MAKALAH
AL-QUR’AN DAN PENDIDIKAN
YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA
Dosen Pembimbing:
Dra. Yusfaneti, S.Ag
Disusn oleh:
Herti Gustina A1B112005
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2012
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkkan syukur alhamdulillah atas rahmat dan ridho Tuhan Yang Maha Esa serta
izin dari-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya.
Dalam
penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang menghampiri. Hal ini disebabkan
keterbatasan kemampuan yang dimilki, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah
ini dapat diselesaikan.
Akhir
kata penulis menyadari adanya kesalahan atau kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini
berguna bagi kita semua, terutama bagi diri penulis pribadi.
Jambi, 2012
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kadang-kadang
sebagian orang merasa aneh mendengar bahwa Al-Qur'anul Karim bagi orang muslim
adalah kitab terbesar mengenai filsafat pendidikan dan pengajaran. Memang
mereka belum mengenal pikiran ini sebelumnya dan belum terpikirkan kemungkinan
apapun dalam hal ini. Sebagian besar kita memang telah membaca Al-Qur'an
seluruhnya atau sebagiannya, di madrasah ibtidaiyah dan tahun-tahun pertama di
madrasah tsanawiyah. Kemudian kita meninggalkannya untuk tidak menjamahnya
lagi. Inilah keadaan kebanyakan kaum terpelajar yang dipanggil muslim. Mereka
tidak membaca Al-Qur'an, kecuali di sekolah dasar tanpa pemahaman yang cukup
terhadap artinya dan pengetahuan yang memadai terhadap kandungan isinya.
Pada
hakikatnya Al-Qur'anul Karim adalah kitab perbendaharaan kebudayaan manusia
yang sangat luas, lebih-lebih bidang rohaniyah dari padanya. Al-Qur'an adalah
kitab pendidikan dan pengajaran secara umum dan kitab pendidikan
kemasyarakatan, akhlak dan mental secara khusus.
Apabila filsafat
bermaksud mempelajari awal dan akhir dari segala perkara, hubungan dan ikatan
antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan alam, antara manusia
dengan Pencipta alam semesta, maka filsafat Al-Qur'an mencakup semua itu.
Apabila pendidikan bermaksud membentuk dan mengembangkan kemampuan manusia
sebagai individu, maka Al-Qur'anul Karim bermaksud mendidik semua makhluk,
karena dalam hal itu termasuk telah mendidik manusia sebagai individu.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai:
1.
Pendidikan dalam perspektif
Al-qur’an
2.
Pandangan al-qur’an terhadap
pendidikan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Proses pemerolehan pengetahuan dan
objeknya
4.
Pemanfaatan pengetahuan
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui bagaimana
pendidikan menurut perspektif al-qur’an
2.
Bagaimana pandangan al-qur’an
terhadap pendidikan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Untuk mengetahui proses pemerolehan
pengetahuan dan objeknya
4.
Untuk mengetahui manfaat pengetahuan
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah supaya kita bisa mengetahui bagaimana
pendidikan menurut pandangan al-qur’an, proses pemerolehannya serta manfaat pendidikan
menurut al-qur’an agar kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.5 Tinjauan Pustaka
Data yang diperoleh dalam makalah ini didapat dengan mengadakan telaah
pustaka dan pencarian dalam internet yang dirangkum sesuai dengan pembahasan
dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan
dalam Perspektif Al-Qur’an
Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan
pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan
menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang
memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah
ayat 11 menyebutkan:
Artinya: “…Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang- orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”.
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:
Artinya:
“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam
mewajibkan kepada seluruh pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan. Islam
menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia. Karena tanpa
pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini bagaikan
orang tersesat yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-lunta
kelak di hari akhirat.
Imam Syafi’i pernah menyatakan:
Artinya: “Barangsiapa menginginkan
dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, maka harus
dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu”.
Dari sini, sudah seyogyanya manusia
selalu berusaha untuk menambah kualitas ilmu pengetahuan dengan terus berusaha
mencarinya hingga akhir hayat.
2.2 Pandangan
Al-Qur’an terhadap Pendidikan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Adapun pandangan al-qur’an tentang
pendidikan dalam kehidupan sehari-hari meliputi:
1.
Pandangan
Al-Qur’an terhadap Pendidikan
Kemasyarakatan
Al-Qur'anul Karim memerintahkan
suatu tata kemasyarakatan yang didasarkan atas prinsip-prinsip persatuan,
persamaan, persaudaraan, tolong-menolong dan musyawarah yang merupakan hakikat
demokrasi yang benar (Sebab Al-Qur'anul Karim menentang diktaktorisme
sebagaimana ia menentang chauvinisme). Al-Qur'anul Karim menetapkan aturan
hidup kekeluargaan atas dasar yang adil dan menanamkan sosialisme yang
konstruktif dalam ekonomi (yaitu sosialisme yang tidak merampas hak milik
khusus dari pemiliknya, tetapi ia memandang dalam milik khusus itu ada hak
orang banyak). Begitu pula Al-Qur'an mewajibkan menghormati
perjanjian-perjanjian, akad-akad (transaksi-transaksi) dan menyeru kepada
penggunaan akal, kemerdekaan dalam berfikir dan kemajuan serta memperkuat
tanggung jawab sosial. Ringkasnya masyarakat Islam seperti yang digambarkan
oleh Al-Qur'anul Karim adalah suatu masyarakat yang kokoh lagi padu,
pertengahan dalam gerak kemajuan, melawan sikap reaksioner dari satu segi dan
menentang sikap ekstrim serta memerangi sistem kasta dalam masyarakat dari segi
lain. Masyarakat Islam adalah masyarakat demokratis dalam pengertian yang
sebenarnya dan masyarakat sosial yang konstruktif.
Pendidikan Al-Qur'anul Karim adalah
membentuk masyarakat yang dipimpin oleh ketakwaan kepada Allah dan menyangkut
keadilan sosial, masyarakat yang dipimpin oleh peraturan yang didasarkan atas
cinta, kasih sayang, keutamaan, gairah kepada kebaikan, toleransi,
persaudaraan, kemerdekaan berfikir yang disertai rasa tanggung jawab dan
demokrasi dalam arti yang sebenarnya.
2.
Pandangan Al-Qur'anul
Karim Terhadap Alam
Sesungguhnya Al-Qur'anul Karim
mengalihkan pandangan manusia kepada alam adalah dengan maksud supaya manusia
sampai kepada hal-hal berikut:
a.
Bahwa alam didasarkan atas asas
kebenaran, kanun dan hikmah yang tinggi. Alam memiliki aturan dan hukum-hukum
yang ditetapkan. Karena itu alam tidaklah diciptakan dengan sia-sia atau
main-main.
b.
Patutlah manusia mempelajari
kandungan isi alam, aturan-aturannya dan rahasia-rahasianya sesuai dengan
kemampuan, dan menemukan kebesaran Khalik dalam semuanya itu.
c.
Antara manusia dan makhluk-makhluk
lainnya itu ada hubungan. Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk
menguasai dari kebanyakan makhluk-makhluk itu dan dari kekuatan alam untuk
berbagi-bagi manfaat yang diperkenankan, tanpa pemborosan dan berlebih-lebihan
dalam pemanfaatannya.
d.
Dari mempelajari alam, dengan
perantaraan akal dan kekaguman sampailah kepada iman kepada Allah Swt.
e.
Mengajak manusia supaya tidak
menyembah makhluk, tetapi menyembah pencipta makhluk.
Al-Qur'anul Karim itu bukanlah sebuah kitab mengenai ilmu-ilmu alam,
seperti diinginkan oleh sebagian orang. Tetapi ia sebuah kitab yang mengajak
mempelajari ilmu alam dan ilmu sosial, seperti ilmu falak, ilmu mekanik, ilmu
hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu sejarah, ilmu bumi dan ilmu hukum. Al-Qur'an
adalah sebuah kitab yang mengatasi semua ilmu ini dan mengajak untuk mengetahui
apa yang ada di atas dan di balik ilmu-ilmu itu. Sebab bukti-bukti ilmiyah yang
tersebut dalam Al-Qur'anul Karim adalah sebagai perantara (medium) bukan
sebagai tujuan. Al-Qur'an adalah kitab mengenai pendidikan rohani dan akhlak dan
bukan kitab penemuan ilmiyah.
3.
Pandangan
Al-Qur’an terhadap Akhlak Manusia
Al-Qur'anul Karim menekankan segi akhlak dalam kenyataan dalam seluruh
halamannya. Al-Qur'an menyeru manusia takwa kepada Allah, bersifat benar,
berlaku adil, tolong menolong, toleran (tasamuh), sabar, memaafkan, mengekang
kemarahan, rendah hati, kasih sayang, cinta, memberi, berkorban dan berjihad
(berjuang) dan sebagainya daripada sifat-sifat utama yang terkenal. Dalam pada
itu Al-Qur'an menentang kezaliman, kesewenang-wenangan, kedustaan, kemunafikan,
begitu pula ia menentang sifat bakhil, boros, upat dan cela, sebagaimana ia
melarang mencari-cari kesalahan orang lain, kesaksian palsu dan sebagainya
daripada sifat-sifat buruk yang menghinggapi kebanyakan muslimin masa kini.
Pelajaran akhlak dalam Al-Qur'an adalah maudu' tesis sarjana Irak, yaitu DR.
Saleh asy-Syamma'. Al-Qur'anul Karim merupakan sumber yang luas terbentang di
hadapan anda untuk menulis beberapa tulisan mengenai filsafat akhlak yang
mendasari Al-Qur'an.
4.
Pandangan
Al-Qur'an Terhadap Khalik
Yang pertama dan terutama adalah
menampakkan hubungan antara Khalik dan makhluk, dan memperkenalkan kepada
manusia bahwa ada tidaknya makhluk seluruhnya tergantung pada Khalik Sang Maha
Agung, pada penciptaanNya, hikmahNya dan rahmatNya. Tujuan tertinggi bagi
pendidikan dan kehidupan adalah mengenal Khalik dan bertakwa kepadaNya.
Beribadah kepadaNya berarti mengikuti segala perintahNya dan menjauhi
laranganNya dalam hal yang berhubungan dengan individu, keluarga, masyarakat,
dan makhluk seluruhnya. Barangkali sifat terbesar dari sifat-sifat Khalik yang
ditekankan oleh Al-Qur'an adalah sifat wahdaniyah (tauhid). Al-Qur'an
menekankan sepenuhnya pada mentauhidkan Allah dan mensucikanNya secara mutlak
dari segala sifat makhluk yang bersifat materi lagi dapat di inderai. Allah SWT
tidak dibatasi dengan masa atau tempat dan tidak pula berubah. Tidak ada sekutu
bagiNya, dan tidak ada pula tandingan. Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Dia Yang Hidup lagi terus menerus mengurus (makhlukNya). Yang
Maha Esa, satu-satunya tempat bergantung segala makhluk, berbuat sekehendakNya
sesuai dengan hikmahNya yang langgeng dan ilmuNya yang azali. Dia lah yang
memiliki kebenaran, kebaikan dan keindahan tertinggi.
2.3 Proses
Pemerolehan Pengetahuan dan Objeknya
Pendidikan Islam memiliki karakteristik
yang berkenaan dengan cara memperoleh dan mengembangkan pengetahuan serta
pengalaman. Anggapan dasarnya ialah setiap manusia dilahirkan dengan membawa
fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda dari
manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar: mula-mula melalui hal
yang dapat diindra dengan menggunakan panca indranya sebagai jendela
pengetahuan; selanjutnya bertahap dari hal-hal yang dapat diindra kepada yang
abstrak, dan dari yang dapat dilihat kepada yang dapat difahami. Sebagaimana
hal ini disebutkan dalam teori empirisme dan positivisme dalam filsafat.
Pada dasarnya proses pemerolehan
pengetahuan adalah dimulai dengan membaca, sebagaimana dalam al-Qur’an surat
al-‘Alaq ayat 1-5. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca,
karena al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi
Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti
bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam,
tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang
tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkaunya.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, dalam
pengetahuan manusia tidak hanya sebatas apa yang dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup manusia, namun juga semua pengetahuan yang dapat menyelamatkannya di
akhirat kelak.
Pengetahuan duniawi adalah berbagai
pengetahuan yang berhubungan dengan urusan kehidupan manusia di dunia ini. Baik
pengetahuan modern maupun pengetahuan klasik. Sedangkan pengetahuan ukhrowi
adalah berbagai pengetahuan yang mendukung terciptanya kemakmuran dan
kesejahteraan hidup manusia kelak di akhirat. Pengetahuan ini meliputi berbagai
pengetahuan tentang perbaikan pola perilaku manusia, yang meliputi pola
interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan
Tuhan.
2.4 Pemanfaatan
Pengetahuan
Manusia memiliki potensi untuk
mengetahui, memahami apa yang ada di alam semesta ini. Serta mampu
mengkorelasikan antara fenomena yang satu dan fenomena yang lainnya. Karena
hanya manusia yang disamping diberi kelebihan indera, manusia juga diberi
kelebihan akal. Yang dengan inderanya dia mampu memahami apa yang tampak dan
dengan hatinya dia mampu memahami apa yang tidak nampak.
Adanya potensi itu, dan tersedianya
lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya membangkang
terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh
kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu mengantarkan manusia
berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan.
Al-Qur’an menandaskan bahwa umat Islam
adalah umat terbaik, yang mampu menciptakan lingkungan yang baik, kondusif,
yang bermanfaat bagi seluruh alam. Karena sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Ilmu pengetahuan adalah sebuah hubungan
antara pancaindera, akal dan wahyu. Dengan pancaindera dan akal (hati), manusia
bisa menilai sebuah kebenaran (etika) dan keindahan (estetika). Karena dua hal
ini adalah piranti utama bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Namun,
disamping memiliki kelebihan, kedua piranti ini memiliki kekurangan. Sehingga
keduanya masih membutuhkan penolong untuk menunjukkan tentang hakikat suatu
kebenaran, yaitu wahyu. Dan dengan wahyu manusia dapat memahami posisinya
sebagai khalifah fil ardh.
Pemanfaatan pengetahuan harus ditujukan
untuk mendapatkan kemanfaatan dari pengetahuan itu sendiri, menjaga
keseimbangan alam semesta ini dengan melestari-kan kehidupan manusia dan alam
sekitarnya, yang sekaligus sebuah aplikasi dari tugas kekhalifahan manusia di
muka bumi. Dan pemanfaatan pengetahuan adalah bertujuan untuk ta’abbud kepada
Allah swt., Tuhan semesta alam.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Al-qur’an
menjelaskan akan pentingnya pengetahuan dan pendidikan. Tanpa pengetahuan dan
pendidikan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Al-qur’an bahkan memposisikan
manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi.
Al-qur’an
memerintahkan suatu tata kemasyarakatan yang didasarkan atas prinsip-prinsip
persatuan, persamaan, persaudaraan, tolong menolong, dan musyawarah yang
merupakan hakikat demokrasi yang benar. Pendidikan Al-qur’an adalah membentuk
masyarakat yang dipimpin oleh ketakwaan kepada Allah dan menyangkut keadilan
sosial.
Al-qur’an
bukanlah sebuah kitab mengenai ilmu-ilmu alam, tetapi merupakan sebuah kitab
yang mengajak mempelajari ilmu alam dan ilmu sosial. Al-qur’an juga menekankan
dari segi akhlak dalam seluruh halamannya. Dan yang paling utama adalah
Al-qur’an menekankan untuk mentauhidkan Allah swt.
Proses
pemerolehan pengetahuan dimulai dari membaca yaitu membaca apa yang ada di alam.
Kemudian di manfaatkan bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
3.2
Saran
Dari pembahasan di atas diharapkan
agar:
1. Dapat memahami
bagaimana pendidikan di dalam Al-qur’an, proses pemerolehan pengetahuan dan
objeknya serta manfaat pengetahuan menurut perspektif Al-qur’an
2. Juga memahami
bagaimana pandangan Al-qur’an terhadap pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dan supaya mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 1983. Al-qur’an dan Terjemahannya. Jakarta:
Yayasan Penerjemah Al-qur’an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar