Sabtu, 17 Desember 2016

PROSES MEMBACA DI PERPUSTAKAAN



TUGAS
PROSES MEMBACA DI PERPUSTAKAAN

Mata Kuliah                : Membaca
Dosen Pengampu        : Drs. Aripuddin, M.Hum

Disusun oleh:
Nama                    : Herti Gustina
NIM                      : A1B112005
Semester/Kelas     : II/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


1.        Proses membaca di perpustakaan
Dalam melakukan kegiatan membaca di perpustakaan, hal-hal yang harus kita lakukan ialah sebagai berikut.
1)      Sebelum kita melakukan kegiatan membaca di perpustakaan, ada baiknya tas atau segala sesuatu yang tidak dibutuhkan dalam kegiatan membaca dititipkan di tempat penitipan barang yang terdapat di dalam perpustakaan bagian depan.
2)      Hal kedua yang perlu dilakukan sebelum memulai kegiatan membaca di perpustakaan ialah mengisi buku pengunjung serta memperlihatkan kartu tanda anggota perpustakaan kepada petugas perpustakaan.
3)      Kemudian, untuk mempermudah dalam pencarian buku di perpustakaan, maka digunakan sistem DDC yaitu buku-buku diurutkan berdasarkan angka yang ditempelkan di rak buku. Dengan melihat angka tersebut kita dapat dengan mudah mendapatkan buku yang kita inginkan atau yang dicari.
4)      Setelah itu, kita telah dapat melakukan kegiatan membaca di perpustakaan. Dengan syarat, tidak melakukan keributan atau mengganggu pengunjung perpustakaan lainnya.
5)      Apabila kegiatan membaca telah selesai, buku yang telah dibaca diletakkan kembali ke tempat semula atau bisa melakukan peminjaman dengan syarat:
a)      Memperlihatkan buku yang hendak dipinjam beserta kartu perpustakaan kepada petugas perpustakaan.
b)      Batas waktu peminjaman adalah 7 hari.
c)      Apabila buku yang dipinjam terlambat dikembalikan, maka dikenakan denda sebesar Rp300/hari untuk satu buku.
6)      Setelah kegiatan membaca selesai dilaksanakan, maka barang atau tas yang telah dititipkan bisa diambil kembali.
 

-     Memperlihatkan buku yang dipinjam dan kartu perpustakaan
-     Batas peminjaman 7 hari
-     Terlambat mengembalikan buku diberi sanksi berupa denda Rp300/hari untuk 1 buku
 

Bagan Proses Membaca di Perpustakaan
-     Memperlihatkan buku yang dipinjam dan kartu perpustakaan
-     Batas peminjaman 7 hari
-     Terlambat mengembalikan buku diberi sanksi berupa denda Rp300/hari untuk 1 buku
 
2.        Buku yang dibaca
Judul buku           : Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Penulis                  : Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan
Penerbit                : Angkasa Bandung
Tempat terbit        : Bandung

3.        Isi daftar isi buku
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ iii
Bab Satu: Tinjauan Umum
1.1     Keterampilan Berbahasa..................................................................... 1
1.1.1   Hubungan antara berbicara dan menyimak............................... 1
1.1.2   Hubungan antara menyimak dan membaca.............................. 2
1.1.3   Hubungan antara berbicara dan membaca................................ 3
1.1.4   Hubungan antara ekspresi lisan dan ekspresi tulis.................... 4
1.2     Membaca............................................................................................ 6
1.2.1   Pengertian batasan membaca.................................................... 7
1.2.2   Tujuan membaca....................................................................... 9
1.2.3   Membaca sebagai suatu keterampilan....................................... 10
1.2.4   Aspek-aspek membaca.............................................................. 11
1.2.5   Mengembangkan keterampilan membaca................................. 14
1.2.6   Tahap-tahap perkembangan membaca...................................... 17
Bab Dua: Membaca Nyaring
2.1     Pengertian........................................................................................... 22
2.2     Keterampilan-Keterampilan yang Dituntut dalam Membaca
Nyaring............................................................................................... 24
2.3     Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring................................... 25
Bab Tiga: Membaca dalam Hati
3.1     Pengantar............................................................................................ 29
3.2     Membaca Ekstensif............................................................................ 31
3.2.1   Membaca survei........................................................................ 31
3.2.2   Membaca sekilas....................................................................... 32
3.2.3   Membaca dangkal..................................................................... 34
3.3     Membaca Intensif............................................................................... 35
3.4     Keterampilan yang Dituntut pada Membaca dalam Hati................... 37
Bab Empat: Mambaca Telaah Isi
4.1     Pendahuluan....................................................................................... 39
4.2     Membaca Teliti................................................................................... 39
4.2.1   Membaca paragraf dengan pengertian...................................... 40
4.2.2   Membuat catatan...................................................................... 45
4.2.3   Dalam kelas............................................................................... 53
4.2.4   Menelaah tugas......................................................................... 54
4.3     Membaca Pemahaman........................................................................ 56
4.3.1   Standar kesastraan.................................................................... 56
4.3.2   Resensi kritis............................................................................. 59
4.3.3   Drama tulis................................................................................ 61
4.4     Membaca Kritis.................................................................................. 89
4.4.1   Memahami maksud penulis....................................................... 91
4.4.2   Memanfaatkan kemampuan membaca dan berfikir kritis......... 92
4.4.3   Memahami organisasi dasar tulisan........................................... 93
4.4.4   Menilai penyajian pengarang.................................................... 95
4.4.5   Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari....... 99
4.4.6   Meningkatkan minat membaca................................................. 102
4.4.7   Prinsip-prinsip pemilikan bahan bacaan.................................... 105
4.4.8   Membaca majalah..................................................................... 113
4.5     Membaca Ide...................................................................................... 116
4.5.1   Pembaca yang baik tahu mengapa dia membaca...................... 117
4.5.2   Pembaca yang baik memahami apa yang dibacanya................. 117
4.5.3   Pembaca yang baik harus menguasai kecepatan membaca....... 118
4.5.4   Pembaca yang baik harus mengenal media cetak..................... 119
Bab Lima: Membaca Telaah Bahasa
5.1     Pendahuluan....................................................................................... 120
5.2     Membaca Bahasa................................................................................ 120
5.2.1   Memperbesar daya kata............................................................ 121
5.2.2   Mengembangkan kata-kata kritik............................................. 130
5.3     Membaca Sastra................................................................................. 138
5.3.1   Bahasa ilmiah dan bahasa sastra............................................... 138
5.3.2   Gaya bahasa.............................................................................. 140
Daftar Bacaan.......................................................................................... 145


4.      Baca suatu sub-sub bab atau pokok bahasan
Bab Tiga
MEMBACA DALAM HATI
3.1     Pengantar
Pada 2.1 telah disinggung sepintas kilas bahwa pada saat membaca dalam hati, kita hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading) adalah untuk memperoleh informasi. Setelah meninggalkan bangku sekolah, mayoritas pelajar akan sedikit sekali membaca bersuara, membaca nyaring, tetapi membaca dalam hati. Walaupun para ahli berbeda pendapat mengenai jangka/jumlah waktu yang akan dipergunakan untuk membaca dalam hati di sekolah, namun semua sependapat bahwa lebih banyak waktu harus diberikan untuk itu bila para pelajar meningkat dari kelas rendah ke kelas yang lebih tinggi. Latihan-latihan pada membaca dalam hati haruslah dimulai semenjak anak-anak sudah dapat membaca sendiri; dan pada tahap sang anak haruslah dilengkapi dengan bacaan tambahan, yang penekanannya diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan, dan dengan demikian memperoleh serta memahami ide-ide dengan usahanya sendiri. Harus disadari benar-benar bahwa keterampilan membaca dalam hati merupakan kunci bagi semua ilmu pengetahuan. Bila seseorang dapat membentuk konsep-konsep serta sikap-sikap pribadi, maka hal itu berarti bahwa dia telah memperluas kesatuan-kesatuan pikirannya serta memperoleh dasar pendapat, keputusannya. Dia akan menguasai cerita-cerita dan uraian-uraian sebagai suatu keseluruhan yang dalam kegiatan membaca nyaring kini hanya dapat memahami fragmen-fragmen yang lepas-lepas saja. Pada membaca dalam hati ini sang anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase-frase, memperkaya kosa katanya, dan memperoleh keuntungan dalam hal keakraban dengan sastra yang baik. Setelah membaca dalam hati, sang guru dapat menyuruh serta mendorong para pelajar mengutarakan yang telah mereka baca, dan hal ini memudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman dan apresiasi mereka. (Cole 1950: 244-245)
Sebagian terbesar dari kegiatan membaca dalam masyarakat selama kita hidup adalah kegiatan membaca dalam hati. Dibanding dengan membaca nyaring, maka membaca dalam hati ini jauh lebih ekonomis, dapat dilakukan di segala tempat. Kita sering melihat orang membaca dengan asyiknya dalam bus, kereta api, di kafetaria, di tempat tidur, dan seterusnya tanpa mengganggu orang lain. Ruang baca yang terdapat dalam perpustakaan umum sebenarnya berarti ruang baca dalam hati; setiap orang dapat membaca tanpa mengganggu orang lain.
Dalam kehidupan yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat, setiap anggota masyarakat akan membaca bahan-bahan yang sesuai dengan selera/pilihannya masing-masing, tanpa paksaan dari pihak lain. Membaca secara perorangan menurut selera masing-masing ini disebut personalized reading. Kenyataan ini menuntut peningkatan pengajaran cara membaca serupa ini di sekolah-sekolah (lebih-lebih di Amerika Serikat). Pengajaran membaca perorangan atau personalized reading instruction merupakan suatu falsafah pengajaran, merupakan suatu pendekatan terhadap organisasi kelas. Berdasar atas konsep bahwa setiap anak, setiap orang harus tahu mencari sendiri, memilih sendiri, melangkah sendiri, maju sendiri, maka program membaca perorangan ini merupakan suatu bagian dari program keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar, pengajaran perorangan dan pendekatan pengalaman bahasa. (Barbe and Abbott 1975:23)
Demikianlah dalam membaca perorangan ini “how to read” haruslah disejajarkan atau diimbangi dengan perkembangan “love for reading” dan menuntut agar membaca dalam hati dilaksanakan seefektif mungkin. Program pengajaran membaca perorangan menganut suatu falsafah yang mengatakan “You learn to read by reading” atau “Anda belajar membaca dengan (jalan) membaca.” (Barbe and Abbott 1975:26)
Dalam garis besarnya, membaca dalam hati dapat dibagi atas:
a)      Membaca ekstensif; dan
b)      Membaca intensif.
Berikut ini akan dibicarakan satu persatu secara terperinci.
3.2     Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pengertian atau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudahlah memadai untuk ini, karena memang begitulah tuntutannya dan juga karena bahan bacaan itu sendiri memang sudah banyak serta berlebih-lebihan, seperti halnya dengan laporan-laporan surat kabar. Nama atau etiket itu menyatakan bahwa orang-orang yang mempergunakannya tidaklah mengenai keterampilan-ketampilan aktual yang berbelit-belit, yang rumit, tetapi dengan efek-efek yang dihasilkan oleh pekerjaan ketrampilan-ketrampilan tersebut; dengan kata lain suatu keakraban, suatu familiaritas, sekalipun bukan keakraban yang begitu mantap, dengan isi bahan bacaan yang menjadi tujuan dan tuntutan kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat dan dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana. Hal ini juga merupakan salah satu alat yang dapat dimanfaatkan oleh seorang orang asing yang hendak mempelajari sesuatu tanpa dia sendiri pergi bermukim ke negara asal tersebut.
Membaca ekstensif ini meliputi pula:
a)      Membaca survei (survey reading);
b)      Membaca sekilas (skimming); dan
c)      Membaca dangkal (superficial reading).
(Broughton cs 1978:92)
3.2.1     Membaca survei
Sebelum kita mulai membaca maka biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa-apa yang akan kita telaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan:
a)      Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku;
b)      Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan;
c)      Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan ini sangat penting; hal ini turut menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam studinya. Latar belakang pandangan serta ilmu pengetahuan seseorang turut menentukan tepat atau tidaknya, cepat atau lambatnya mensurvei bahan bacaan yang diinginkan. Memang ada benarnya ucapan orang-orang tua yang mengatakan bahwa permulaan yang baik sudah merupakan setengah dari hasil yang hendak dicapai.

3.2.2        Membaca sekilas
Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan. Kalau kita tidak tahu bagaimana cara membaca sekilas dan kapan harus melakukannya, maka kita akan menghadapi kesulitan dalam mengikuti serta menyelesaikan bacaan yang diinginkan.
Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu:
a)      Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel, tulisan singkat;
b)      Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;
c)      Untuk menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. (Albert [et al] 1961a:30)
Berikut ini kita perbincangkan satu-persatu secara selayang pandang.
3.2.2.1    Untuk memperoleh kesan umum
Bila kita ingin memperoleh suatu kesan umum dari suatu kesan umum dari sesuatu buku non-fiksi (sejarah, biografi, ilmu pengetahuan, seni, dan sebagainya) dengan cepat maka kita dapat melakukannya dengan jalan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks. Kita akan memperoleh suatu pandangan yang lebih baik kalau kita mengikuti langkah ini dengan membuka-buka halaman buku tersebut dengan cepat, melihat pada bab dan anak bab, gambar, peta, skema, dan diagram. Dengan cara ini kita dapat mempelajari sifat hakekat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau organisasinya, dan sikap umum sang penulis serta pendekatannya terhadap bahan atau subyek pembicaraan.
Kita dapat memperoleh kesan umum dari suatu novel dengan jalan mengadakan pandangan sekilas serta menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu sambil jalan. Kalau tidak tertarik hanya pada plot atau sifat umum novel tersebut, maka kita memperoleh suatu ide yang baik dari/mengenai buku tersebut dalam tempo setengah jam atau kurang.
Kita dapat membaca sekilas suatu artikel dalam majalah atau rencana dalam surat kabar dengan cara berikut ini. Bacalah pertama sekali paragraf awal dan paragraf akhir. Kedua paragraf ini biasanya menyatakan kepada kita pokok masalah artikel tersebut dan sikap serta pandangan umum sang penulis terhadap pokok masalah. Sesudah itu telitilah secara sekilas pilihan tersebut untuk mencari kalimat-kalimat judul serta petunjuk-petunjuk lainnya mengenai hal-hal penting yang diperbincangkan itu.
3.2.2.2       Untuk menemukan hal tertentu
Kita kerap kali membaca sekilas untuk mendapatkan fakta atau hal tertentu: misalnya nomor pemain pujaan pada permainan sepak bola, hari mangkatnya seorang pahlawan, jumlah angka kematian lalu lintas, dan sebagainya. Orang yang teliti hampir terus menerus membaca sekilas dalam kehidupan sehari-hari.
Petunjuk-putunjuk berikut ini akan dapat menolong kita dalam usaha mendapatkan informasi yang tepat dengan cepat.
a)      Tentukan dengan jelas hal atau fakta apa yang hendak dicari atau sediakan pertanyaan yang akan dijawab.
b)      Siapkan/ingat kata atau kata-kata yang paling tepat dipakai untuk menunjuk hal tersebut.
c)      Bila kita mencari informasi dalam suatu buku, baiklah kita melihat apakah kata atau detail tersebut tercantum dalam indeks. Kalau tidak ada, carilah di bawah subyek yang lebih luas yang mungkin mencakup bahan/subyek tersebut.
d)     Liriklah setiap halaman dengan cepat, hanya untuk mencari kata atau detail yang diingini.

3.2.2.3       Untuk menemukan bahan dalam perpustakaan
Dalam pencarian bahan yang diperlukan di perpustakaan, kita pun membaca sekilas kartu katalog untuk mendapatkan buku-buku yang sesuai; kita membaca sekilas melalui Pembimbing Pembaca untuk menemukan artikel-artikel majalah.
Bila kita sudah menemukan sebuah buku yang mungkin berguna, maka selanjutnya lihatlah pada daftar isi dan daftar kata-kata untuk menentukan apakah buku tersebut memuat hal-hal yang kita kehendaki. Kalau kita telah mendapatkan suatu majalah yang kira-kira memberi harapan, liriklah halaman demi halaman dengan cepat mencari bahan yang ada sangkut pautnya dengan pokok atau topik pembicaraan kita. Apabila kita telah menemui apa yang kita ingini dengan cara membaca sekilas, ubalah cara membaca kita. Bacalah bahan itu dengan teliti, catatlah hal-hal yang penting serta fakta-fakta penunjang.
Kalau kita membiasakan diri membaca sekilas dengan tepat dan cerdas maka kita akan kagum betapa banyaknya informasi yang dapat kita peroleh dalam waktu yang singkat. Ambillah buku, majalah, dan surat kabar, lalu bacalah sekilas. Biasakanlah diri kita, mendapatkan kesan umum dari buku-buku baru dan melihat apakah kita ingin membacanya dengan teliti atau tidak.
Memang harus disadari benar-benar bahwa membaca sekilas merupakan suatu ketrampilan yang sangat berfaedah kalau tidak disalahgunakan. Seperti juga halnya bahwa kita tidak membaca sesuatu buku kata demi kata, maka dalam membaca sekilas pun kita tidak perlu membaca segala sesuatu, tetapi yang penting-penting saja. Dalam penerapannya yang baik, membaca sekilas menuntut suatu keaktifan dan keseksamaan untuk mengetahui apa yang dicari serta bagaimana cara menghubungkan apa yang telah ditemui dengan apa-apa yang telah kita ketahui sebelumnya. (Albert [et al] 1961a:30-32)

3.2.3        Membaca dangkal
Membaca dangkal atau superficial reading pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca superficial ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang; misalnya cerita pendek, novel ringan, dan sebagainya. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut pemikiran yang mendalam seperti halnya membaca karya-karya ilmiah. Dapat dilakukan dengan santai tetapi menyenangkan. (Broughton [et al] 1978:92)
Demikianlah telah kita perbincangkan secara sekilas tiga jenis membaca yang termasuk ke dalam kelompok membaca ekstensif.
Berlainan dengan membaca intensif, maka teknik yang dipergunakan dalam membaca ekstensif ini jelas sangat berbeda. Sebuah cerita pendek, atau satu bab novel, ataupun adegan drama satu babak, disodorkan oleh sang guru agar dibaca oleh para pelajar lalu disuruh melaporkannya secara singkat sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Para pelajar dan mahasiswa menyadari bahwa dalam membaca ekstensif ini minat atau perhatiannya diarahkan pada pemahaman keseluruhan terhadap tokoh dan kejadian-kejadian, bukan kepada detail-detail bahasa ataupun isi cerita yang terperinci sampai sekecil-kecilnya.
Membaca ekstensif biasanya lebih banyak dilakukan di luar kelas; tugas-tugas diberikan oleh sang guru beberapa kali secara teratur, dan di dalam kelas diperlukan sekelumit waktu untuk mengecek atau memeriksa apakah para pelajar mengerti ciri-ciri utama cerita tersebut. (Brooks 1964:173)

3.3     Membaca Intensif
Yang dimaksud dengan membaca intensif atau intensive reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut. (Brooks 1964:172-173)
Yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ini ialah:
a)      Membaca telaah isi (content study reading)
b)      Membaca telaah bahasa (linguistic study reading)
Perlu ditegaskan di sini bahwa setiap istilah membaca intensif menyatakan bahwa bukanlah hakekat ketrampilan-ketrampilan yang terlihat yang paling diutamakan atau yang paling menarik perhatian kita, tetapi hasil-hasilnya; dalam hal ini suatu pengertian, suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap tanda-tanda hitam atau aksara di atas kertas. Biasanya, bahan untuk pemahaman yang terperinci ini berupa teks yang amat singkat. Membaca intensif pada hakekatnya memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari 500 patah kata (yang dapat dibaca dalam jangka waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 patah kata dalam satu detik). Tujuan utama adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya; nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang, dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Erat berhubungan dengan tingkatan pemahaman ini adalah kecepatan membaca. Jelas sekali terlihat bahwa kecepatan akan menurun kalau kedalaman serta keterperincian pemahaman semakin bertambah, semakin meningkat, tetapi jangan pula kita lupakan bahwa ada faktor-faktor yang lain yang turut campur tangan dalam hal ini. Salah satu di antara faktor-faktor tersebut adalah kejelasan teks bacaan itu sendiri. Faktor lain adalah pengenalan pembaca terhadap isi bahan bacaan. Tentu saja lebih mudah bagi kita menangkap serta memahami isi bacaan yang telah kita alami, kita kenal, kita akrabi. Meskipun demikian, masih mungkin kita mengembangkan kecepatan membaca, dan membaca yang efisien jelas melibatkan kecepatan membaca yang tinggi dengan tingkat pemahaman yang tinggi.
Banyak orang beranggapan bahwa studi dan membaca lambat itu sama, atau paling tidak: dalam studi yang baik, seseorang harus membaca lambat. Perlu ditegaskan di sini bahwa pendapat yang seperti itu sangat keliru. Perlu diingat benar-benar bahwa studi melibatkan beberapa jenis ketrampilan lainnya di samping ketrampilan membaca, dan dapat juga melibatkan beraneka jenis ketrampilan membaca. Seorang siswa/mahasiswa yang baik akan terlebih dahulu mengadakan survei pendahuluan terhadap apa yang akan ditelaahnya; baru kemudian dia membaca subyek yang akan ditelaah; baru kemudian dia membaca, barangkali sebagian dengan membaca sekilas (skimming), sebagian lagi dengan membaca secara intensif untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan apalagi dia telah mencatat jawaban-jawaban yang diinginkan maka pada waktu mendatang berikutnya dia akan meninjau kembali bahan tersebut. Urutan operasi-operasi ini menggambarkan teknik studi yang sudah terkenal dengan nama teknik SQ3R; dan jelas bahwa masih banyak lagi yang terlibat dari pada hanya membaca lambat saja. Maka adalah tugas dan kewajiban setiap guru untuk meningkatkan kecepatan membaca umum para pelajar. Membaca dalam hati yang lancar sungguh sangat berguna bagi setiap orang yang ingin mencapai jenjang setiap pendidikan yang lebih tinggi. (Broughton 1978:92-94)
 Kedua jenis membaca yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ini akan diperbincangkan pada bab-bab khusus.

3.4     Keterampilan yang Dituntut pada Membaca dalam Hati
Seperti juga halnya membaca bersuara, maka membaca dalam hati pun merupakan suatu kegiatan yang menuntut aneka ragam ketrampilan. Berikut ini kita kemukakan sejumlah ketrampilan yang dituntut pada setiap kelas sekolah dasar khusus pada membaca dalam hati, agar tujuan dapat dicapai.
Kelas I:
a.       Membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan-gerakan bibir, tanpa berbisik.
b.      Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala.
Kelas II:
a.       Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala.
b.      Membaca lebih cepat secara dalam hati tinimbang secara bersuara.
Kelas III:
a.       Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir.
b.      Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati itu.
c.       Lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.
Kelas IV:
a.       Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
b.      Kecepatan mata dalam membaca 3 kata per detik.

Kelas V:
a.       Membaca dalam hati jauh lebih cepat tinimbang membaca bersuara.
b.      Membaca dengan pemahaman yang baik.
c.       Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan jari tangan.
d.      Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu; senang membaca dalam hati.
Kelas VI:
a.       Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir; tanpa komat-kamit.
b.      Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan.
c.       Dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi pada tingkat dasar.
(Barbe and Abbott 1975:156-167)










5.      Cari kata kunci/ide pokok
Menggunakan ingatan visual dan pengaktifan mata dan ingatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar