Rabu, 14 Desember 2016

MENGAMATI DAN MENILAI GAYA BICARA ORANG LAIN



MENGAMATI DAN MENILAI GAYA BICARA SEORANG TEMAN
(Asep Suryadi)
Berbicara merupakan suatu keahlian yang wajib untuk dilatih karena pada hakikatnya orang yang berhasil dalam berbicara akan berhasil pula dalam segala hal. Dengan berbicara seseorang akan memperoleh suatu informasi. Orang yang pandai berbicara berarti orang yang berintelektual karena dapat dipastikan dia mempunyai banyak informasi yang dia dapatkan dari berbicara.
Dalam aktivitas berbicara, Asep dapat menyampaikan suatu gagasan dengan  baik. Akantetapi tidak ada manusia yang sempurna dibalik keberhasilan ada kekurangan yang selalu harus dipelajari dan diperbaiki untuk menjadi lebih baik lagi. Asep sudah mulai dapat menguasai rambu-rambu dalam berbicara, akantetapi ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki di antaranya sebagai berikut.
1.      Menguasai masalah yang dibicarakan
Misalkan di dalam diskusi, dia mampu merelevansikan pembahasan dalam makalah dengan memberi contoh sederhana yang terdapat di dalam masyarakat.
2.      Mulai berbicara kalau situasi telah mengizinkan
Di dalam diskusi dia akan mulai berbicara jika situasi telah tenang, akantetapi dalam komunikasi sederhana dengan sesama teman dia tidak memperhatikan rambu dalam poin ini. Dia akan berbicara jika ada yang ingin ia katakan.
3.      Pengarahan yang tepat
Ia memulai pembicaraan dengan cukup baik atau menggunakan salam, lalu kemudian membicarakan hal yang akan dibicarakan jika di dalam forum diskusi yang dipimpin oleh seorang dosen pembimbing.
4.      Berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat
Dia mampu menyampaikan suatu gagasan dengan tenang dan dengan suara yang jelas sehingga informasi yang ia sampaikan kepada pendengar dapat dipahami dengan baik.
5.      Pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu
Dalam menyampaikan suatu gagasan sesekali ia menggunakan kenesik (gerak-gerik tubuh) untuk memperjelas maksud dari gagasannya tersebut.



6.      Berbicara dengan sopan, hormat, dan memperlihatkan rasa persaudaraan
Dalam poin ini,  Asep belum mampu menguasainya. Dia cenderung berbicara hanya menurut pikirannya saja dan sulit untuk menerima pemikiran orang lain. Hal itu mungkin dikarena faktor percaya diri yang cukup kuat sehingga tidak mudah untuk menerima suatu gagasan dari orang lain jika gagasan tersebut tidak sesuai dengan pemikirannya.
7.      Dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan
Dalam forum diskusi yang dalam pengawasan seorang dosen pembimbing, dia akan berbicara jika moderator telah mengizinkan, akantetapi di luar dari kegiatan tersebut, ia kadang akan berebut untuk berbicara sehingga komunikasi tidak dapat berjalan dengan lancar.
8.      Kenyaringan suara
Salah satu kecakapan yang ia miliki dalam berbicara yaitu suaranya yang jelas dan lantang sehingga pendengar dapat mendengar apa yang ia bicarakan dengan baik dan jelas.
9.      Mengusahakan agar pendengar dapat melihat pembicara sepenuhnya
Dalam berbicara ia mengusahakan agar si pendengar dapat melihatnya, jika diperlukan dia akan berdiri agar pendengar dapat melihatnya sepenuhnya. Pendengar akan lebih terkesan jika ia dapat melihat si pembicara sepenuhnya.
Selain yang dalam rambu-rambu di atas, kelebihan Asep dalam berbicara yaitu ia dapat menginformasikan suatu pesan dengan runtun dan pesan yang ia sampaikan berintelek artinya sesuai dengan fakta yang terjadi. Dia juga mengetahui informasi-informasi secara lebih luas dan informasi-informasi terbaru yang ia dapatkan.
Keberhasilannya dalam berbicara dikarena dia terlatih untuk berani berbicara sehingga mental keberanian telah kuat pada dirinya. Dia berbicara dengan tegas dan penuh semangat. Untuk dapat berbicara kita harus melatih keberanian kita untuk dapat mengemukakkan suatu ide atau pikiran sehingga kita dapat berbicara dengan runtun agar apa yang kita sampaikan dapat diterima oleh pendengar dengan baik.



MENGAMATI DAN MENILAI GAYA BICARA SEORANG DOSEN
(Drs. Agus Setyonegoro)
Cara bicara Pak Agus terbilang sudah cukup sederhana. Beliau mengadopsi cara bicara salah satu pembicara hebat Mario Teguh. Untuk dapat menjadi pembicara hebat, kita harus dapat meniru gaya bicara pembicara yang hebat. Pembicara yang hebat ialah pembicara yang mampu memukau pendengarnya dan membuat si pendengar terhipnotis dengan apa yang kita bicarakan.
Dalam berbicara, Pak Agus mampu memukau pendengarnya dengan materi-materi kuliah yang beliau berikan. Materi yang diberikan tidak terfokus pada satu pembahasan saja. Materi tersebut kemudian dikembangkan dan dihubungkan dengan sesuatu yang baru dan menarik. Apa yang beliau bicarakan dapat diterima oleh pendengar karena bahan pembicaraannya sesuai dengan fakta.
Selain materi pembelajaran, beliau menyelingi dengan cerita-cerita inspirasi yang dapat memotivasi kita menjadi lebih baik lagi. Cerita-cerita inspirasi yang beliau ceritakan tersebut diilhami dari kisah nyata seorang tokoh hebat. Terkadang beliau menceritakan kisah hidupnya sebagai pemompa semangat para mahasiswanya. Namun walaupun demikian, cerita tersebut tidak mendominan pada dirinya, artinya beliau memasukkan sedikit cerita hidupnya sebagai pemotivasi dalam penyampaian materi kuliah. Beliau mampu mengajak pendengar untuk dapat berpartisipasi dalam pembicaraannya dengan melakukan tanya jawab. Dari tanya jawab tersebut beliau mengajak agar semua dapat berbicara. Dari berbicaralah sumber ilmu didapat.
Hal yang paling tidak boleh dilakukan oleh si pembicara adalah merendahkan harga diri lawan bicaranya. Seorang pembicara harus mampu menghargai apa yang orang lain bicarakan. Apabila seseorang yang berbicara direndahkan harga dirinya atau menyalahkan apa yang ia katakan dengan kata-kata yang menyakitkan, maka hal itu dapat menghentikan keberanian seseorang untuk berbicara. Pak Agus juga berhasil dalam hal ini. Beliau membuat si lawan bicara menjadi lebih dihargai sehingga keberanian seseorang untuk berbicara menjadi lebih terpompa. Beliau tidak pernah menyalahkan apalagi mencaci pembicaraan dan pendapat orang lain. Beliau sangat menghargai pendapat atau pembicaraan orang lain, walau mungkin apa yang dibicarakan memang tidak menarik. Beliau malah memberikan suatu penghargaan terhadap orang-orang yang mau dan berani untuk bicara. Cara seperti ini mampu membuat seseorang berani berbicara dan mengemukakan pendapat.
Akantetapi bahasa atau logat beliau dalam berbicara masih sangat kental dengan logat Jawa. Beliau menemukan dan memikirkan materi yang akan disampaikan dengan merokok sejenak sehingga si pendengar tidak menyadari bahwa beliau sedang berfikir. Seperti kata guru matematika saya saat masih menduduki bangku SMA (Pak Edwar Asno) yang merupakan seorang pecandu rokok, mengatakan bahwa “Rokok merupakan sumber rumus saya. Saya dapat memperoleh rumus dari asap rokok yang saya hembuskan”. Begitulah yang beliau katakan yang berarti beliau berfikir dengan merokok.
Dalam berbicara dibutuhkan keberanian dan kemauan untuk berbicara. Orang yang berhasil dalam berbicara dapat dilihat dari banyaknya pendengar yang mau dan terpukau dengan apa yang ia bicarakan serta bagaimana reaksi pendengar dalam mendengarkan pembicaraannya. Pak Agus telah mempraktekkan rambu-rambu dalam berbicara dengan sangat baik. Dan Pak Agus telah menjadi pembicara yang berhasil dalam menyampaikan materi kuliah pada mahasiswa-mahasiswanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar