TUGAS
MENGANALISIS GAYA BAHASA DALAM
CERPEN DENIAS DAN BUMI SEPOTONG ROTI
Mata
Kuliah : Estetika dan
Stilistika Sastra
Dosen
Pengampu : Prof. H. Yundi
Fitrah, M.Hum, Ph.D
Disusun
oleh:
Nama : Herti Gustina
NIM : A1B112005
Semester/Kelas : II/A
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr.wb
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan
karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang diberi judul
Menganalisis Gaya Bahasa dalam Cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti. Dalam
makalah ini membahas mengenai analisis stilistika khususnya gaya bahasa dalam
cerpen karya Sandi Suryamat.
Kemudian
ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu baik berupa pemberian ide atau gagasan maupun sarana dan prasarana
dalam penyusunun makalah ini.
Dalam
cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti ini mengandung unsur stilistika yang di
dalamnya terdapat gaya bahasa. Hal ini sangat menarik untuk dianalisis sebagai
sampel untuk mengkaji stilistika dalam karya sastra. Hal ini merupakan bentuk
apresiasi kita sebagai penikmat sastra untuk dapat memahami dan menganalisis
karya sastra yang ada
Demikianlah
yang dapat penulis sampaikan. Kritik maupun saran penulis buka untuk perbaikan
analisis selanjutnya. Karena analisis ini penting untuk dapat memahami suatu
karya sastra.
Atas
perhatiannya penulis sampaikan terima kasih.
Jambi,
_ Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................................................
i
BAB
I PENDAHULUAN...............................................................................
1
1.1
Latar Belakang..........................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah......................................................................................
1
1.3
Tujuan
Penelitian.......................................................................................
1
1.4
Kegunaan Penelitian..................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................
3
2.1
Cerpen Denias
dan Bumi Sepotong Roti..................................................
3
2.2
Gaya Bahasa
dalam Cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti..................
7
1.
Gaya Bahasa
Berdasarkan Struktur Kalimat.......................................
7
2.
Gaya Bahasa
Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna......................
8
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................
11
3.2
Saran..........................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra
merupakan suatu karya yang memiliki nilai-nilai estetik yang tinggi. Di
dalamnya memuat unsur stilistika yang dapat memperindah suatu karya sastra.
Menurut Ratna (2009: 167) secara definitif stilistika adalah ilmu yang
berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Bahasa adalah sistem tanda, melalui
berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka memperoleh makna secara maksimal.
Dengan kata lain bahasa merupakan media dalam mengekspresikan karya sastra.
Dalam karya sastra tersebut menggunakan gaya bahasa yang dapat menimbulkan efek
estetik.
Analisis
stilistika merupakan suatu upaya untuk lebih bisa memudahkan dalam menikmati,
memahami, dan menghayati suatu karya sastra. Gaya bahasa merupakan acuan awal
yang digunakan untuk menemukan unsur lain di dalam stilistika, seperti makna
dan diksi. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa stilistika dapat
memudahkan kita dalam menikmati, memahami, dan menghayati keindahan bahasa yang
digunakan dalam karya sastra seperti pada cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti
karya Sandi Suryamat, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Jambi.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah
yang hendak dijawab dalam makalah ini yaitu: (1) Bagaimana cerpen Denias dan
Bumi Sepotong Roti yang ditulis oleh Sandi Suryamat, (2) Gaya bahasa apa saja
yang terkandung dalam cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti.
1.3 Tujuan Penulisan
Estetika
dan stilistika merupakan dua unsur yang terdapat dalam karya sastra. Dalam
ruang lingkup yang lebih kecil, makalah ini membahas mengenai: (1) Cerpen
Denias dan Bumi Sepotong Roti, (2) Gaya bahasa yang terkandung dalam cerpen
Denias dan Bumi Sepotong Roti.
1.4 Kegunaan
Penulisan
Pembuatan
makalah ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi pembaca maupun bagi
penulis pribadi. Adapun makalah ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
sebagai media pembelajaran sastra bagi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cerpen Denias
dan Bumi Sepotong Roti
Apa
jadinya jika bumi terbelah menjadi dua. Bagian pertama terombang-ambing dan
keluar dari gugusan tata surya, bagian yang kedua nyaris bertabrakan dengan
bulan. Tapi beruntung, bumi masih dilindungi asteroid yang bertebaran di
angkasa. Hingganya kini bulan tampak lebih dekat dari biasanya. Benar-benar
bulat, benar-benar terang. Itulah buntut dari peradaban manusia yang tak dapat
lagi dikendalikan. Peperangan, penjarahan, segala macam kejahatan sudah lazim
melanda. Akibatnya bumi tiba-tiba saja retak di bagian tengahnya, hingga
terbelah menjadi dua. Otoritas petinggi bumi dari penjuru benua sudah tidak
peduli lagi dengan kekacauan ini. Mereka tiba-tiba saja menghilang, seluruh
pemimpin negeri hilang, wakil rakyat hilang, perampok uang negara hilang,
aparatur negara juga hilang. Bagaimana pun caranya kita harus menyelamatkan
saudara-saudara kita yang ada di belahan bumi kedua. Belum tahu di mana
rimbanya mereka. Tapi yang jelas kita harus mencari mereka, dan yakinlah kita
dapat menyatukan lagi bumi yang terbelah ini!
Begitulah kiranya isi pidato Denias
dihadapan jutaan manusia, manusia yang ada di belahan bumi kedua. Bumi yang ia
tempati tinggal separuh lingkaran, selebihnya lepas mengangkasa dan tak tahu
rimbanya.
“ bisa apa kamu Denias? “ celoteh
salah satu pendengar. Kericuhan tak terelakkan. Ketahuilah Denias, kamu butuh
dukungan, bukan sekadar orasi patriotis saja. Jelas, Denias kesulitan
mendapatkan dukungan dari para khalayak, mengingat ia sendiri adalah seorang
aktivis transgender yang begitu dibenci oleh orang-orang bumi. Ia dianggap
menyalahi takdir, tapi tidak, ia mengubah takdir. Perdebatan terjadi, hanya
sebagian kecil yang mau mendukungnya, lainnya menolak keras usaha Denias.
Hari-hari bersambut, bumi separuh
itu makin sering terkikis, jurang-jurang bekas belahan makin rontok, bumi
tampak mengempis. Cacing tanah dan semacamnya mengangkasa, bangkai-bangkai
manusia di dalam tanah terbang, fosil-fosil dinosaurus melayang, inti bumi
keropos, tulang belulang melanglang. Denias urung mendapatkan banyak dukungan
dari khalayak. Ia punya maksud menggalang pasukan penyelamat bumi, yang terdiri
dari orang-orang cerdas dan bertenaga. Saat itulah ia berniat meminta bantuan
sahabatnya Viktor yang berada di Kiev, seorang pensiunan astronot dan juga cendikiawan.
Ia juga seorang fasis yang punya ideologi bertentangan dengan orang-orang yang
ingin diminta bantuan oleh Denias.
Belakangan Denias kerap menerima
gunjang-gunjing dari masyarakat yang meremehkan misinya. Mereka lah orang-orang
pesimisme yang hanya berdiam diri dan menganggap bahwa dunia sudah kiamat,
untuk apa berbenah, nikmati saja akhir dunia ini. Alhasil setelah sampai di
daratan Kiev, Denias mendapatkan begitu banyak cerita dari Viktor.
Ya. Cerita tentang para otoritas
bumi yang tiba-tiba saja menghilang. Awalnya masyarakat mengira para petinggi
bumi itu senyatanya sudah mati, terperosok ke dalam lubang bekas belahnya bumi,
atau mungkin terbawa potongan bumi yang kedua yang lantas mengangkasa. Tapi
ternyata tidak. Otoritas petinggi bumi itu rupanya sudah berdusta, diam-diam
mereka kabur meninggalkan bumi yang mereka anggap sudah tak layak untuk dihuni.
“ asteroid! Ya asteroid Denias! “
“ kenapa asteroid, Pak? “
Rencana besar sudah dibuat, selama
ini tak pernah ada intervensi dari rakyat. Aparatur negara yang sudah mencuri
uang rakyat itu sudah kabur. Megakonspirasi terjadi, hingganya para otoritas
bumi secara sembunyi-sembunyi sudah menyiapkan tempat untuk mereka sendiri guna
menghindari kerusakan parah di bumi. Timbullah tanda tanya besar di dalam benak
Denias, di mana para petinggi bumi itu sembunyi?
“ asteroid! Ya asteroid, seperti
yang aku katakan tadi Denias. Mereka sembunyi di sana “
Mereka sudah membangun hunian di
sana. Orang-orang cerdas di bumi mereka rekrut agar bisa menyulap asteroid-asteroid
yang berukuran besar menjadi tempat tinggal mereka. Semacam Pallas dan Ceres, Denias! Mereka sudah menyulapnya menjadi semacam motel,
penginapan, atau hotel berkelas. Membawa jutaan bahan makanan, merampasnya dari
bumi yang sudah yatim piatu. Lantas di manakah kini belahan bumi yang kedua?
Denias khawatir, jangan-jangan mereka sudah tertelan blackhole. Tapi tetap saja Denias masih percaya bahwa belahan bumi
yang kedua masih dapat ditemukan.
Denias mendapatkan dukungan dari
Viktor sang pensiunan. Ia diperbolehkan untuk mengemudikan Falcon 9, pesawat ruang angkasa yang Viktor curi dari perusahaan
wisata angkasa. Pesawat tersebut membutuhkan banyak awak, setidaknya lima
orang. Segera ia menghubungi kerabatnya Yahia, seorang antifasis dari Timur
Tengah. Mereka akan berangkat dari Moscow, sebab pesawat tersebut disimpan oleh
Viktor di sana. Mereka akan melanglang menuju Pallas, yang menurut informasi Viktor adalah tempat bersembunyinya
para petinggi otoritas bumi. Tapi sebelum berangkat, Denias melakukan orasi
untuk kedua kali. Ia ingin meyakinkan bahwa bumi yang mereka cintai akan dapat
disatukan kembali.
Cukup
sudah kita tipu daya yang kita alami! Saudaraku, para petinggi bumi sudah
mengingkari kita semua. Mereka kini sembunyi di angkasa. Sekarang waktunya kita
menyelamatkan saudara kita, menyatukan bumi kembali, kita berbenah atas bumi
yang kita cintai ini!
Tak ada tanggapan, lagi-lagi mereka
menganggap Denias yang aktivis transgender itu hanya mencari sensasi. Hanya
sebuah orasi politis yang ujung-ujungnya menginginkan posisi diplomatis. Bumi
makin kikis sebab kadar air yang tak lagi seimbang, pohon-pohon lebih sering
tumbang, pasang-surut air laut tak menentu, musim kemarau kini lebih panjang,
siang jadi sangat singkat, mitos-mitos werewolf
semakin mencuat sebab kini bulan jadi lebih dekat. Gunung-gunung mengempis,
laharnya melayang-layang ke udara, bumi yang bulat sudah tak ada lagi, tinggal
bumi sepotong roti.
Tak ada lagi cerita-cerita heroik
sejenis green lantern sang penyelamat
ruang angkasa. Orang-orang hanya bimbang dan pasrah menantikan berakhirnya
kisah epik dunia. Falcon 9
mengangkasa, berjarak jutaan cahaya untuk sampai ke tempat persembunyian para
otoritas bumi. Denias dan Yahia serta tiga orang awak kapal bersiaga melakukan
pendaratan di Pallas. Bukan main
terkejutnya mereka setelah melihat bangunan-bangunan berkilau menyerupai
istana.
“ tidak! “
“ saya mohon Pak, kembali lah ke
bumi. Ketahuilah kami membutuhkan orang-orang cerdas seperti kalian “
Denias terus meyakinkan pihak
otoritas agar mau kembali ke bumi serta meminta bantuan mereka untuk mendeteksi
keberadaan belahan bumi yang kedua. Usaha Denias lancar, mereka ingin
membantunya mencari belahan bumi yang hilang. Segala macam alat canggih
diberikan kepadanya guna mencari letak bumi yang sampai kini tak tahu rimbanya.
Pihak otoritas akhirnya memutuskan untuk kembali ke bumi dan berjanji akan
meminta maaf kepada rakyat. Sementara itu Denias dan para awak lainnya
melanjutkan misi untuk mencari keberadaan belahan bumi lainnya.
Denias yakin, rakyat di bumi pasti
mau memaafkan kekhilafan para otoritas ini. Misi berlanjut, Denias dan Yahia
mendeteksi adanya kehidupan di luar tata surya. Itu lah belahan bumi yang
pertama, letaknya tak beraturan, jauh dari galaksi matahari. Mereka pun pada akhirnya
melakukan pendaratan. Walhasil mereka bahagia dapat menemukan kembali potongan
bumi yang hilang ini. Tapi sayang, kondisinya sudah jauh berbeda. Tanahnya
semakin kisut, tak ada lagi pepohonan, air di lautan habis, gunung-gunung
tinggi kempis, begitu jauh dari matahari, malam hari lebih panjang sementara
siang hanya sebatas pandang. Bangkai manusia di mana-mana, orang-orang sudah
seperti zombie. Keluarga dan sahabat mereka makan, binatang-binatang mereka
cincang, kayu dan aspal juga mereka makan. Tak ada hujan apalagi purnama, yang
ada hanya saling makan antar sesama. Denias yang kini tengah terkepung oleh
jutaan zombie. Mereka berniat menyelamatkan diri dari kepungan para zombie.
Tapi malang Denias, bumi yang ia singgahi malah terombang-ambing dan ditelan blackhole.
Sementara di belahan bumi kedua,
pihak otoritas berniat meminta maaf kepada rakyatnya. Kekacauan malah tak
terelakkan, mereka marah dan membabi buta. Para otoritas itu mereka bunuh.
Sebagian ada yang berhasil melarikan diri dan sebagian lagi mati.
Denias! Kami butuh orang seperti
kamu. Ia mengubah takdir. Tidak! Ia menyalahi takdir. Tidak!(*)
2.2 Analisis Gaya
Bahasa pada Cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti
1.
Gaya
Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Gaya
bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah kalimat yang mana tempat suatu unsur
kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. (Keraf, 2009:124) Gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat dibagi atas: Klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis,
repitisi epizeuksis, repitisi tautotes, repitisi anafora, repitisi efistrofora,
repitisi simploke, repitisi mesodiplosis, repitisi epanalefsis, dan repitisi anadiplosis.
Dalam cerpen ini terdapat banyak sekali gaya bahasa berdasarkan struktur
kalimat. Berikut beberapa contoh gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dalam
cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti.
a. Klimaks
Klimaks
adalah gaya bahasa yang menyatakan bebrapa hal yang dituntut semakin lama
semakin meningkat. Contohnya pada kalimat:
“...bumi separuh itu makin sering
terkikis, jurang-jurang bekas belahan makin rontok, bumi tampak mengempis.”
b. Antiklimaks
Antiklimaks
adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lama semakin
menurun. Contohnya pada kalimat:
“Mereka tiba-tiba saja menghilang,
seluruh pemimpin negeri hilang, wakil rakyat hilang, perampok uang negara
hilang, aparatur negara juga hilang."
c. Paralelisme
Paralelisme
adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau
kalimat. Contohnya pada kalimat:
“Tapi yang jelas kita harus mencari
mereka, dan yakinlah kita dapat menyatukan lagi bumi yang terbelah ini!”
2.
Gaya
Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yaitu apakah acuan yang dipakai
masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan
yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih
bersifat polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna entah berupa makna
konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna konotatifnya, maka acuan ini
sudah dianggap memiliki gaya sebagai yang dimaksud di sini. (Keraf, 2009:129) Gaya
bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut juga sebagai trope atau figure of speech. Trope atau figure
speech dibagi atas dua kelompok, yaitu
gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.
a. Gaya
Bahasa Retoris
Gaya
bahasa retoris adalah gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari
konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Gaya bahasa retoris terbagi
atas: Aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindenton,
polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron,
pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsisi atau antisipasi, erotesis atau
pertanyaan retoris, silepsis dan zeugema, koreksio atau epanortosis, hiperbola,
paradoks, dan oksimoron. Dalam cerpen di atas juga terdapat beberapa gaya
bahasa retoris. Berikut beberapa contoh gaya bahasa yang tergolong retoris.
1) Hiperbola
Hiperbola
adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebihan. Contohnya pada
kalimat:
“Cacing tanah dan semacamnya
mengangkasa, bangkai-bangkai manusia di dalam tanah terbang, fosil-fosil
dinosaurus melayang, inti bumi keropos, tulang belulang melanglang.”
2) Asindenton
Asindenton
adalah suatu gaya bahasa yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat yang
mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan
kata sambung. Contohnya pada kalimat:
“Peperangan, penjarahan, segala
macam kejahatan sudah lazim melanda.”
3) Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Erotesis atau pertanyaan retoris
adalah pernyataan yang dipergunakan dalam tulisan dengan tujuan untuk mencapai
efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak
menghendaki adanya jawaban. Contohnya pada kalimat:
“ bisa apa kamu Denias? “
b. Gaya
Bahasa Kiasan
Gaya
bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu hal dengan hal
lain. Gaya bahasa kiasan, meliputi: persamaan atau simile, metafora, alegori,
parabel, dan fabel, personifikasi, alusi, eponim, epipet, sinekdoke, metonimia,
antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, dan sarkasme.
Salah
satu gaya bahasa kiasan yang dominan dalam cerpen ini adalah gaya bahasa
metafora. Metafora adalah semacam gaya analogi yang membandingkan dua hal
secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Seperti pada judul cerpen di
atas Denias dan Bumi Sepotong Roti. Bumi
Sepotong Roti ini merupakan analogi dari perpecahan penghuni bumi, dimana
bumi berada dalam kekacauan dan terpecah belah.
Dalam
cerpen ini banyak menggunakan metafora sehingga cerpen ini tidak secara
langsung mengatakan makhluk bumi, tetapi dengan menggunakan analogi-analogi
yang menggambarkan keadaan makhluk di bumi ini. Seperti pada bumi terbelah dua, menyulap
asteroid, dan masih
banyak lagi yang menggambarkan kekacauan dunia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
analisis dalam makalah ini, gaya bahasa merupakan acuan awal yang digunakan
untuk menemukan unsur lain di dalam stilistika. Dalam cerpen Denias dan Bumi
Sepotong Roti ini terdapat banyak sekali penggunaan gaya bahasa. gaya bahasa
tersebut ada yang berdasarkan struktur kalimat dan ada yang berdasarkan
langsung tidaknya makna.
Gaya
bahasa merupakan unsur yang dapat memberi nilai estetika pada karya sastra.
Seperti pada cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti ini dominan dengan penggunaan
metafora. Si pengarang tidak langsung menyebutkan maksud dari cerpen tersebut,
tetapi menggunakan analogi-analogi.
3.2 Saran
Dari makalah ini dapat
disarankan sebagai berikut:
1) Kepada
pembaca agar makalah ini dapat memberikan wawasan tentang gaya bahasa dalam sebuah karya
sastra.
2) Bagi
penulis sendiri sebagai pembelajaran dalam menganalisis stilistika dalam sebuah
karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Fitrah,
Yundi, dan Sahlan Mohd. Saman. 2013. Metodologi
Budaya-Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar