum
Modistae
Kaum
Modistae ini membahas mengenai pertentangan antara fisis dan nomos serta
pertentangan antara analogi dan anomali. Kaum Modistae menerima konsep analogi
karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler dan universal. Mereka juga
memperhatikan semantik sebagai dasar penyebutan definisi-definisi bentuk
bahasa.
Kaum Modistae melakukan analisis
tentang hubungan-hubungan sintaktik dari segi ketergantungan dan terminasi dari
suatu ketergantungan. Ketergantungan dan terminasinya juga digunakan untuk
membedakan anak kalimat dan kontruksi bebas atau kontruksi induk kalimat.
Kelompok Modistae menerapkan
istilah-istilah constructio intransitiva
dan constuctio transitiva kepada
hubungan sintaksis tertentu antara komponen-komponen kalimat, atau unsur-unsur
struktur kalimat yang melibatkan beberapa golongan kata yang berbeda.
2.1.2
Tata
Bahasa Spekulativa
Tata bahasa spekulativa atau
spekulatif merupakan hasil pemaduan deskripsi gramatikal Latin ke dalam sistem
filsafat skolastik. Skolatisme itu sendiri merupakan sistem pemikiran yang
diperkuat dan memperkuat kepercayaan kristen saat itu yang bisa berperan dalam
menyatukan ke dalam dirinya sendiri semua cabang dan jurusan ilmu pengetahuan
manusia dan di dalamnya tuntutan rasio dan wahyu dapat diselaraskan.
Dalam tata bahasa spekulativa, kata
tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk. Kata hanya
mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara, modus, substansi, aksi,
kualitas, dan sebagainya. Semua bahasa akan mempunyai kata untuk konsep yang
sama dan semua bahasa akan menyatakan kesamaan jenis kata dan kategori-kategori
gramatikal lainnya.
2.1.3
Petrus
Hispanus
Petrus Hispanus pernah menjadi Paus
pada tahun 1276-1277 dengan gelar Paus Yohanes XXI. Beliau pernah membuat buku
yang berjudul Summulae Logicale.
Peranannya dalam bidang linguistik anatara lain:
1.
Petrus Hispanus
pernah memasukkan psikologi dalam analisis bahasa. Dia juga membedakan antara
signifikan utama dan konsignifikasi, yaitu perbedaan pengertian pada bentuk
akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan.
2.
Petrus Hispanus
membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen subtantivum dan nomen adjectivum.
3.
Petrus Hispanus juga
telah membedakan patres orationes atas caterematik
dan sintategorematik. Categeromatik
adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat. Sedangkan
sintategorematik adalah semua bentuk tutur lainnya.
Dalam
perkembangannya, pemakaian suppositum dan
appositum sebagai istilah sintaksis
untuk menamai nomina dan pronomina sebagai subjek dan verba sebagai predikat
dari kalimat deklaratif (indikatif)
telah berkembang sejak abad ke-12 dalam tulisan-tulisan Petrus Hispanus.
Sebelumnya, suppositum digunakan
lebih banyak dalam pengertian umum suppositio
yang ditemukan dalam Petrus Hispanus yang berarti apa yang dilambangkan oleh sebuah
nomina.
2.2 Zaman Renaissans
Zaman
Renaissans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran modern. Dalam
sejarah studi bahasa pada zaman Renaissans ada dua hal yang cukup menonjol dan
patut untuk digaris bawahi, yaitu:
a. Selain
menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa
Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.
b. Selain
bahasa Yunani, Ibrani, dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, para sarjana pada masa
itu juga memperhatikan bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa bahkan juga
perbandingan.
Pada zaman Renaissans ini membahas mengenai
bahasa Ibrani, linguistik Arab, bahasa-bahasa Eropa dan luar Eropa.
2.2.1
Bahasa
Ibrani
Pada akhir abad pertengahan,
bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak dipelajari di Eropa. Kedua bahasa tersebut
kemudian secara resmi diakui pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Kedudukannya
sebagai bahasa Injil telah menempatkan bahasa Ibrani sejajar dengan bahasa
Latin dan bahasa Yunani sebagai bahasa
yang perlu diperhatikan. Pengetahuan akan bahasa Yunani, Latin dan Ibrani ini
merupakan kebanggaan bagi homo brilinguis
pada zaman Renaissans.
Selain sebagai bahasa Injil,
bahasa Ibrani juga berkedudukan sebagai kitab perjanjian lama dan kitab
perjanjian baru. Salah satu buku tata bahasa yang ditulis oleh Reuchlin
berjudul De Rudimetis Hebraicis
membahas tentang penggolongan kata. Yang menarik dalam buku tersebut ialah
sistem penggolongan kata yang jauh berbeda dengan sistem yang dipakai oleh
tatabahasawan bahasa Ibrani asli; nomina, verba dan partikel-partikel. Penggolongan
ini mirip dengan penggolongan kata dalam linguistik Arab yang menjadi ismun,
fi’lun, dan harfun.
Pada dasarnya bahasa Ibrani dan
bahasa Arab merupakan bahasa yang serumpun dan dalam perkembangan studi bahasa
Ibrani sejalan dengan perkembangan linguistik bahasa Arab yang memang lebih
dahulu mengalami kemajuan. Itulah sebabnya istilah-istilah dan
kategori-kategori yang digunakan banyak mengambil dari bahasa Arab.
2.2.2
Linguistik
Arab
Seperti halnya bahasa Ibrani,
kajian linguistik Arab juga memperoleh inspirasi dari sastra suci yaitu
Al-Qur’an bagi orang Arab. Sebagai kitab suci Islam, Firman Tuhan yang
diwahyukan kapada Nabi Muhammad, Al-Qur’an merupakan ikatan pemersatu bagi
seluruh perluasan kekuasaan Arab dengan kepercayaan Islam yang lebih luas.
Seperti naskah-naskah suci
lainnya, kitab Al-Qur’an menimbulkan suatu tradisi dalam memberikan keterangan
dan komentar kebahasaaan dan juga terdapat kebutuhan birokrasi dalam pelatihan
administrator dan pegawai-pegawai dalam bahasa yang diakui pemerintah Islam. Oleh
karena itu, pengajaran bahasa Arab di dunia Islam mempunyai kedudukan yang
sebanding dengan bahasa Latin.
Ada dua aliran linguistik Arab,
yaitu aliran Basra dan aliran Kufah yang namanya diambil sesuai dengan nama
kota tempat para linguis tersebut tinggal.
Aliran Basra mendapat pengaruh dari konsep analogi dari zaman Yunani.
Aliran Basra menekankan keteraturan yang ketat dan hakikat sistematis bahasa
sebagai sarana pembicaraan logis mengenai dunia fenomena. Sebaliknya, aliran
Kufah memberikan perhatian kepada keanekaragaman bahasa, termasuk
variasi-variasi dialegtis dan bentuk-bentuk tekstual dan dalam beberapa hal aliran
ini merupakan penganut paham anomali.
Studi bahasa Arab mencapai puncak
pada akhir abad ke-8 dengan terbitnya buku tata bahasa Arab berjudul Al-Kitab atau yang lebih dikenal dengan
nama kitab Al-Ayn karya Sibawaihi
dari kelompok linguistik Basra. Dalam kitabnya itu, Sibawaihi membagi kata atas
3 kelas, yaitu ismun (nomen), fi’lun (verbum), harfun (partikel).
Dalam membuat deskripsi fonetik,
Sibawaihi telah melepaskan diri dari pengaruh Yunani. Dia membuat deskripsi
fonetik secara sistematik artikulasi. Deskripsi bunyi dimulai dari belakang,
yaitu dari bunyi glotal stop ayn.
Itulah sebabnya buku tatabahasa ini disebut kitab al-ayn. Velarisasi dan
palatalisasi juga telah digambarkan dengan tepat. Hanya tentang kontras bunyi
bersuara dan tak bersuara belum dibicarakan.
2.2.3
Bahasa-Bahasa
Eropa
Bahasa-bahasa Eropa sebenarnya
juga sudah menarik perhatian sejak sebelum zaman Renaissans, di samping bahasa
Latin dan bahasa Yunani. Pada abad ke-7 telah tercatat adanya sebuah buku tata
bahasa Irlandia. Pada abad ke-12 tercatat pula adanya buku tata bahasa
Irlandia. Sedangkan pada abad ke-13 dijumpai pula tata buku Provencal yang
mendapat perhatian secara khusus dan serius adalah studi mengenai bahasa Roman
atau Neo-Latin.
Pengakajian mengenai bahasa-bahasa
Latin baru (bahasa Romans) diawali dengan De
vulgari eloquentia karangan Dante pada awal abad ke-14. Di buku tersebut
menjelaskan manfaat-manfaat bahasa lisan
yang dipelajari secara tidak sadar pada waktu kecil dan membandingkannya dengan
bahasa Latin tulis yang diperoleh sebagai bahasa kedua di sekolah melalui
kaidah-kaidah tatabahasa. Dante juga mengusulkan agar bahasa Italia dijadikan
sebagai bahasa persatuan di seluruh Italia.
Hubungan antara bahasa-bahasa
Romans dengan bahasa Latin menyebabkan timbulnya studi bahasa-bahasa secara
diakronik. Perubahan bunyi bahasa Latin ke dalam bahasa Spanyol, bahasa Prancis
dan bahasa Italia dicatat dengan cermat. Demikian juga muncullah
diskusi-diskusi tentang perubahan linguistik. Sebab-sebab perubahan linguistik
ini dibahas dengan mengacu pada faktor-faktor hubungan dan pencampuran
kebahasaan, perubahan-perubahan yang terpisah dan pelan-pelan yang berlangsung
dalam pewarisan bahasa lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Bahasa-bahasa Romans bukanlah
bahasa Latin yang telah rusak, melainkan bahasa-bahasa yang otonom dan
mempunyai jasa sendiri dalam masyarakat penuturnya. Ilmuawan mencatat asal
ciri-ciri bahasa Romans dari kata-kata infinitif bahasa Latin yang diikuti oleh
bentuk-bentuk verba habere dan
kenyataan bahwa nomina yang tidak berkasus dari bahasa-bahasa Romans modern
telah mengganti paradigma bentuk kasus yang terpisah yang ditemukan dalam
bahasa Latin.
2.2.4
Bahasa-Bahasa
Luar Eropa
Bahasa-bahasa di luar Eropa
mendapat perhatian dalam studi bahasa karena kegiatan para misionaris ke luar
negeri yang jauh dari Eropa harus melibatkan mereka dengan bahasa-bahasa
tersebut. Oleh karena itu, muncullah berbagai tulisan mengenai bahasa-bahasa
seperti yang terdapat di India, Jepang, Indonesia dan daerah lainnya.
Kegiatan keagamaan dan kegiatan
lain, seperti politik, perdagangan, dan sebagainya menyadarkan pula perlunya
sebuah bahasa yang dapat dipakai sebagai bahasa perhubungan (lingua franca)
antar bangsa. Di antara wilayah Asia Tenggara misalnya, bahasa Melayu yang
semula merupakan bahasa suku bangsa di selat Malaka telah menjadi lingua franca bagi para pedagang dan
pelaut, juga kaum penjajah.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Studi
bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh
para filsuf skolatik dan bahasa Latin menjadi lingua franca. Begitupula pada zaman Renaissans yang dianggap
sebagai zaman pembukaan abad pemikiran modern.
Pada
zaman pertengahan umumnya membahas mengenai peranan Kaum Modistae, Tata bahasa
spekulativa dan Petrus Hispanus. Kaum Modistae ini membahas mengenai pertentangan
antara fisis dan nomos serta pertentangan antara analogi dan anomali. Sedangkan
tata bahasa spekulativa atau spekulatif merupakan hasil pemaduan deskripsi
gramatikal Latin ke dalam sistem filsafat skolastik. Dalam kedua hal tersebut
berperan pula Petrus Hispanus. Petrus Hispanus ini merupakan seorang Paus yang
menciptakan buku summulae logicale
yang di dalam buku tersebut membahas mengenai ketatabahasaan.
Pada
zaman Renaissans perkembangan ketatabahasaan banyak membahas mengenai bahasa
Ibrani, linguistik Arab, bahasa Eropa dan luar Eropa.
3.2 Saran
Aliran tradisional
merupakan istilah dalam tatabahasa tradisional yang mengalami
perkembangan-perkembangan. Perkembangan-perkembangan tersebut perlu kita
ketahui sebagai pengkaji ketatabahasaan. Dalam makalah ini, penulis telah
memaparkan beberapa pembahasan mengenai judul tersebut. Akantetapi penulis
menyadari akan banyaknya kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu, kritik maupun saran sangat diharapkan agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Harapan penulis semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Akhyaruddin.
_. Mazhab Linguistik. Jambi: Universitas
Jambi.
Robins,
RH. Sejarah Singkat Linguistik. 1990.
Bandung: ITB Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar