Rabu, 14 Desember 2016

AL-QURAN DAN PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA



MAKALAH
AL-QUR’AN DAN PENDIDIKAN
YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA


Dosen Pembimbing:
Dra. Yusfaneti, S.Ag

Disusn oleh:
Herti Gustina   A1B112005

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012 


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkkan syukur alhamdulillah atas rahmat dan ridho Tuhan Yang Maha Esa serta izin dari-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang menghampiri. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan yang dimilki, namun berkat  bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Akhir kata penulis menyadari adanya kesalahan atau kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini berguna bagi kita semua, terutama bagi diri penulis pribadi.




Jambi,     2012


                                                                                                                                                                            penulis




BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Kadang-kadang sebagian orang merasa aneh mendengar bahwa Al-Qur'anul Karim bagi orang muslim adalah kitab terbesar mengenai filsafat pendidikan dan pengajaran. Memang mereka belum mengenal pikiran ini sebelumnya dan belum terpikirkan kemungkinan apapun dalam hal ini. Sebagian besar kita memang telah membaca Al-Qur'an seluruhnya atau sebagiannya, di madrasah ibtidaiyah dan tahun-tahun pertama di madrasah tsanawiyah. Kemudian kita meninggalkannya untuk tidak menjamahnya lagi. Inilah keadaan kebanyakan kaum terpelajar yang dipanggil muslim. Mereka tidak membaca Al-Qur'an, kecuali di sekolah dasar tanpa pemahaman yang cukup terhadap artinya dan pengetahuan yang memadai terhadap kandungan isinya.
Pada hakikatnya Al-Qur'anul Karim adalah kitab perbendaharaan kebudayaan manusia yang sangat luas, lebih-lebih bidang rohaniyah dari padanya. Al-Qur'an adalah kitab pendidikan dan pengajaran secara umum dan kitab pendidikan kemasyarakatan, akhlak dan mental secara khusus.
Apabila filsafat bermaksud mempelajari awal dan akhir dari segala perkara, hubungan dan ikatan antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan alam, antara manusia dengan Pencipta alam semesta, maka filsafat Al-Qur'an mencakup semua itu. Apabila pendidikan bermaksud membentuk dan mengembangkan kemampuan manusia sebagai individu, maka Al-Qur'anul Karim bermaksud mendidik semua makhluk, karena dalam hal itu termasuk telah mendidik manusia sebagai individu.

1.2       Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai:
1.      Pendidikan dalam perspektif Al-qur’an
2.      Pandangan al-qur’an terhadap pendidikan dalam kehidupan sehari-hari
3.      Proses pemerolehan pengetahuan dan objeknya
4.      Pemanfaatan pengetahuan

1.3       Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui bagaimana pendidikan menurut perspektif al-qur’an
2.      Bagaimana pandangan al-qur’an terhadap pendidikan dalam kehidupan sehari-hari
3.      Untuk mengetahui proses pemerolehan pengetahuan dan objeknya
4.      Untuk mengetahui manfaat pengetahuan

1.4       Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah supaya kita bisa mengetahui bagaimana pendidikan menurut pandangan al-qur’an, proses pemerolehannya serta manfaat pendidikan menurut al-qur’an agar kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.5       Tinjauan Pustaka
Data yang diperoleh dalam makalah ini didapat dengan mengadakan telaah pustaka dan pencarian dalam internet yang dirangkum sesuai dengan pembahasan dalam makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an
Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan:
 
Artinya: “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-   orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”.
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:
Artinya: “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada seluruh pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan. Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia. Karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini bagaikan orang tersesat yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-lunta kelak di hari akhirat.
Imam Syafi’i pernah menyatakan:
Artinya: “Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu”.
Dari sini, sudah seyogyanya manusia selalu berusaha untuk menambah kualitas ilmu pengetahuan dengan terus berusaha mencarinya hingga akhir hayat.

2.2       Pandangan Al-Qur’an terhadap Pendidikan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Adapun pandangan al-qur’an tentang pendidikan dalam kehidupan sehari-hari meliputi:
1.         Pandangan Al-Qur’an  terhadap Pendidikan Kemasyarakatan
Al-Qur'anul Karim memerintahkan suatu tata kemasyarakatan yang didasarkan atas prinsip-prinsip persatuan, persamaan, persaudaraan, tolong-menolong dan musyawarah yang merupakan hakikat demokrasi yang benar (Sebab Al-Qur'anul Karim menentang diktaktorisme sebagaimana ia menentang chauvinisme). Al-Qur'anul Karim menetapkan aturan hidup kekeluargaan atas dasar yang adil dan menanamkan sosialisme yang konstruktif dalam ekonomi (yaitu sosialisme yang tidak merampas hak milik khusus dari pemiliknya, tetapi ia memandang dalam milik khusus itu ada hak orang banyak). Begitu pula Al-Qur'an mewajibkan menghormati perjanjian-perjanjian, akad-akad (transaksi-transaksi) dan menyeru kepada penggunaan akal, kemerdekaan dalam berfikir dan kemajuan serta memperkuat tanggung jawab sosial. Ringkasnya masyarakat Islam seperti yang digambarkan oleh Al-Qur'anul Karim adalah suatu masyarakat yang kokoh lagi padu, pertengahan dalam gerak kemajuan, melawan sikap reaksioner dari satu segi dan menentang sikap ekstrim serta memerangi sistem kasta dalam masyarakat dari segi lain. Masyarakat Islam adalah masyarakat demokratis dalam pengertian yang sebenarnya dan masyarakat sosial yang konstruktif.
Pendidikan Al-Qur'anul Karim adalah membentuk masyarakat yang dipimpin oleh ketakwaan kepada Allah dan menyangkut keadilan sosial, masyarakat yang dipimpin oleh peraturan yang didasarkan atas cinta, kasih sayang, keutamaan, gairah kepada kebaikan, toleransi, persaudaraan, kemerdekaan berfikir yang disertai rasa tanggung jawab dan demokrasi dalam arti yang sebenarnya.

2.         Pandangan Al-Qur'anul Karim Terhadap Alam
Sesungguhnya Al-Qur'anul Karim mengalihkan pandangan manusia kepada alam adalah dengan maksud supaya manusia sampai kepada hal-hal berikut:
a.     Bahwa alam didasarkan atas asas kebenaran, kanun dan hikmah yang tinggi. Alam memiliki aturan dan hukum-hukum yang ditetapkan. Karena itu alam tidaklah diciptakan dengan sia-sia atau main-main.
b.    Patutlah manusia mempelajari kandungan isi alam, aturan-aturannya dan rahasia-rahasianya sesuai dengan kemampuan, dan menemukan kebesaran Khalik dalam semuanya itu.
c.     Antara manusia dan makhluk-makhluk lainnya itu ada hubungan. Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk menguasai dari kebanyakan makhluk-makhluk itu dan dari kekuatan alam untuk berbagi-bagi manfaat yang diperkenankan, tanpa pemborosan dan berlebih-lebihan dalam pemanfaatannya.
d.    Dari mempelajari alam, dengan perantaraan akal dan kekaguman sampailah kepada iman kepada Allah Swt.
e.     Mengajak manusia supaya tidak menyembah makhluk, tetapi menyembah pencipta makhluk.
Al-Qur'anul Karim itu bukanlah sebuah kitab mengenai ilmu-ilmu alam, seperti diinginkan oleh sebagian orang. Tetapi ia sebuah kitab yang mengajak mempelajari ilmu alam dan ilmu sosial, seperti ilmu falak, ilmu mekanik, ilmu hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu sejarah, ilmu bumi dan ilmu hukum. Al-Qur'an adalah sebuah kitab yang mengatasi semua ilmu ini dan mengajak untuk mengetahui apa yang ada di atas dan di balik ilmu-ilmu itu. Sebab bukti-bukti ilmiyah yang tersebut dalam Al-Qur'anul Karim adalah sebagai perantara (medium) bukan sebagai tujuan. Al-Qur'an adalah kitab mengenai pendidikan rohani dan akhlak dan bukan kitab penemuan ilmiyah.

3.         Pandangan Al-Qur’an terhadap Akhlak Manusia
Al-Qur'anul Karim menekankan segi akhlak dalam kenyataan dalam seluruh halamannya. Al-Qur'an menyeru manusia takwa kepada Allah, bersifat benar, berlaku adil, tolong menolong, toleran (tasamuh), sabar, memaafkan, mengekang kemarahan, rendah hati, kasih sayang, cinta, memberi, berkorban dan berjihad (berjuang) dan sebagainya daripada sifat-sifat utama yang terkenal. Dalam pada itu Al-Qur'an menentang kezaliman, kesewenang-wenangan, kedustaan, kemunafikan, begitu pula ia menentang sifat bakhil, boros, upat dan cela, sebagaimana ia melarang mencari-cari kesalahan orang lain, kesaksian palsu dan sebagainya daripada sifat-sifat buruk yang menghinggapi kebanyakan muslimin masa kini. Pelajaran akhlak dalam Al-Qur'an adalah maudu' tesis sarjana Irak, yaitu DR. Saleh asy-Syamma'. Al-Qur'anul Karim merupakan sumber yang luas terbentang di hadapan anda untuk menulis beberapa tulisan mengenai filsafat akhlak yang mendasari Al-Qur'an.

4.         Pandangan Al-Qur'an Terhadap Khalik
Yang pertama dan terutama adalah menampakkan hubungan antara Khalik dan makhluk, dan memperkenalkan kepada manusia bahwa ada tidaknya makhluk seluruhnya tergantung pada Khalik Sang Maha Agung, pada penciptaanNya, hikmahNya dan rahmatNya. Tujuan tertinggi bagi pendidikan dan kehidupan adalah mengenal Khalik dan bertakwa kepadaNya. Beribadah kepadaNya berarti mengikuti segala perintahNya dan menjauhi laranganNya dalam hal yang berhubungan dengan individu, keluarga, masyarakat, dan makhluk seluruhnya. Barangkali sifat terbesar dari sifat-sifat Khalik yang ditekankan oleh Al-Qur'an adalah sifat wahdaniyah (tauhid). Al-Qur'an menekankan sepenuhnya pada mentauhidkan Allah dan mensucikanNya secara mutlak dari segala sifat makhluk yang bersifat materi lagi dapat di inderai. Allah SWT tidak dibatasi dengan masa atau tempat dan tidak pula berubah. Tidak ada sekutu bagiNya, dan tidak ada pula tandingan. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dia Yang Hidup lagi terus menerus mengurus (makhlukNya). Yang Maha Esa, satu-satunya tempat bergantung segala makhluk, berbuat sekehendakNya sesuai dengan hikmahNya yang langgeng dan ilmuNya yang azali. Dia lah yang memiliki kebenaran, kebaikan dan keindahan tertinggi.

2.3       Proses Pemerolehan Pengetahuan dan Objeknya
Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara memperoleh dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya ialah setiap manusia dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar: mula-mula melalui hal yang dapat diindra dengan menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan; selanjutnya bertahap dari hal-hal yang dapat diindra kepada yang abstrak, dan dari yang dapat dilihat kepada yang dapat difahami. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam teori empirisme dan positivisme dalam filsafat.
Pada dasarnya proses pemerolehan pengetahuan adalah dimulai dengan membaca, sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, dalam pengetahuan manusia tidak hanya sebatas apa yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia, namun juga semua pengetahuan yang dapat menyelamatkannya di akhirat kelak.
Pengetahuan duniawi adalah berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan urusan kehidupan manusia di dunia ini. Baik pengetahuan modern maupun pengetahuan klasik. Sedangkan pengetahuan ukhrowi adalah berbagai pengetahuan yang mendukung terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia kelak di akhirat. Pengetahuan ini meliputi berbagai pengetahuan tentang perbaikan pola perilaku manusia, yang meliputi pola interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan.

2.4       Pemanfaatan Pengetahuan
Manusia memiliki potensi untuk mengetahui, memahami apa yang ada di alam semesta ini. Serta mampu mengkorelasikan antara fenomena yang satu dan fenomena yang lainnya. Karena hanya manusia yang disamping diberi kelebihan indera, manusia juga diberi kelebihan akal. Yang dengan inderanya dia mampu memahami apa yang tampak dan dengan hatinya dia mampu memahami apa yang tidak nampak.
Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan.
Al-Qur’an menandaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik, yang mampu menciptakan lingkungan yang baik, kondusif, yang bermanfaat bagi seluruh alam. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Ilmu pengetahuan adalah sebuah hubungan antara pancaindera, akal dan wahyu. Dengan pancaindera dan akal (hati), manusia bisa menilai sebuah kebenaran (etika) dan keindahan (estetika). Karena dua hal ini adalah piranti utama bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, disamping memiliki kelebihan, kedua piranti ini memiliki kekurangan. Sehingga keduanya masih membutuhkan penolong untuk menunjukkan tentang hakikat suatu kebenaran, yaitu wahyu. Dan dengan wahyu manusia dapat memahami posisinya sebagai khalifah fil ardh.
Pemanfaatan pengetahuan harus ditujukan untuk mendapatkan kemanfaatan dari pengetahuan itu sendiri, menjaga keseimbangan alam semesta ini dengan melestari-kan kehidupan manusia dan alam sekitarnya, yang sekaligus sebuah aplikasi dari tugas kekhalifahan manusia di muka bumi. Dan pemanfaatan pengetahuan adalah bertujuan untuk ta’abbud kepada Allah swt., Tuhan semesta alam.


BAB III
PENUTUP
3.1              Kesimpulan
Al-qur’an menjelaskan akan pentingnya pengetahuan dan pendidikan. Tanpa pengetahuan dan pendidikan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Al-qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi.
Al-qur’an memerintahkan suatu tata kemasyarakatan yang didasarkan atas prinsip-prinsip persatuan, persamaan, persaudaraan, tolong menolong, dan musyawarah yang merupakan hakikat demokrasi yang benar. Pendidikan Al-qur’an adalah membentuk masyarakat yang dipimpin oleh ketakwaan kepada Allah dan menyangkut keadilan sosial.
Al-qur’an bukanlah sebuah kitab mengenai ilmu-ilmu alam, tetapi merupakan sebuah kitab yang mengajak mempelajari ilmu alam dan ilmu sosial. Al-qur’an juga menekankan dari segi akhlak dalam seluruh halamannya. Dan yang paling utama adalah Al-qur’an menekankan untuk mentauhidkan Allah swt.
Proses pemerolehan pengetahuan dimulai dari membaca yaitu membaca apa yang ada di alam. Kemudian di manfaatkan bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
3.2              Saran
Dari pembahasan di atas diharapkan agar:
1.      Dapat memahami bagaimana pendidikan di dalam Al-qur’an, proses pemerolehan pengetahuan dan objeknya serta manfaat pengetahuan menurut perspektif Al-qur’an
2.      Juga memahami bagaimana pandangan Al-qur’an terhadap pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Dan supaya mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 1983. Al-qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penerjemah Al-qur’an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar