Sabtu, 17 Desember 2016

ANALISIS GAYA BAHASA CERPEN DENIAS DAN BUMI SEPOTONG ROT



TUGAS
MENGANALISIS GAYA BAHASA DALAM CERPEN DENIAS DAN BUMI SEPOTONG ROTI

Mata Kuliah                   : Estetika dan Stilistika Sastra
Dosen Pengampu           : Prof. H. Yundi Fitrah, M.Hum, Ph.D

Disusun oleh:
Nama                 : Herti Gustina
NIM                  : A1B112005
Semester/Kelas  : II/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang diberi judul Menganalisis Gaya Bahasa dalam Cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti. Dalam makalah ini membahas mengenai analisis stilistika khususnya gaya bahasa dalam cerpen karya Sandi Suryamat.
Kemudian ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu baik berupa pemberian ide atau gagasan maupun sarana dan prasarana dalam penyusunun makalah ini.
Dalam cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti ini mengandung unsur stilistika yang di dalamnya terdapat gaya bahasa. Hal ini sangat menarik untuk dianalisis sebagai sampel untuk mengkaji stilistika dalam karya sastra. Hal ini merupakan bentuk apresiasi kita sebagai penikmat sastra untuk dapat memahami dan menganalisis karya sastra yang ada
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Kritik maupun saran penulis buka untuk perbaikan analisis selanjutnya. Karena analisis ini penting untuk dapat memahami suatu karya sastra.
Atas perhatiannya penulis sampaikan terima kasih.
Jambi, _ Juni 2013

                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1  Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3  Tujuan Penelitian....................................................................................... 1
1.4  Kegunaan Penelitian.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1  Cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti.................................................. 3
2.2  Gaya Bahasa dalam Cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti.................. 7
1.      Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat....................................... 7
2.      Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna...................... 8
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan................................................................................................ 11
3.2  Saran.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sastra merupakan suatu karya yang memiliki nilai-nilai estetik yang tinggi. Di dalamnya memuat unsur stilistika yang dapat memperindah suatu karya sastra. Menurut Ratna (2009: 167) secara definitif stilistika adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Bahasa adalah sistem tanda, melalui berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka memperoleh makna secara maksimal. Dengan kata lain bahasa merupakan media dalam mengekspresikan karya sastra. Dalam karya sastra tersebut menggunakan gaya bahasa yang dapat menimbulkan efek estetik.
Analisis stilistika merupakan suatu upaya untuk lebih bisa memudahkan dalam menikmati, memahami, dan menghayati suatu karya sastra. Gaya bahasa merupakan acuan awal yang digunakan untuk menemukan unsur lain di dalam stilistika, seperti makna dan diksi. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa stilistika dapat memudahkan kita dalam menikmati, memahami, dan menghayati keindahan bahasa yang digunakan dalam karya sastra seperti pada cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti karya Sandi Suryamat, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jambi.

1.2  Rumusan Masalah
Masalah yang hendak dijawab dalam makalah ini yaitu: (1) Bagaimana cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti yang ditulis oleh Sandi Suryamat, (2) Gaya bahasa apa saja yang terkandung dalam cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti.

1.3  Tujuan Penulisan
Estetika dan stilistika merupakan dua unsur yang terdapat dalam karya sastra. Dalam ruang lingkup yang lebih kecil, makalah ini membahas mengenai: (1) Cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti, (2) Gaya bahasa yang terkandung dalam cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti.

1.4  Kegunaan Penulisan
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi pembaca maupun bagi penulis pribadi. Adapun makalah ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai media pembelajaran sastra bagi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti
Apa jadinya jika bumi terbelah menjadi dua. Bagian pertama terombang-ambing dan keluar dari gugusan tata surya, bagian yang kedua nyaris bertabrakan dengan bulan. Tapi beruntung, bumi masih dilindungi asteroid yang bertebaran di angkasa. Hingganya kini bulan tampak lebih dekat dari biasanya. Benar-benar bulat, benar-benar terang. Itulah buntut dari peradaban manusia yang tak dapat lagi dikendalikan. Peperangan, penjarahan, segala macam kejahatan sudah lazim melanda. Akibatnya bumi tiba-tiba saja retak di bagian tengahnya, hingga terbelah menjadi dua. Otoritas petinggi bumi dari penjuru benua sudah tidak peduli lagi dengan kekacauan ini. Mereka tiba-tiba saja menghilang, seluruh pemimpin negeri hilang, wakil rakyat hilang, perampok uang negara hilang, aparatur negara juga hilang. Bagaimana pun caranya kita harus menyelamatkan saudara-saudara kita yang ada di belahan bumi kedua. Belum tahu di mana rimbanya mereka. Tapi yang jelas kita harus mencari mereka, dan yakinlah kita dapat menyatukan lagi bumi yang terbelah ini!
Begitulah kiranya isi pidato Denias dihadapan jutaan manusia, manusia yang ada di belahan bumi kedua. Bumi yang ia tempati tinggal separuh lingkaran, selebihnya lepas mengangkasa dan tak tahu rimbanya.
“ bisa apa kamu Denias? “ celoteh salah satu pendengar. Kericuhan tak terelakkan. Ketahuilah Denias, kamu butuh dukungan, bukan sekadar orasi patriotis saja. Jelas, Denias kesulitan mendapatkan dukungan dari para khalayak, mengingat ia sendiri adalah seorang aktivis transgender yang begitu dibenci oleh orang-orang bumi. Ia dianggap menyalahi takdir, tapi tidak, ia mengubah takdir. Perdebatan terjadi, hanya sebagian kecil yang mau mendukungnya, lainnya menolak keras usaha Denias.
Hari-hari bersambut, bumi separuh itu makin sering terkikis, jurang-jurang bekas belahan makin rontok, bumi tampak mengempis. Cacing tanah dan semacamnya mengangkasa, bangkai-bangkai manusia di dalam tanah terbang, fosil-fosil dinosaurus melayang, inti bumi keropos, tulang belulang melanglang. Denias urung mendapatkan banyak dukungan dari khalayak. Ia punya maksud menggalang pasukan penyelamat bumi, yang terdiri dari orang-orang cerdas dan bertenaga. Saat itulah ia berniat meminta bantuan sahabatnya Viktor yang berada di Kiev, seorang pensiunan astronot dan juga cendikiawan. Ia juga seorang fasis yang punya ideologi bertentangan dengan orang-orang yang ingin diminta bantuan oleh Denias.
Belakangan Denias kerap menerima gunjang-gunjing dari masyarakat yang meremehkan misinya. Mereka lah orang-orang pesimisme yang hanya berdiam diri dan menganggap bahwa dunia sudah kiamat, untuk apa berbenah, nikmati saja akhir dunia ini. Alhasil setelah sampai di daratan Kiev, Denias mendapatkan begitu banyak cerita dari Viktor.
Ya. Cerita tentang para otoritas bumi yang tiba-tiba saja menghilang. Awalnya masyarakat mengira para petinggi bumi itu senyatanya sudah mati, terperosok ke dalam lubang bekas belahnya bumi, atau mungkin terbawa potongan bumi yang kedua yang lantas mengangkasa. Tapi ternyata tidak. Otoritas petinggi bumi itu rupanya sudah berdusta, diam-diam mereka kabur meninggalkan bumi yang mereka anggap sudah tak layak untuk dihuni.
“ asteroid! Ya asteroid Denias! “
“ kenapa asteroid, Pak? “
Rencana besar sudah dibuat, selama ini tak pernah ada intervensi dari rakyat. Aparatur negara yang sudah mencuri uang rakyat itu sudah kabur. Megakonspirasi terjadi, hingganya para otoritas bumi secara sembunyi-sembunyi sudah menyiapkan tempat untuk mereka sendiri guna menghindari kerusakan parah di bumi. Timbullah tanda tanya besar di dalam benak Denias, di mana para petinggi bumi itu sembunyi?
“ asteroid! Ya asteroid, seperti yang aku katakan tadi Denias. Mereka sembunyi di sana “
Mereka sudah membangun hunian di sana. Orang-orang cerdas di bumi mereka rekrut agar bisa menyulap asteroid-asteroid yang berukuran besar menjadi tempat tinggal mereka. Semacam Pallas dan Ceres, Denias! Mereka sudah menyulapnya menjadi semacam motel, penginapan, atau hotel berkelas. Membawa jutaan bahan makanan, merampasnya dari bumi yang sudah yatim piatu. Lantas di manakah kini belahan bumi yang kedua? Denias khawatir, jangan-jangan mereka sudah tertelan blackhole. Tapi tetap saja Denias masih percaya bahwa belahan bumi yang kedua masih dapat ditemukan.
Denias mendapatkan dukungan dari Viktor sang pensiunan. Ia diperbolehkan untuk mengemudikan Falcon 9, pesawat ruang angkasa yang Viktor curi dari perusahaan wisata angkasa. Pesawat tersebut membutuhkan banyak awak, setidaknya lima orang. Segera ia menghubungi kerabatnya Yahia, seorang antifasis dari Timur Tengah. Mereka akan berangkat dari Moscow, sebab pesawat tersebut disimpan oleh Viktor di sana. Mereka akan melanglang menuju Pallas, yang menurut informasi Viktor adalah tempat bersembunyinya para petinggi otoritas bumi. Tapi sebelum berangkat, Denias melakukan orasi untuk kedua kali. Ia ingin meyakinkan bahwa bumi yang mereka cintai akan dapat disatukan kembali.
Cukup sudah kita tipu daya yang kita alami! Saudaraku, para petinggi bumi sudah mengingkari kita semua. Mereka kini sembunyi di angkasa. Sekarang waktunya kita menyelamatkan saudara kita, menyatukan bumi kembali, kita berbenah atas bumi yang kita cintai ini!
Tak ada tanggapan, lagi-lagi mereka menganggap Denias yang aktivis transgender itu hanya mencari sensasi. Hanya sebuah orasi politis yang ujung-ujungnya menginginkan posisi diplomatis. Bumi makin kikis sebab kadar air yang tak lagi seimbang, pohon-pohon lebih sering tumbang, pasang-surut air laut tak menentu, musim kemarau kini lebih panjang, siang jadi sangat singkat, mitos-mitos werewolf semakin mencuat sebab kini bulan jadi lebih dekat. Gunung-gunung mengempis, laharnya melayang-layang ke udara, bumi yang bulat sudah tak ada lagi, tinggal bumi sepotong roti.
Tak ada lagi cerita-cerita heroik sejenis green lantern sang penyelamat ruang angkasa. Orang-orang hanya bimbang dan pasrah menantikan berakhirnya kisah epik dunia. Falcon 9 mengangkasa, berjarak jutaan cahaya untuk sampai ke tempat persembunyian para otoritas bumi. Denias dan Yahia serta tiga orang awak kapal bersiaga melakukan pendaratan di Pallas. Bukan main terkejutnya mereka setelah melihat bangunan-bangunan berkilau menyerupai istana.
“ tidak! “
“ saya mohon Pak, kembali lah ke bumi. Ketahuilah kami membutuhkan orang-orang cerdas seperti kalian “
Denias terus meyakinkan pihak otoritas agar mau kembali ke bumi serta meminta bantuan mereka untuk mendeteksi keberadaan belahan bumi yang kedua. Usaha Denias lancar, mereka ingin membantunya mencari belahan bumi yang hilang. Segala macam alat canggih diberikan kepadanya guna mencari letak bumi yang sampai kini tak tahu rimbanya. Pihak otoritas akhirnya memutuskan untuk kembali ke bumi dan berjanji akan meminta maaf kepada rakyat. Sementara itu Denias dan para awak lainnya melanjutkan misi untuk mencari keberadaan belahan bumi lainnya.
Denias yakin, rakyat di bumi pasti mau memaafkan kekhilafan para otoritas ini. Misi berlanjut, Denias dan Yahia mendeteksi adanya kehidupan di luar tata surya. Itu lah belahan bumi yang pertama, letaknya tak beraturan, jauh dari galaksi matahari. Mereka pun pada akhirnya melakukan pendaratan. Walhasil mereka bahagia dapat menemukan kembali potongan bumi yang hilang ini. Tapi sayang, kondisinya sudah jauh berbeda. Tanahnya semakin kisut, tak ada lagi pepohonan, air di lautan habis, gunung-gunung tinggi kempis, begitu jauh dari matahari, malam hari lebih panjang sementara siang hanya sebatas pandang. Bangkai manusia di mana-mana, orang-orang sudah seperti zombie. Keluarga dan sahabat mereka makan, binatang-binatang mereka cincang, kayu dan aspal juga mereka makan. Tak ada hujan apalagi purnama, yang ada hanya saling makan antar sesama. Denias yang kini tengah terkepung oleh jutaan zombie. Mereka berniat menyelamatkan diri dari kepungan para zombie. Tapi malang Denias, bumi yang ia singgahi malah terombang-ambing dan ditelan blackhole.
Sementara di belahan bumi kedua, pihak otoritas berniat meminta maaf kepada rakyatnya. Kekacauan malah tak terelakkan, mereka marah dan membabi buta. Para otoritas itu mereka bunuh. Sebagian ada yang berhasil melarikan diri dan sebagian lagi mati.
Denias! Kami butuh orang seperti kamu. Ia mengubah takdir. Tidak! Ia menyalahi takdir. Tidak!(*)

2.2  Analisis Gaya Bahasa pada Cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti
1.      Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah kalimat yang mana tempat suatu unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. (Keraf, 2009:124) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dibagi atas: Klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, repitisi epizeuksis, repitisi tautotes, repitisi anafora, repitisi efistrofora, repitisi simploke, repitisi mesodiplosis, repitisi epanalefsis, dan repitisi anadiplosis. Dalam cerpen ini terdapat banyak sekali gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat. Berikut beberapa contoh gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dalam cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti.
a.       Klimaks
Klimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan bebrapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat. Contohnya pada kalimat:
“...bumi separuh itu makin sering terkikis, jurang-jurang bekas belahan makin rontok, bumi tampak mengempis.”
b.      Antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lama semakin menurun. Contohnya pada kalimat:
“Mereka tiba-tiba saja menghilang, seluruh pemimpin negeri hilang, wakil rakyat hilang, perampok uang negara hilang, aparatur negara juga hilang."
c.       Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contohnya pada kalimat:
“Tapi yang jelas kita harus mencari mereka, dan yakinlah kita dapat menyatukan lagi bumi yang terbelah ini!”

2.      Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna entah berupa makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna konotatifnya, maka acuan ini sudah dianggap memiliki gaya sebagai yang dimaksud di sini. (Keraf, 2009:129) Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut juga sebagai trope atau figure of speech. Trope atau figure speech  dibagi atas dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.
a.       Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa retoris adalah gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Gaya bahasa retoris terbagi atas: Aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindenton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsisi atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugema, koreksio atau epanortosis, hiperbola, paradoks, dan oksimoron. Dalam cerpen di atas juga terdapat beberapa gaya bahasa retoris. Berikut beberapa contoh gaya bahasa yang tergolong retoris.
1)      Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebihan. Contohnya pada kalimat:
“Cacing tanah dan semacamnya mengangkasa, bangkai-bangkai manusia di dalam tanah terbang, fosil-fosil dinosaurus melayang, inti bumi keropos, tulang belulang melanglang.”
2)      Asindenton
Asindenton adalah suatu gaya bahasa yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat yang mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Contohnya pada kalimat:
“Peperangan, penjarahan, segala macam kejahatan sudah lazim melanda.”
3)      Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Erotesis atau pertanyaan retoris adalah pernyataan yang dipergunakan dalam tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban. Contohnya pada kalimat:
“ bisa apa kamu Denias? “
b.      Gaya Bahasa Kiasan
Gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu hal dengan hal lain. Gaya bahasa kiasan, meliputi: persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel, dan fabel, personifikasi, alusi, eponim, epipet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, dan sarkasme.
Salah satu gaya bahasa kiasan yang dominan dalam cerpen ini adalah gaya bahasa metafora. Metafora adalah semacam gaya analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Seperti pada judul cerpen di atas Denias dan Bumi Sepotong Roti. Bumi Sepotong Roti ini merupakan analogi dari perpecahan penghuni bumi, dimana bumi berada dalam kekacauan dan terpecah belah.
Dalam cerpen ini banyak menggunakan metafora sehingga cerpen ini tidak secara langsung mengatakan makhluk bumi, tetapi dengan menggunakan analogi-analogi yang menggambarkan keadaan makhluk di bumi ini. Seperti pada bumi terbelah dua, menyulap asteroid, dan masih banyak lagi yang menggambarkan kekacauan dunia.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan analisis dalam makalah ini, gaya bahasa merupakan acuan awal yang digunakan untuk menemukan unsur lain di dalam stilistika. Dalam cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti ini terdapat banyak sekali penggunaan gaya bahasa. gaya bahasa tersebut ada yang berdasarkan struktur kalimat dan ada yang berdasarkan langsung tidaknya makna.
Gaya bahasa merupakan unsur yang dapat memberi nilai estetika pada karya sastra. Seperti pada cerpen Denias dan Bumi Sepotong Roti ini dominan dengan penggunaan metafora. Si pengarang tidak langsung menyebutkan maksud dari cerpen tersebut, tetapi menggunakan analogi-analogi.

3.2  Saran
Dari makalah ini dapat disarankan sebagai berikut:
1)      Kepada pembaca agar makalah ini dapat memberikan wawasan  tentang gaya bahasa dalam sebuah karya sastra.
2)      Bagi penulis sendiri sebagai pembelajaran dalam menganalisis stilistika dalam sebuah karya sastra.


DAFTAR PUSTAKA
Fitrah, Yundi, dan Sahlan Mohd. Saman. 2013. Metodologi Budaya-Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar