Rabu, 14 Desember 2016

MORFOLOGI



MAKALAH
MORFOLOGI




Dosen pembimbing:
Drs. Aripudin, M.Hum

Disusun oleh:
Kelompok 2

Anggota:
1.      Herti Gustina        A1B112005
2.      Ahillah                  A1B112009
3.      Asep Suryadi        A1B112039
4.      Mesha Nita Sari    A1B112053


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN SAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012

KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana berkat ramhat dan hidayahNyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tanpa berusaha manusia tidak akan mendapatkan  hasil yang mereka inginkan. Tanpa bersyukur manusia tidak dapat menikmati apa yang telah mereka usahakan.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami persembahkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini baik berupa ide-ide maupun yang lain-lainnya. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Begitu pula penulis yang pastinya akan selalu membutuhkan orang lain untuk membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari akan banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kritikan dan saran sangat dibutuhkan agar bisa diperbaiki dan dipelajari bersama untuk pembuatan makalah selanjutnya agar bisa menjadi lebih baik lagi. Harapan penulis agar makalah ini bermanfaat bagi semuanya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jambi, _ Desember 2012
Penyusun
           
Kelompok 4


 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................  i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1  Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3  Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2
1.4  Manfaat Penulisan................................................................................................ 2
1.5  Tinjauan Pustaka.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
1.1  Pengertian Morfologi.......................................................................................... 3
1.2  Prinsip-Prinsip Pengenalan Morfem.................................................................... 4
1.3  Proses Morfologis............................................................................................... 6
1.4  Klasifikasi Morfem............................................................................................. 7
BAB III PENUTUP................................................................................................. 10
3.1  Kesimpulan......................................................................................................... 10
3.2  Saran................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

..............................................................................................  11


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu tata bentuk kata dan merupakan bagian dari ilmu bahasa (liguistik). Orang yang ingin menguasai bahasa tertentu perlulah memahami dengan baik morfologi bahasa itu. Itulah sebabnya, morfologi menjadi mata kuliah wajib untuk mahasiswa linguistik di fakultas sastra atau fakultas ilmu budaya. Sebagai ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk struktur kata, morfologi pun menjadi salah satu ilmu dasar dalam bidang linguistik. Ia bisa diposisikan setelah bidang fonologi. Itulah sebabnya, morfologi selalu dipelajari setelah fonologi.
Morfologi dipakai oleh berbagai cabang ilmu. Secara harfiah, morfologi berarti ‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphos). Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari mengenai pembentukan kata. Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa. Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur tersebut tergolong  ke dalam satuan gramatik yang paling kecil.
Sedangkan kata merupakan satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf  atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.

1.2  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini perlu adanya rumusan masalah sebagai batasan-batasan agar tidak terjadi penyimpangan dari pembahasan yang dibahas dalam makalah ini. Rumusan masalah tersebut di antaranya sebagai berikut:
1.      Pengertian morfologi
2.      Prinsip-prinsip pengenalan morfem
3.      Proses morfologis
4.      Klasifikasi morfem

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar baik pembaca maupun penulis dapat mengetahui dan mamahami tentang pembahasan yang terdapat dalam makalah ini yaitu di antaranya:
1.      Pengertian morfologi
2.      Prinsip-prinsip pengenalan morfologi
3.      Proses morfologis
4.      Klasifikasi morfem

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu diharapkan pembaca maupun penulis dapat memahami tentang morfologi bahasa sebagai acuan dalam proses pembelajaran karena morfologi merupakan suatu ilmu yang patut dan perlu untuk diketahui dan dipelajari dalam ilmu ketatabahasaan (linguistik).

1.5  Tinjauan Pustaka
Materi yang terdapat dalam makalah ini didapat dengan mengadakan telaah pustaka dan penjelajahan di media internet. Kemudian materi dari sumber-sumber yang didapat dirangkum dan disusun dengan memperhatikan rumusan masalah yang ada sehingga dari rangkuman tersebut dijadikan pembahasan dalam makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Morfologi
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Jadi berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Morfem merupakan suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974:6)Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
Berdasarkan konsep-konsep di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Sedangkan kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf  atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

2.2  Prinsip-Prinsip Pengenalan Morfem
Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem yakni sebagai berikut:
1.      Prinsip pertama
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
Contoh:
Baca                               ke-an
Pembaca                         kecepatan
Bacaan                           kedutaan
Membacakan                  kedengaran
Karena struktur fonologis dan maknanya sama, maka satuan tersebut merupakan morfem yang sama. Satuan tersebut walaupun struktur fonologisnya sama bukan merupakan morfem yang sama karena makna gramatikalnya berbeda.

2.      Prinsip Kedua
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang berbeda merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
Contoh:
Mem-                 : membawa
Men-                  : menulis
Meny-                : menyisir
Meng-                : menggambar
Me-                    : melempar
Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
3.      Prinsip Ketiga
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna yang sama dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan contoh berikut:
ber-      :berkarya, bertani, bercabang
bel-      :belajar, belunjur
be-       :bekerja, berteriak, beserta
Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.

4.      Prinsip Keempat
Apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem yang disebut morfem zero.
Misalnya:
a.       Asep membeli sepatu
b.      Tina menulis surat
c.       Ahillah makan nasi
d.      Mesha minum susu
Semua kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Kalau pada kalimat a dan b verba aktif transitif tersebut ditandai oleh men-, sedangkan pada kalimat c dan d verba aktif transitif itu ditandai kekosongan (men- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.

5.      Prinsip Kelima
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan fonem yang berbeda. 
Contoh:
a.       Asep membeli buku
b.      Buku itu sangat mahal
c.       Mesha membaca buku
d.      Mesha makan buku tebu
Satuan buku pada kalimat a dan b merupakan morfem yang sama karena maknanya sama. Satuan buku pada kalimat kalimat c dan d bukanlah morfem yang sama karena maknanya berbeda.

6.      Prinsip Keenam
Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada berlari, ter- dan tinggi pada tertinggi tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan yang lebih kecil. Oleh karena itu, ber-, lari, ter, dan tinggi adalah morfem.

2.3  Proses Morfologis
Proses morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem  yang lain yang merupakan bentuk dasar. Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.
1.      Pengafiksan
Bentuk atau morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan. Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata.
Contoh:
Berbaju
Menemukan
Ditemukan
Jawaban
Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).

2.      Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak. Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.

3.      Penggabungan atau Pemajemukan
Penggabungan atau pemajemukan adalah suatu proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal. Contoh: Sapu tangan, Rumah sakit, tempat duduk, dan lain-lain.

4.      Perubahan Intern
Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu  sendiri. Contoh:
Laki-laki
Perempuan
Saudara
Pemuda
Saudari
Pemudi

5.      Suplisi
Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru. Suplisi adalah proses morfologis yang terjadi karena faktor tense. Oleh karena itu, banyak ditemukan pada bahasa-bahasa yang mengenal tense seperti bahasa Inggris. Contoh: Kata go berubah menjadi went dan gone.

6.      Modifikasi kosong
Modifikasi kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi konsepnya saja yang berubah.

2.4  Klasifikasi Morfem
1.      Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata. Sedangkan morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa.
Misalnya:
Morfem bebas – “saya”, “buku”, dan sebagainya.
Morfem terikat – “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dan sebagainya.

2.      Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental
Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. Oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental.
Morfem supra segmental adalah morfem  yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misalnya jeda dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
bapak wartawan               bapak//wartawan
ibu guru                               ibu//guru

3.      Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. Morfem yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yang setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah} berarti ‘tempat belajar’.
Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. Morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.

4.      Morfem Utuh dan Morfem Terbelah
Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.
Morfem terbelah merupakan morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. Morfem-morfem itu terbelah oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. Contoh lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu sendiri. Morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.

5.      Morfem Monofonemis  dan Morfem Polifonemis
Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi.
Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu, sama’.

6.      Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif
a.      Morfem aditif
Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. Morfem aditif (additive morpheme) ialah morfem yang biasanya ditempeli oleh atau ditempelkan kepada morfem lain, meliputi dasar, afiks (prefix, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, suprafiks) dan pengulangan.Contohnya: mengaji, berbaju dan lain-lain.

b.      Morfem replasif
Morfem replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian. Morfem replasif (replacive morpheme) ialah morfem yang menggantikan bagian dari dasar atau akar, biasanya berupa bentuk-bentuk fonemis. Misalnya kata pemuda dan pemudi, mahasiswa dan mahasiswi.

c.       Morfem substraktif
Morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain.




BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Ada tiga proses morfologis yaitu pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi dan pemajemukan atau penggabungan. Pengafiksan adalah proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Reduplikasi adalah pengulangan sutau gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik  disertai dengan variasi fonem maupun tidak. Dan pemajemukan adalah suatu proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal. Selain yang disebutkan di atas terdapat juga proses morfologis berupa perubahan intern, suplisi dan modifikasi kosong yang banyak terdapat pada bahasa asing.
Adapun klasifikasi morfem meliputi: morfem bebas dan morfem terikat, morfem segmental dan morfem supra segmental, morfem bermakna leksikal dan morfem tak bermakna leksikal, morfem utuh dan morfem terbelah, morfem monofonemis dan morfem polifonemis, serta morfem aditif, morfem replasif dan morfem subtraktif.

3.2  Saran
Dengan mengucapkan rasa syukur alhamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Untuk itu, kritikan dan saran sangatlah dibutuhkan untuk bisa diperbaiki dan dipelajari untuk pembuatan makalah selanjutnya. Harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

1 komentar: