Sabtu, 17 Desember 2016

ALIRAN TRADISIONAL ZAMAN PERTENGAHAN DAN RENAISSANS



ALIRAN TRADISIONAL
ZAMAN PERTENGAHAN DAN RENAISSANS
Tugas Mata Kuliah Mazhab Linguistik

Dosen Pengampu: Drs. Akhyarudin, M.Hum

Oleh:
Kelompok 2
1.    Ahillah                 A1B112059
2.    Imadona              A1B112007
3.    Herti Gustina      A1B112005



PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UNIVERSITAS JAMBI
MARET, 2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang mana kami telah dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Mazhab Linguistik.
Kemudian ucapan terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, baik berupa sarana dan prasarana maupun berupa ide-ide atau gagasan-gagasan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun makalah yang kami beri judul Aliran Tradisional Zaman Pertengahan dan Zaman Raissans ini membahas mengenai perkembangan  tatabahasa pada zaman pertengahan dan zaman Renaissans. Hal tersebut patut kita ketahui sebagai mahasiswa bahasa dan sastra sebagai penunjang dalam perkuliahan.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan dan kekurangan kami mohon maaf. Kritik maupun saran kami buka demi perbaikan makalah ini untuk selanjutnya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

                                                                                                 _, Maret 2013
Penyusun

Kelompok 2


 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan.............................................................. 1
1.4  Metode Penulisan.................................................................................... 1
BAB II ALIRAN TRADISIONAL ZAMAN PERTENGAHAN DAN RENAISSANS     2
2.1 Zaman Pertengahan................................................................................. 2
2.1.1     Kaum Modistae.............................................................................. 2
2.1.2     Tata Bahasa Spekulativa............................................................. 3
2.1.3     Petrus Hispanus............................................................................ 4
2.2 Zaman Renaissans................................................................................... 5
2.2.1     Bahasa Ibarani............................................................................... 5
2.2.2     Linguistik Arab............................................................................... 5
2.2.3     Bahasa-Bahasa Eropa................................................................. 7
2.2.4     Bahasa-Bahasa Luar Eropa........................................................ 8
BAB III PENUTUP............................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 9
3.2 Saran.......................................................................................................... 9
ii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 10


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan sejarahnya, linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan. Salah satu aliran dalam perkembangan linguistik yaitu aliran tradisional. Aliran tradisional tersebut dibagi lagi menjadi 5 periode, di antaranya: linguistik zaman Yunani, zaman Romawi, zaman Pertengahan, zaman Renaissans dan menjelang lahirnya linguistik modern.
Pada zaman pertengahan, peradaban klasik Yunani dan Roma mengalami perubahan secara radikal, sedangkan pada zaman Renaissans penemuan kembali kebudayaan peradaban Yunani-Roma. Zaman Renaissans ini dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran modern. Pada perkembangannya, aliran tradisional ini mengalami perubahan-perubahan dalam setiap periode-periodenya.
1.2  Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi penyimpangan atau kekeliruan, maka dibuatlah rumusan masalah sebagai batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas. Adapun rumusan masalahnya ialah mengenai aliran tradisional pada zaman pertengahan dan zaman Renaissans.
1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah supaya baik penulis maupun pembaca dapat mengetahui tentang aliran tradisional zaman pertengahan dan zaman Renaissans dan supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam pembelajaran.
1.4  Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini ialah dengan telaah pustaka dan pencarian materi dalam media internet.

BAB II
ALIRAN TRADISIONAL
ZAMAN PERTENGAHAN DAN RENAISSANS
2.1 Zaman Pertengahan
Selama Zaman Pertengahan, peradaban klasik Yunani dan Roma mengalami perubahan radikal sebagai akibat perhubungan dengan suku Germanik dari Utara, para penganut Kristen dari Palestina, dan kaum Muslim dari semenanjung Arabia dan Afrika Utara. Pada zaman pertengahan, di Eropa studi bahasa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolatik. Bahasa Latin kemudian menjadi lingua franca karena digunakan sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa dalam ilmu pengetahuan. Pada zaman pertengahan ini membahas mengenai peranan Kaum Modistae, tata bahasa spekulativa dan Petrus Hispanus.

2.1.1      Kaum Modistae
            Kaum Modistae ini membahas mengenai pertentangan antara fisis dan nomos serta pertentangan antara analogi dan anomali. Kaum Modistae menerima konsep analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler dan universal. Mereka juga memperhatikan semantik sebagai dasar penyebutan definisi-definisi bentuk bahasa.
            Kaum Modistae melakukan analisis tentang hubungan-hubungan sintaktik dari segi ketergantungan dan terminasi dari suatu ketergantungan. Ketergantungan dan terminasinya juga digunakan untuk membedakan anak kalimat dan kontruksi bebas atau kontruksi induk kalimat.
            Kelompok Modistae menerapkan istilah-istilah constructio intransitiva dan constuctio transitiva kepada hubungan sintaksis tertentu antara komponen-komponen kalimat, atau unsur-unsur struktur kalimat yang melibatkan beberapa golongan kata yang berbeda.

2.1.2      Tata Bahasa Spekulativa
            Tata bahasa spekulativa atau spekulatif merupakan hasil pemaduan deskripsi gramatikal Latin ke dalam sistem filsafat skolastik. Skolatisme itu sendiri merupakan sistem pemikiran yang diperkuat dan memperkuat kepercayaan kristen saat itu yang bisa berperan dalam menyatukan ke dalam dirinya sendiri semua cabang dan jurusan ilmu pengetahuan manusia dan di dalamnya tuntutan rasio dan wahyu dapat diselaraskan.
            Dalam tata bahasa spekulativa, kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk. Kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas, dan sebagainya. Semua bahasa akan mempunyai kata untuk konsep yang sama dan semua bahasa akan menyatakan kesamaan jenis kata dan kategori-kategori gramatikal lainnya.

2.1.3      Petrus Hispanus
            Petrus Hispanus pernah menjadi Paus pada tahun 1276-1277 dengan gelar Paus Yohanes XXI. Beliau pernah membuat buku yang berjudul Summulae Logicale. Peranannya dalam bidang linguistik anatara lain:
1.    Petrus Hispanus pernah memasukkan psikologi dalam analisis bahasa. Dia juga membedakan antara signifikan utama dan konsignifikasi, yaitu perbedaan pengertian pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan.
2.    Petrus Hispanus membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen subtantivum dan nomen adjectivum.
3.    Petrus Hispanus juga telah membedakan patres orationes atas caterematik dan sintategorematik. Categeromatik adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat. Sedangkan sintategorematik adalah semua bentuk tutur lainnya.
           Dalam perkembangannya, pemakaian suppositum dan appositum sebagai istilah sintaksis untuk menamai nomina dan pronomina sebagai subjek dan verba sebagai predikat dari kalimat deklaratif  (indikatif) telah berkembang sejak abad ke-12 dalam tulisan-tulisan Petrus Hispanus. Sebelumnya, suppositum digunakan lebih banyak dalam pengertian umum suppositio yang ditemukan dalam Petrus Hispanus yang berarti apa yang dilambangkan oleh sebuah nomina.

2.2 Zaman Renaissans
Zaman Renaissans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran modern. Dalam sejarah studi bahasa pada zaman Renaissans ada dua hal yang cukup menonjol dan patut untuk digaris bawahi, yaitu:
a.    Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.
b.    Selain bahasa Yunani, Ibrani, dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, para sarjana pada masa itu juga memperhatikan bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa bahkan juga perbandingan.
Pada zaman Renaissans ini membahas mengenai bahasa Ibrani, linguistik Arab, bahasa-bahasa Eropa dan luar Eropa.

2.2.1   Bahasa Ibrani
              Pada akhir abad pertengahan, bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak dipelajari di Eropa. Kedua bahasa tersebut kemudian secara resmi diakui pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Kedudukannya sebagai bahasa Injil telah menempatkan bahasa Ibrani sejajar dengan bahasa Latin dan bahasa Yunani  sebagai bahasa yang perlu diperhatikan. Pengetahuan akan bahasa Yunani, Latin dan Ibrani ini merupakan kebanggaan bagi homo brilinguis pada zaman Renaissans.
              Selain sebagai bahasa Injil, bahasa Ibrani juga berkedudukan sebagai kitab perjanjian lama dan kitab perjanjian baru. Salah satu buku tata bahasa yang ditulis oleh Reuchlin berjudul De Rudimetis Hebraicis membahas tentang penggolongan kata. Yang menarik dalam buku tersebut ialah sistem penggolongan kata yang jauh berbeda dengan sistem yang dipakai oleh tatabahasawan bahasa Ibrani asli; nomina, verba dan partikel-partikel. Penggolongan ini mirip dengan penggolongan kata dalam linguistik Arab yang menjadi ismun, fi’lun, dan harfun.
              Pada dasarnya bahasa Ibrani dan bahasa Arab merupakan bahasa yang serumpun dan dalam perkembangan studi bahasa Ibrani sejalan dengan perkembangan linguistik bahasa Arab yang memang lebih dahulu mengalami kemajuan. Itulah sebabnya istilah-istilah dan kategori-kategori yang digunakan banyak mengambil dari bahasa Arab.

2.2.2   Linguistik Arab
              Seperti halnya bahasa Ibrani, kajian linguistik Arab juga memperoleh inspirasi dari sastra suci yaitu Al-Qur’an bagi orang Arab. Sebagai kitab suci Islam, Firman Tuhan yang diwahyukan kapada Nabi Muhammad, Al-Qur’an merupakan ikatan pemersatu bagi seluruh perluasan kekuasaan Arab dengan kepercayaan Islam yang lebih luas.
              Seperti naskah-naskah suci lainnya, kitab Al-Qur’an menimbulkan suatu tradisi dalam memberikan keterangan dan komentar kebahasaaan dan juga terdapat kebutuhan birokrasi dalam pelatihan administrator dan pegawai-pegawai dalam bahasa yang diakui pemerintah Islam. Oleh karena itu, pengajaran bahasa Arab di dunia Islam mempunyai kedudukan yang sebanding dengan bahasa Latin.
              Ada dua aliran linguistik Arab, yaitu aliran Basra dan aliran Kufah yang namanya diambil sesuai dengan nama kota tempat para linguis tersebut tinggal.  Aliran Basra mendapat pengaruh dari konsep analogi dari zaman Yunani. Aliran Basra menekankan keteraturan yang ketat dan hakikat sistematis bahasa sebagai sarana pembicaraan logis mengenai dunia fenomena. Sebaliknya, aliran Kufah memberikan perhatian kepada keanekaragaman bahasa, termasuk variasi-variasi dialegtis dan bentuk-bentuk tekstual dan dalam beberapa hal aliran ini merupakan penganut paham anomali.
              Studi bahasa Arab mencapai puncak pada akhir abad ke-8 dengan terbitnya buku tata bahasa Arab berjudul Al-Kitab atau yang lebih dikenal dengan nama kitab Al-Ayn karya Sibawaihi dari kelompok linguistik Basra. Dalam kitabnya itu, Sibawaihi membagi kata atas 3 kelas, yaitu ismun (nomen), fi’lun (verbum), harfun (partikel).
              Dalam membuat deskripsi fonetik, Sibawaihi telah melepaskan diri dari pengaruh Yunani. Dia membuat deskripsi fonetik secara sistematik artikulasi. Deskripsi bunyi dimulai dari belakang, yaitu dari bunyi glotal stop ayn. Itulah sebabnya buku tatabahasa ini disebut kitab al-ayn. Velarisasi dan palatalisasi juga telah digambarkan dengan tepat. Hanya tentang kontras bunyi bersuara dan tak bersuara belum dibicarakan.

2.2.3   Bahasa-Bahasa Eropa
              Bahasa-bahasa Eropa sebenarnya juga sudah menarik perhatian sejak sebelum zaman Renaissans, di samping bahasa Latin dan bahasa Yunani. Pada abad ke-7 telah tercatat adanya sebuah buku tata bahasa Irlandia. Pada abad ke-12 tercatat pula adanya buku tata bahasa Irlandia. Sedangkan pada abad ke-13 dijumpai pula tata buku Provencal yang mendapat perhatian secara khusus dan serius adalah studi mengenai bahasa Roman atau Neo-Latin.
              Pengakajian mengenai bahasa-bahasa Latin baru (bahasa Romans) diawali dengan De vulgari eloquentia karangan Dante pada awal abad ke-14. Di buku tersebut menjelaskan manfaat-manfaat bahasa  lisan yang dipelajari secara tidak sadar pada waktu kecil dan membandingkannya dengan bahasa Latin tulis yang diperoleh sebagai bahasa kedua di sekolah melalui kaidah-kaidah tatabahasa. Dante juga mengusulkan agar bahasa Italia dijadikan sebagai bahasa persatuan di seluruh Italia.
              Hubungan antara bahasa-bahasa Romans dengan bahasa Latin menyebabkan timbulnya studi bahasa-bahasa secara diakronik. Perubahan bunyi bahasa Latin ke dalam bahasa Spanyol, bahasa Prancis dan bahasa Italia dicatat dengan cermat. Demikian juga muncullah diskusi-diskusi tentang perubahan linguistik. Sebab-sebab perubahan linguistik ini dibahas dengan mengacu pada faktor-faktor hubungan dan pencampuran kebahasaan, perubahan-perubahan yang terpisah dan pelan-pelan yang berlangsung dalam pewarisan bahasa lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
              Bahasa-bahasa Romans bukanlah bahasa Latin yang telah rusak, melainkan bahasa-bahasa yang otonom dan mempunyai jasa sendiri dalam masyarakat penuturnya. Ilmuawan mencatat asal ciri-ciri bahasa Romans dari kata-kata infinitif bahasa Latin yang diikuti oleh bentuk-bentuk verba habere dan kenyataan bahwa nomina yang tidak berkasus dari bahasa-bahasa Romans modern telah mengganti paradigma bentuk kasus yang terpisah yang ditemukan dalam bahasa Latin.

2.2.4   Bahasa-Bahasa Luar Eropa
              Bahasa-bahasa di luar Eropa mendapat perhatian dalam studi bahasa karena kegiatan para misionaris ke luar negeri yang jauh dari Eropa harus melibatkan mereka dengan bahasa-bahasa tersebut. Oleh karena itu, muncullah berbagai tulisan mengenai bahasa-bahasa seperti yang terdapat di India, Jepang, Indonesia dan daerah lainnya.
              Kegiatan keagamaan dan kegiatan lain, seperti politik, perdagangan, dan sebagainya menyadarkan pula perlunya sebuah bahasa yang dapat dipakai sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antar bangsa. Di antara wilayah Asia Tenggara misalnya, bahasa Melayu yang semula merupakan bahasa suku bangsa di selat Malaka telah menjadi lingua franca bagi para pedagang dan pelaut, juga kaum penjajah.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolatik dan bahasa Latin menjadi lingua franca. Begitupula pada zaman Renaissans yang dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran modern.
Pada zaman pertengahan umumnya membahas mengenai peranan Kaum Modistae, Tata bahasa spekulativa dan Petrus Hispanus. Kaum Modistae ini membahas mengenai pertentangan antara fisis dan nomos serta pertentangan antara analogi dan anomali. Sedangkan tata bahasa spekulativa atau spekulatif merupakan hasil pemaduan deskripsi gramatikal Latin ke dalam sistem filsafat skolastik. Dalam kedua hal tersebut berperan pula Petrus Hispanus. Petrus Hispanus ini merupakan seorang Paus yang menciptakan buku summulae logicale yang di dalam buku tersebut membahas mengenai ketatabahasaan.
Pada zaman Renaissans perkembangan ketatabahasaan banyak membahas mengenai bahasa Ibrani, linguistik Arab, bahasa Eropa dan luar Eropa.
3.2 Saran
Aliran tradisional merupakan istilah dalam tatabahasa tradisional yang mengalami perkembangan-perkembangan. Perkembangan-perkembangan tersebut perlu kita ketahui sebagai pengkaji ketatabahasaan. Dalam makalah ini, penulis telah memaparkan beberapa pembahasan mengenai judul tersebut. Akantetapi penulis menyadari akan banyaknya kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kritik maupun saran sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis pribadi.

DAFTAR PUSTAKA
Akhyaruddin. _. Mazhab Linguistik. Jambi: Universitas Jambi.
Robins, RH. Sejarah Singkat Linguistik. 1990. Bandung: ITB Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar