Sabtu, 17 Desember 2016

ANALISIS PUISI 2,7





TUGAS AKHIR SEMSERTER
ANALSIS PUISI 2,7

Mata Kuliah              : Kajian Puisi
Dosen Pengampu      : Dr. Sudaryono, M.Pd

Disusun oleh:
Nama                : Herti Gustina
NIM                 : A1B112005
Semester/Kelas : III/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


MEMAKNAI PUISI DARAJTUL ULA
(Yang Maha Awal Dan Maha Mengakhiri)
DALAM WADAH SEMPIT YANG PENUH MAKNA

Puisi merupakan suatu gambaran tentang sesuatu yang dilayangkan di atas kertas dengan coretan-coretan yang bermakna. Coretan tersebut bukanlah sekedar buangan tinta yang sia-sia, tetapi merupakan saduran yang mampu mengubah dunia jika kita mampu menelaah tiap bait yang tertera di dalam puisi. Dalam puisi kita tak perlu berleha-leha dengan banyak kata. Cukup satu tapi mampu menggambarkannya secara menyeluruh. Bukan sekedar kata indah yang dapat dilantunkan si penyair dengan mimik yang memukau. Puisi menciptakan makna pada setiap keindahannya, artinya keindahan itu muncul seiring dengan megahnya makna dalam setiap lariknya. Puisi dapat dikatakan pelit kata, namun kaya makna. Indah dipandang mata jika diterawang dari setiap pemilihan diksi yang berhasil diciptakan oleh penyairnya. Padat namun kuat mungkin itulah yang dapat mendefinisikan arti sebuah puisi.
Dalam puisi 2,7 hal itu terbukti dengan adanya keajaiban 2 larik, 7 kata yang mampu menggambarkan secara menyeluruh arti dari sesuatu yang ingin diungkapkan oleh si penyair. Kekuatannya tidak hanya tergambarkan dalam larik-larik puisi, tetapi di dalam judulpun telah mencakup semua cerita yang ingin penyair ceritakan. Keindahan puisi 2,7 ini tergambar pada pelitnya kata yang digunakan yaitu hanya 7 kata, tapi mampu menghadirkan kekayaan makna kepada si pembaca. Dalam puisi 2,7 ini, kita ingat adanya hubungan sebab-akibat, dimana bait satu sebagai sebab dan bait 2 sebagai akibat serta judul sebagai masalah yang ingin diungkapkan si penyair. Tujuh kata merupakan penyempurnaan dari apa yang ingin diungkapkan, dimana dalam tujuh kata itu mewakili  setiap permasalahan atau fakta yang akan diceritakan. Tujuh kata itu ibarat 7 warna pelangi memiliki perbedaan tekstur tapi merupakan satu kesatuan yang dapat menjelaskan bahwa itu adalah pelangi. Dengan kata lain 7 kata itu mempunyai satu tujuan yaitu memberikan gambaran menyeluruh tentang judul yang kita hadirkan dalam puisi tersebut. Keajaiban di balik 2  larik, 7 kata dapat kita temukan di setiap puisi yang menghadirkan nilai estetiknya dalam kekuatan makna yang dimilikinya.
Dalam puisi Yang Maha Awal dan Maha Mengakhiri karya Darajtul Ula membuktikan keajaiban puisi 2,7. Penyair Darajtul Ula telah mampu menghadirkan estetika di balik kata yang kaya makna. Tidak perlu mengglamorkan kata untuk menghadirkan estetika. Dalam kesederhanaan pemilihan kata yang ia gunakan telah berhasil merias wajah puisinya menjadi sesuatu yang indah namun tetap calm. Ibarat kembang desa yang tanpa dirias dengan make up berbagai warna sekalipun, ia tetap bisa memancarkan keindahan yang natural, tampak ayu namun keindahannya layaknya putri dari negeri antah berantah. Perhatikan keindahan dari kesederhanaan puisi berikut.

YANG MAHA AWAL DAN MAHA MENGAKHIRI

Engkaulah waktu! gelap terang
Semesta, dalam genggaman-Mu

Tangerang, DU18032013

Pada puisi yang berjudul Yang Maha Awal dan Maha Mengakhiri di atas menghadirkan sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt. Pada puisi tersebut si penyair menggambarkan wujud Allah swt. dengan menghadirkan dua sifat Allah swt. pada judul tersebut. Yang Maha Awal dan Maha Mengakhiri itu merupakan sifat Allah, dimana Yang Maha Awal artinya Allah tidak ada permulaan atas wujudNya, jadi wujud atau adanya Allah swt. itu tidak pernah didahului oleh ketiadaan sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Yang Maha Mengakhiri artinya wujud Allah swt. tidak ada akhir atau penghabisannya, karena sesungguhnya Allah swt. itu Maha Kekal dan tidak ada nihayah atau puncak dari keakhiranNya. Hal itu dijelaskan dalam al-qur’an surat Al-Hadid ayat 3 yang artinya “Dia (Allah) adalah Maha Pertama, Maha Terakhir, Maha Terang dan Maha Tersembunyi juga Dia adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Dari kedua sifat yang berlawanan tersebut menunjukkan bahwa Allah itu kekal adanya tidak pernah didahului oleh ketiadaan sebelumnya dan tidak akan ada penghabisannya. Karena Allah swt. memang wajibul wujud yakni wajib adanya sehingga Allah swt. tidak pernah didahului oleh ketiadaan sebelumnya serta juga tidak pernah dihinggapi oleh kerusakan atau suatu kebinasaan. Hal tersebut juga ditegaskan pada qur’an surat Al-Qashas ayat 88 yang artinya “ Segala sesuatu itu pasti rusak, kecuali Allah swt.”
Selanjutnya di larik pertama dituliskan “ Engkaulah waktu! gelap terang”. Di sana tergambar bahwa Allah swt. adalah pemilik waktu, Dia kekal bahkan ketika manusia belum merasakan detak-detik waktu, Allah swt. telah lebih dahulu menguasai waktu. Ketika manusia telah ditelan waktu, Allah swt. tetap kekal dalam waktu. Itu merupakan bentuk dari kekuasaan Allah swt. Ia ada di dalam waktu. Ia juga mengatur perputaran waktu bahkan mengatur waktu yang dimiliki oleh manusia. Dari sisa-sisa ciptaanNya itu merupakan bukti yang sangat jelas, yang menunjukkan tentang adanya Allah swt. Allah swt. menerangkan semua yang ada di langit dan di bumi lewat gambaran nyata dari semua yang ada di alam. Itu merupakan maksud dari sifat Allah Yang Maha Terang. Allah swt. juga Maha Tersembunyi yang artinya bahwa Allah swt. adalah zat yang tidak dapat dicapai oleh panca indera serta tidak dapat pula diliputi oleh akal pikiran manusia. Akantetapi manusia bisa melihat adanya Allah dengan mengamati alam semesta yang merupakan hasil cipta Allah swt.
Bait kedua dituliskan lagi bahwa “semesta, dalam genggamanMu” yang merupakan penegas dari arti larik pertama. Allah swt. itu adalah semesta yang menciptakan dan memiliki segalanya. Semua yang ada di langit dan di bumi ada digenggamanNya. Dialah yang menguasai segalanya dan Dialah yang mengatur semuanya. Tak ada yang luput dari genggaman Allah swt. karena genggaman Allah swt. itu Maha Besar. Tak ada yang bisa menandingi kekuasaanNya. Bayangkan saja alam semesta yang sedemikian besar ada di tangan Allah swt. itu merupakan wujud dari kekuasaan Allah swt. Dan hal itu menunjukkan bahwa Allah Maha Awal dan Maha Mengakhiri.
Dari 7 kata dalam 2 larik puisi Yang Maha Awal dan Maha Akhir itu telah jelas menerangkan akan kedua sifat Allah swt tersebut. Darajtul Ula dengan kesederhanaan 7 kata yang ia pilih itu telah berhasil memuat keluasan arti dari dua sifat Allah swt tersebut dalam wadah yang sempit yakni 2 larik 7 kata. Pemilihan diksi yang digunakanpun sangat sederhana. Tidak ada kata yang berbau terlalu glamor dan berlebihan, namun maknanya amat kaya dan begitu luas. Itulah keajaiban 2 larik, 7 kata yang telah berhasil diolah oleh Darajtul Ula dalam rangkaian puisi singkatnya.
 Dari salah satu contoh puisi yang diciptakan oleh Darajtul Ula dapat kita tarik benang merah, bahwa keajaiban tidak hanya bisa kita ciptakan dengan sesuatu yang berlebihan, tapi keajaiban itu pun dapat kita ciptakan dari kesederhanaan. Hal itu terbukti dengan 7 kata yang termuat dalam puisi itu yang telah berhasil menggambarkan keseluruhan dari bentuk puisi. Ini juga membuktikan bahwa puisi itu adalah suatu karya yang pelit kata, namun kaya makna. Banyak orang-orang yang membubuhkan kata namun tak bermakna atau mungkin tak kaya makna, namun Darajtul Ula berhasil menghadirkan kata yang memiliki makna yang begitu luas. Begitulah bentuk kekuatan puisi 2,7 yang mengandalkan kekayaan makna dari 7 kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar