TUGAS
PROSES MEMBACA DI PERPUSTAKAAN
Mata Kuliah : Membaca
Dosen Pengampu : Drs. Aripuddin, M.Hum
Disusun
oleh:
Nama :
Herti Gustina
NIM :
A1B112005
Semester/Kelas : II/A
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
1.
Proses
membaca di perpustakaan
Dalam
melakukan kegiatan membaca di perpustakaan, hal-hal yang harus kita lakukan
ialah sebagai berikut.
1) Sebelum
kita melakukan kegiatan membaca di perpustakaan, ada baiknya tas atau segala
sesuatu yang tidak dibutuhkan dalam kegiatan membaca dititipkan di tempat
penitipan barang yang terdapat di dalam perpustakaan bagian depan.
2) Hal
kedua yang perlu dilakukan sebelum memulai kegiatan membaca di perpustakaan
ialah mengisi buku pengunjung serta memperlihatkan kartu tanda anggota
perpustakaan kepada petugas perpustakaan.
3) Kemudian,
untuk mempermudah dalam pencarian buku di perpustakaan, maka digunakan sistem
DDC yaitu buku-buku diurutkan berdasarkan angka yang ditempelkan di rak buku.
Dengan melihat angka tersebut kita dapat dengan mudah mendapatkan buku yang
kita inginkan atau yang dicari.
4) Setelah
itu, kita telah dapat melakukan kegiatan membaca di perpustakaan. Dengan
syarat, tidak melakukan keributan atau mengganggu pengunjung perpustakaan
lainnya.
5) Apabila
kegiatan membaca telah selesai, buku yang telah dibaca diletakkan kembali ke
tempat semula atau bisa melakukan peminjaman dengan syarat:
a) Memperlihatkan
buku yang hendak dipinjam beserta kartu perpustakaan kepada petugas
perpustakaan.
b) Batas
waktu peminjaman adalah 7 hari.
c) Apabila
buku yang dipinjam terlambat dikembalikan, maka dikenakan denda sebesar
Rp300/hari untuk satu buku.
6) Setelah
kegiatan membaca selesai dilaksanakan, maka barang atau tas yang telah
dititipkan bisa diambil kembali.
-
Memperlihatkan
buku yang dipinjam dan kartu perpustakaan
-
Batas
peminjaman 7 hari
-
Terlambat
mengembalikan buku diberi sanksi berupa denda Rp300/hari untuk 1 buku
|
Bagan Proses Membaca di
Perpustakaan
-
Memperlihatkan
buku yang dipinjam dan kartu perpustakaan
-
Batas
peminjaman 7 hari
-
Terlambat
mengembalikan buku diberi sanksi berupa denda Rp300/hari untuk 1 buku
|
2.
Buku
yang dibaca
Judul buku : Membaca sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa
Penulis : Prof. Dr. Henry Guntur
Tarigan
Penerbit : Angkasa Bandung
Tempat terbit : Bandung
3.
Isi
daftar isi buku
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar........................................................................................
iii
Bab Satu: Tinjauan Umum
1.1
Keterampilan
Berbahasa.....................................................................
1
1.1.1
Hubungan antara
berbicara dan menyimak...............................
1
1.1.2
Hubungan antara
menyimak dan membaca..............................
2
1.1.3
Hubungan antara
berbicara dan membaca................................
3
1.1.4
Hubungan antara
ekspresi lisan dan ekspresi tulis....................
4
1.2
Membaca............................................................................................
6
1.2.1
Pengertian
batasan membaca....................................................
7
1.2.2
Tujuan membaca.......................................................................
9
1.2.3
Membaca sebagai
suatu keterampilan.......................................
10
1.2.4
Aspek-aspek
membaca..............................................................
11
1.2.5
Mengembangkan
keterampilan membaca.................................
14
1.2.6
Tahap-tahap
perkembangan membaca......................................
17
Bab Dua: Membaca
Nyaring
2.1
Pengertian...........................................................................................
22
2.2
Keterampilan-Keterampilan
yang Dituntut dalam Membaca
Nyaring...............................................................................................
24
2.3
Peningkatan
Keterampilan Membaca Nyaring...................................
25
Bab Tiga: Membaca dalam
Hati
3.1
Pengantar............................................................................................
29
3.2
Membaca
Ekstensif............................................................................
31
3.2.1
Membaca survei........................................................................
31
3.2.2
Membaca sekilas.......................................................................
32
3.2.3
Membaca dangkal.....................................................................
34
3.3
Membaca Intensif...............................................................................
35
3.4
Keterampilan
yang Dituntut pada Membaca dalam Hati...................
37
Bab Empat: Mambaca
Telaah Isi
4.1
Pendahuluan.......................................................................................
39
4.2
Membaca Teliti...................................................................................
39
4.2.1
Membaca paragraf
dengan pengertian......................................
40
4.2.2
Membuat catatan......................................................................
45
4.2.3
Dalam kelas...............................................................................
53
4.2.4
Menelaah tugas.........................................................................
54
4.3
Membaca
Pemahaman........................................................................
56
4.3.1
Standar
kesastraan....................................................................
56
4.3.2
Resensi kritis.............................................................................
59
4.3.3
Drama tulis................................................................................
61
4.4
Membaca Kritis..................................................................................
89
4.4.1
Memahami maksud
penulis.......................................................
91
4.4.2
Memanfaatkan
kemampuan membaca dan berfikir kritis.........
92
4.4.3
Memahami
organisasi dasar tulisan...........................................
93
4.4.4
Menilai
penyajian pengarang....................................................
95
4.4.5
Menerapkan
prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari.......
99
4.4.6
Meningkatkan
minat membaca.................................................
102
4.4.7
Prinsip-prinsip
pemilikan bahan bacaan....................................
105
4.4.8
Membaca majalah.....................................................................
113
4.5
Membaca Ide......................................................................................
116
4.5.1
Pembaca yang
baik tahu mengapa dia membaca......................
117
4.5.2
Pembaca yang
baik memahami apa yang dibacanya.................
117
4.5.3
Pembaca yang
baik harus menguasai kecepatan membaca.......
118
4.5.4
Pembaca yang
baik harus mengenal media cetak.....................
119
Bab Lima: Membaca
Telaah Bahasa
5.1
Pendahuluan.......................................................................................
120
5.2
Membaca Bahasa................................................................................
120
5.2.1
Memperbesar daya
kata............................................................
121
5.2.2
Mengembangkan
kata-kata kritik.............................................
130
5.3
Membaca Sastra.................................................................................
138
5.3.1
Bahasa ilmiah
dan bahasa sastra...............................................
138
5.3.2
Gaya bahasa..............................................................................
140
Daftar
Bacaan..........................................................................................
145
4. Baca suatu
sub-sub bab atau pokok bahasan
Bab
Tiga
MEMBACA
DALAM HATI
3.1
Pengantar
Pada
2.1 telah disinggung sepintas kilas bahwa pada saat membaca dalam hati, kita
hanya mempergunakan ingatan visual (visual
memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca
dalam hati (silent reading) adalah
untuk memperoleh informasi. Setelah meninggalkan bangku sekolah, mayoritas
pelajar akan sedikit sekali membaca bersuara, membaca nyaring, tetapi membaca
dalam hati. Walaupun para ahli berbeda pendapat mengenai jangka/jumlah waktu
yang akan dipergunakan untuk membaca dalam hati di sekolah, namun semua
sependapat bahwa lebih banyak waktu harus diberikan untuk itu bila para pelajar
meningkat dari kelas rendah ke kelas yang lebih tinggi. Latihan-latihan pada
membaca dalam hati haruslah dimulai semenjak anak-anak sudah dapat membaca
sendiri; dan pada tahap sang anak haruslah dilengkapi dengan bacaan tambahan, yang
penekanannya diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan, dan dengan
demikian memperoleh serta memahami ide-ide dengan usahanya sendiri. Harus
disadari benar-benar bahwa keterampilan membaca dalam hati merupakan kunci bagi
semua ilmu pengetahuan. Bila seseorang dapat membentuk konsep-konsep serta
sikap-sikap pribadi, maka hal itu berarti bahwa dia telah memperluas kesatuan-kesatuan
pikirannya serta memperoleh dasar pendapat, keputusannya. Dia akan menguasai
cerita-cerita dan uraian-uraian sebagai suatu keseluruhan yang dalam kegiatan
membaca nyaring kini hanya dapat memahami fragmen-fragmen yang lepas-lepas
saja. Pada membaca dalam hati ini sang anak mencapai kecepatan dalam pemahaman
frase-frase, memperkaya kosa katanya, dan memperoleh keuntungan dalam hal
keakraban dengan sastra yang baik. Setelah membaca dalam hati, sang guru dapat
menyuruh serta mendorong para pelajar mengutarakan yang telah mereka baca, dan
hal ini memudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman dan apresiasi mereka.
(Cole 1950: 244-245)
Sebagian
terbesar dari kegiatan membaca dalam masyarakat selama kita hidup adalah
kegiatan membaca dalam hati. Dibanding dengan membaca nyaring, maka membaca
dalam hati ini jauh lebih ekonomis, dapat dilakukan di segala tempat. Kita
sering melihat orang membaca dengan asyiknya dalam bus, kereta api, di
kafetaria, di tempat tidur, dan seterusnya tanpa mengganggu orang lain. Ruang
baca yang terdapat dalam perpustakaan umum sebenarnya berarti ruang baca dalam
hati; setiap orang dapat membaca tanpa mengganggu orang lain.
Dalam
kehidupan yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat, setiap anggota
masyarakat akan membaca bahan-bahan yang sesuai dengan selera/pilihannya
masing-masing, tanpa paksaan dari pihak lain. Membaca secara perorangan menurut
selera masing-masing ini disebut personalized
reading. Kenyataan ini menuntut peningkatan pengajaran cara membaca serupa
ini di sekolah-sekolah (lebih-lebih di Amerika Serikat). Pengajaran membaca
perorangan atau personalized reading
instruction merupakan suatu falsafah pengajaran, merupakan suatu pendekatan
terhadap organisasi kelas. Berdasar atas konsep bahwa setiap anak, setiap orang
harus tahu mencari sendiri, memilih sendiri, melangkah sendiri, maju sendiri,
maka program membaca perorangan ini merupakan suatu bagian dari program
keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar, pengajaran perorangan dan
pendekatan pengalaman bahasa. (Barbe and Abbott 1975:23)
Demikianlah
dalam membaca perorangan ini “how to read” haruslah disejajarkan atau diimbangi
dengan perkembangan “love for reading” dan menuntut agar membaca dalam hati
dilaksanakan seefektif mungkin. Program pengajaran membaca perorangan menganut
suatu falsafah yang mengatakan “You learn to read by reading” atau “Anda
belajar membaca dengan (jalan) membaca.” (Barbe and Abbott 1975:26)
Dalam
garis besarnya, membaca dalam hati dapat dibagi atas:
a) Membaca
ekstensif; dan
b) Membaca
intensif.
Berikut ini akan dibicarakan satu
persatu secara terperinci.
3.2
Membaca
Ekstensif
Membaca
ekstensif berarti membaca secara luas. Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pengertian atau pemahaman yang bertaraf
relatif rendah sudahlah memadai untuk ini, karena memang begitulah tuntutannya
dan juga karena bahan bacaan itu sendiri memang sudah banyak serta
berlebih-lebihan, seperti halnya dengan laporan-laporan surat kabar. Nama atau
etiket itu menyatakan bahwa orang-orang yang mempergunakannya tidaklah mengenai
keterampilan-ketampilan aktual yang berbelit-belit, yang rumit, tetapi dengan
efek-efek yang dihasilkan oleh pekerjaan ketrampilan-ketrampilan tersebut; dengan
kata lain suatu keakraban, suatu familiaritas, sekalipun bukan keakraban yang
begitu mantap, dengan isi bahan bacaan yang menjadi tujuan dan tuntutan
kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting
dengan cepat dan dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana. Hal
ini juga merupakan salah satu alat yang dapat dimanfaatkan oleh seorang orang
asing yang hendak mempelajari sesuatu tanpa dia sendiri pergi bermukim ke
negara asal tersebut.
Membaca
ekstensif ini meliputi pula:
a) Membaca
survei (survey reading);
b) Membaca
sekilas (skimming); dan
c) Membaca
dangkal (superficial reading).
(Broughton
cs 1978:92)
3.2.1
Membaca
survei
Sebelum
kita mulai membaca maka biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa-apa yang
akan kita telaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan
ditelaah, dengan jalan:
a) Memeriksa,
meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku;
b) Melihat-lihat,
memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang
bersangkutan;
c) Memeriksa,
meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta
ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan ini sangat penting; hal ini turut
menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam studinya. Latar belakang
pandangan serta ilmu pengetahuan seseorang turut menentukan tepat atau
tidaknya, cepat atau lambatnya mensurvei bahan bacaan yang diinginkan. Memang
ada benarnya ucapan orang-orang tua yang mengatakan bahwa permulaan yang baik
sudah merupakan setengah dari hasil yang hendak dicapai.
3.2.2
Membaca
sekilas
Membaca
sekilas atau skimming adalah sejenis
membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan
bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan. Kalau
kita tidak tahu bagaimana cara membaca sekilas dan kapan harus melakukannya,
maka kita akan menghadapi kesulitan dalam mengikuti serta menyelesaikan bacaan
yang diinginkan.
Ada
tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu:
a) Untuk
memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel, tulisan singkat;
b) Untuk
menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;
c) Untuk
menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. (Albert [et al]
1961a:30)
Berikut ini kita perbincangkan
satu-persatu secara selayang pandang.
3.2.2.1 Untuk
memperoleh kesan umum
Bila
kita ingin memperoleh suatu kesan umum dari suatu kesan umum dari sesuatu buku
non-fiksi (sejarah, biografi, ilmu pengetahuan, seni, dan sebagainya) dengan
cepat maka kita dapat melakukannya dengan jalan meneliti halaman judul, kata
pengantar, daftar isi, dan indeks. Kita akan memperoleh suatu pandangan yang
lebih baik kalau kita mengikuti langkah ini dengan membuka-buka halaman buku
tersebut dengan cepat, melihat pada bab dan anak bab, gambar, peta, skema, dan
diagram. Dengan cara ini kita dapat mempelajari sifat hakekat dan jangkauan
buku tersebut, susunan atau organisasinya, dan sikap umum sang penulis serta
pendekatannya terhadap bahan atau subyek pembicaraan.
Kita
dapat memperoleh kesan umum dari suatu novel dengan jalan mengadakan pandangan
sekilas serta menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu sambil jalan.
Kalau tidak tertarik hanya pada plot atau sifat umum novel tersebut, maka kita
memperoleh suatu ide yang baik dari/mengenai buku tersebut dalam tempo setengah
jam atau kurang.
Kita
dapat membaca sekilas suatu artikel dalam majalah atau rencana dalam surat
kabar dengan cara berikut ini. Bacalah pertama sekali paragraf awal dan
paragraf akhir. Kedua paragraf ini biasanya menyatakan kepada kita pokok
masalah artikel tersebut dan sikap serta pandangan umum sang penulis terhadap
pokok masalah. Sesudah itu telitilah secara sekilas pilihan tersebut untuk
mencari kalimat-kalimat judul serta petunjuk-petunjuk lainnya mengenai hal-hal
penting yang diperbincangkan itu.
3.2.2.2 Untuk
menemukan hal tertentu
Kita
kerap kali membaca sekilas untuk mendapatkan fakta atau hal tertentu: misalnya
nomor pemain pujaan pada permainan sepak bola, hari mangkatnya seorang
pahlawan, jumlah angka kematian lalu lintas, dan sebagainya. Orang yang teliti
hampir terus menerus membaca sekilas dalam kehidupan sehari-hari.
Petunjuk-putunjuk
berikut ini akan dapat menolong kita dalam usaha mendapatkan informasi yang
tepat dengan cepat.
a) Tentukan
dengan jelas hal atau fakta apa yang hendak dicari atau sediakan pertanyaan
yang akan dijawab.
b) Siapkan/ingat
kata atau kata-kata yang paling tepat dipakai untuk menunjuk hal tersebut.
c) Bila
kita mencari informasi dalam suatu buku, baiklah kita melihat apakah kata atau
detail tersebut tercantum dalam indeks. Kalau tidak ada, carilah di bawah subyek
yang lebih luas yang mungkin mencakup bahan/subyek tersebut.
d) Liriklah
setiap halaman dengan cepat, hanya untuk mencari kata atau detail yang
diingini.
3.2.2.3 Untuk
menemukan bahan dalam perpustakaan
Dalam
pencarian bahan yang diperlukan di perpustakaan, kita pun membaca sekilas kartu
katalog untuk mendapatkan buku-buku yang sesuai; kita membaca sekilas melalui
Pembimbing Pembaca untuk menemukan artikel-artikel majalah.
Bila
kita sudah menemukan sebuah buku yang mungkin berguna, maka selanjutnya
lihatlah pada daftar isi dan daftar kata-kata untuk menentukan apakah buku
tersebut memuat hal-hal yang kita kehendaki. Kalau kita telah mendapatkan suatu
majalah yang kira-kira memberi harapan, liriklah halaman demi halaman dengan
cepat mencari bahan yang ada sangkut pautnya dengan pokok atau topik
pembicaraan kita. Apabila kita telah menemui apa yang kita ingini dengan cara
membaca sekilas, ubalah cara membaca kita. Bacalah bahan itu dengan teliti,
catatlah hal-hal yang penting serta fakta-fakta penunjang.
Kalau
kita membiasakan diri membaca sekilas dengan tepat dan cerdas maka kita akan
kagum betapa banyaknya informasi yang dapat kita peroleh dalam waktu yang
singkat. Ambillah buku, majalah, dan surat kabar, lalu bacalah sekilas.
Biasakanlah diri kita, mendapatkan kesan umum dari buku-buku baru dan melihat
apakah kita ingin membacanya dengan teliti atau tidak.
Memang
harus disadari benar-benar bahwa membaca sekilas merupakan suatu ketrampilan
yang sangat berfaedah kalau tidak disalahgunakan. Seperti juga halnya bahwa kita
tidak membaca sesuatu buku kata demi kata, maka dalam membaca sekilas pun kita
tidak perlu membaca segala sesuatu, tetapi yang penting-penting saja. Dalam
penerapannya yang baik, membaca sekilas menuntut suatu keaktifan dan
keseksamaan untuk mengetahui apa yang dicari serta bagaimana cara menghubungkan
apa yang telah ditemui dengan apa-apa yang telah kita ketahui sebelumnya.
(Albert [et al] 1961a:30-32)
3.2.3
Membaca
dangkal
Membaca
dangkal atau superficial reading pada
dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat
luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca superficial ini
biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan
yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang; misalnya cerita pendek, novel
ringan, dan sebagainya. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut pemikiran yang
mendalam seperti halnya membaca karya-karya ilmiah. Dapat dilakukan dengan
santai tetapi menyenangkan. (Broughton [et al] 1978:92)
Demikianlah
telah kita perbincangkan secara sekilas tiga jenis membaca yang termasuk ke
dalam kelompok membaca ekstensif.
Berlainan
dengan membaca intensif, maka teknik yang dipergunakan dalam membaca ekstensif
ini jelas sangat berbeda. Sebuah cerita pendek, atau satu bab novel, ataupun adegan
drama satu babak, disodorkan oleh sang guru agar dibaca oleh para pelajar lalu
disuruh melaporkannya secara singkat sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Para
pelajar dan mahasiswa menyadari bahwa dalam membaca ekstensif ini minat atau
perhatiannya diarahkan pada pemahaman keseluruhan terhadap tokoh dan
kejadian-kejadian, bukan kepada detail-detail bahasa ataupun isi cerita yang
terperinci sampai sekecil-kecilnya.
Membaca
ekstensif biasanya lebih banyak dilakukan di luar kelas; tugas-tugas diberikan
oleh sang guru beberapa kali secara teratur, dan di dalam kelas diperlukan
sekelumit waktu untuk mengecek atau memeriksa apakah para pelajar mengerti
ciri-ciri utama cerita tersebut. (Brooks 1964:173)
3.3
Membaca
Intensif
Yang
dimaksud dengan membaca intensif atau
intensive reading adalah studi
seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam
kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman
setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah
kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif.
Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih
oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya. Para pelajar
atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan
dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut. (Brooks
1964:172-173)
Yang
termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ini ialah:
a) Membaca
telaah isi (content study reading)
b) Membaca
telaah bahasa (linguistic study reading)
Perlu ditegaskan di sini bahwa setiap
istilah membaca intensif menyatakan bahwa bukanlah hakekat
ketrampilan-ketrampilan yang terlihat yang paling diutamakan atau yang paling
menarik perhatian kita, tetapi hasil-hasilnya; dalam hal ini suatu pengertian, suatu
pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap tanda-tanda hitam atau aksara
di atas kertas. Biasanya, bahan untuk pemahaman yang terperinci ini berupa teks
yang amat singkat. Membaca intensif pada hakekatnya memerlukan teks yang
panjangnya tidak lebih dari 500 patah kata (yang dapat dibaca dalam jangka
waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 patah kata dalam satu detik). Tujuan
utama adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap
argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks,
pola-pola simbolisnya; nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial,
pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang, dan juga sarana-sarana linguistik
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Erat berhubungan dengan tingkatan
pemahaman ini adalah kecepatan membaca. Jelas sekali terlihat bahwa kecepatan
akan menurun kalau kedalaman serta keterperincian pemahaman semakin bertambah,
semakin meningkat, tetapi jangan pula kita lupakan bahwa ada faktor-faktor yang
lain yang turut campur tangan dalam hal ini. Salah satu di antara faktor-faktor
tersebut adalah kejelasan teks bacaan itu sendiri. Faktor lain adalah
pengenalan pembaca terhadap isi bahan bacaan. Tentu saja lebih mudah bagi kita
menangkap serta memahami isi bacaan yang telah kita alami, kita kenal, kita
akrabi. Meskipun demikian, masih mungkin kita mengembangkan kecepatan membaca,
dan membaca yang efisien jelas melibatkan kecepatan membaca yang tinggi dengan
tingkat pemahaman yang tinggi.
Banyak orang beranggapan bahwa studi dan membaca lambat itu sama, atau
paling tidak: dalam studi yang baik, seseorang harus membaca lambat. Perlu
ditegaskan di sini bahwa pendapat yang seperti itu sangat keliru. Perlu diingat
benar-benar bahwa studi melibatkan beberapa jenis ketrampilan lainnya di samping
ketrampilan membaca, dan dapat juga melibatkan beraneka jenis ketrampilan
membaca. Seorang siswa/mahasiswa yang baik akan terlebih dahulu mengadakan
survei pendahuluan terhadap apa yang akan ditelaahnya; baru kemudian dia
membaca subyek yang akan ditelaah; baru kemudian dia membaca, barangkali
sebagian dengan membaca sekilas (skimming),
sebagian lagi dengan membaca secara intensif untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut dan apalagi dia telah mencatat jawaban-jawaban
yang diinginkan maka pada waktu mendatang berikutnya dia akan meninjau kembali
bahan tersebut. Urutan operasi-operasi ini menggambarkan teknik studi yang
sudah terkenal dengan nama teknik SQ3R; dan jelas bahwa masih banyak lagi yang
terlibat dari pada hanya membaca lambat saja. Maka adalah tugas dan kewajiban
setiap guru untuk meningkatkan kecepatan membaca umum para pelajar. Membaca
dalam hati yang lancar sungguh sangat berguna bagi setiap orang yang ingin
mencapai jenjang setiap pendidikan yang lebih tinggi. (Broughton 1978:92-94)
Kedua jenis membaca yang termasuk ke dalam
kelompok membaca intensif ini akan diperbincangkan pada bab-bab khusus.
3.4
Keterampilan
yang Dituntut pada Membaca dalam Hati
Seperti
juga halnya membaca bersuara, maka membaca dalam hati pun merupakan suatu
kegiatan yang menuntut aneka ragam ketrampilan. Berikut ini kita kemukakan
sejumlah ketrampilan yang dituntut pada setiap kelas sekolah dasar khusus pada
membaca dalam hati, agar tujuan dapat dicapai.
Kelas
I:
a. Membaca
tanpa bersuara, tanpa gerakan-gerakan bibir, tanpa berbisik.
b. Membaca
tanpa gerakan-gerakan kepala.
Kelas II:
a. Membaca
tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala.
b. Membaca
lebih cepat secara dalam hati tinimbang secara bersuara.
Kelas III:
a. Membaca
dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir.
b. Memahami
bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati itu.
c. Lebih
cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.
Kelas IV:
a. Mengerti
serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
b. Kecepatan
mata dalam membaca 3 kata per detik.
Kelas V:
a. Membaca
dalam hati jauh lebih cepat tinimbang membaca bersuara.
b. Membaca
dengan pemahaman yang baik.
c. Membaca
tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan jari
tangan.
d. Menikmati
bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu; senang membaca dalam hati.
Kelas VI:
a. Membaca
tanpa gerakan-gerakan bibir; tanpa komat-kamit.
b. Dapat
menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam
bahan bacaan.
c. Dapat
membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi pada tingkat dasar.
(Barbe
and Abbott 1975:156-167)
5.
Cari
kata kunci/ide pokok
Menggunakan ingatan visual dan
pengaktifan mata dan ingatan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar