TUGAS AKHIR SEMSERTER
ANALSIS PUISI 2,7
Mata Kuliah :
Kajian Puisi
Dosen Pengampu :
Dr. Sudaryono, M.Pd
Disusun
oleh:
Nama :
Herti Gustina
NIM :
A1B112005
Semester/Kelas :
III/A
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
MEMAKNAI PUISI DARAJTUL ULA
(Yang Maha Awal Dan Maha Mengakhiri)
DALAM WADAH SEMPIT YANG PENUH MAKNA
Puisi
merupakan suatu gambaran tentang sesuatu yang dilayangkan di atas kertas dengan
coretan-coretan yang bermakna. Coretan tersebut bukanlah sekedar buangan tinta
yang sia-sia, tetapi merupakan saduran yang mampu mengubah dunia jika kita
mampu menelaah tiap bait yang tertera di dalam puisi. Dalam puisi kita tak
perlu berleha-leha dengan banyak kata. Cukup satu tapi mampu menggambarkannya
secara menyeluruh. Bukan sekedar kata indah yang dapat dilantunkan si penyair
dengan mimik yang memukau. Puisi menciptakan makna pada setiap keindahannya,
artinya keindahan itu muncul seiring dengan megahnya makna dalam setiap
lariknya. Puisi dapat dikatakan pelit kata, namun kaya makna. Indah dipandang
mata jika diterawang dari setiap pemilihan diksi yang berhasil diciptakan oleh
penyairnya. Padat namun kuat mungkin itulah yang dapat mendefinisikan arti
sebuah puisi.
Dalam
puisi 2,7 hal itu terbukti dengan adanya keajaiban 2 larik, 7 kata yang mampu
menggambarkan secara menyeluruh arti dari sesuatu yang ingin diungkapkan oleh
si penyair. Kekuatannya tidak hanya tergambarkan dalam larik-larik puisi,
tetapi di dalam judulpun telah mencakup semua cerita yang ingin penyair ceritakan.
Keindahan puisi 2,7 ini tergambar pada pelitnya kata yang digunakan yaitu hanya
7 kata, tapi mampu menghadirkan kekayaan makna kepada si pembaca. Dalam puisi
2,7 ini, kita ingat adanya hubungan sebab-akibat, dimana bait satu sebagai
sebab dan bait 2 sebagai akibat serta judul sebagai masalah yang ingin
diungkapkan si penyair. Tujuh kata merupakan penyempurnaan dari apa yang ingin
diungkapkan, dimana dalam tujuh kata itu mewakili setiap permasalahan atau fakta yang akan
diceritakan. Tujuh kata itu ibarat 7 warna pelangi memiliki perbedaan tekstur
tapi merupakan satu kesatuan yang dapat menjelaskan bahwa itu adalah pelangi.
Dengan kata lain 7 kata itu mempunyai satu tujuan yaitu memberikan gambaran
menyeluruh tentang judul yang kita hadirkan dalam puisi tersebut. Keajaiban di balik
2 larik, 7 kata dapat kita temukan di
setiap puisi yang menghadirkan nilai estetiknya dalam kekuatan makna yang
dimilikinya.
Dalam
puisi Yang Maha Awal dan Maha Mengakhiri karya Darajtul Ula membuktikan
keajaiban puisi 2,7. Penyair Darajtul Ula telah mampu menghadirkan estetika di
balik kata yang kaya makna. Tidak perlu mengglamorkan kata untuk menghadirkan
estetika. Dalam kesederhanaan pemilihan kata yang ia gunakan telah berhasil
merias wajah puisinya menjadi sesuatu yang indah namun tetap calm. Ibarat kembang desa yang tanpa
dirias dengan make up berbagai warna sekalipun, ia tetap bisa memancarkan
keindahan yang natural, tampak ayu namun keindahannya layaknya putri dari
negeri antah berantah. Perhatikan keindahan dari kesederhanaan puisi berikut.
YANG
MAHA AWAL DAN MAHA MENGAKHIRI
Engkaulah
waktu! gelap terang
Semesta,
dalam genggaman-Mu
Tangerang,
DU18032013
Pada
puisi yang berjudul Yang Maha Awal dan Maha Mengakhiri di atas menghadirkan
sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt. Pada puisi tersebut si penyair
menggambarkan wujud Allah swt. dengan menghadirkan dua sifat Allah swt. pada
judul tersebut. Yang Maha Awal dan Maha Mengakhiri itu merupakan sifat Allah,
dimana Yang Maha Awal artinya Allah tidak ada permulaan atas wujudNya, jadi
wujud atau adanya Allah swt. itu tidak pernah didahului oleh ketiadaan
sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Yang Maha Mengakhiri artinya wujud
Allah swt. tidak ada akhir atau penghabisannya, karena sesungguhnya Allah swt.
itu Maha Kekal dan tidak ada nihayah atau puncak dari keakhiranNya. Hal itu
dijelaskan dalam al-qur’an surat Al-Hadid ayat 3 yang artinya “Dia (Allah)
adalah Maha Pertama, Maha Terakhir, Maha Terang dan Maha Tersembunyi juga Dia
adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Dari
kedua sifat yang berlawanan tersebut menunjukkan bahwa Allah itu kekal adanya
tidak pernah didahului oleh ketiadaan sebelumnya dan tidak akan ada
penghabisannya. Karena Allah swt. memang wajibul wujud yakni wajib adanya
sehingga Allah swt. tidak pernah didahului oleh ketiadaan sebelumnya serta juga
tidak pernah dihinggapi oleh kerusakan atau suatu kebinasaan. Hal tersebut juga
ditegaskan pada qur’an surat Al-Qashas ayat 88 yang artinya “ Segala sesuatu
itu pasti rusak, kecuali Allah swt.”
Selanjutnya
di larik pertama dituliskan “ Engkaulah waktu! gelap terang”. Di sana tergambar
bahwa Allah swt. adalah pemilik waktu, Dia kekal bahkan ketika manusia belum
merasakan detak-detik waktu, Allah swt. telah lebih dahulu menguasai waktu. Ketika
manusia telah ditelan waktu, Allah swt. tetap kekal dalam waktu. Itu merupakan
bentuk dari kekuasaan Allah swt. Ia ada di dalam waktu. Ia juga mengatur
perputaran waktu bahkan mengatur waktu yang dimiliki oleh manusia. Dari
sisa-sisa ciptaanNya itu merupakan bukti yang sangat jelas, yang menunjukkan
tentang adanya Allah swt. Allah swt. menerangkan semua yang ada di langit dan
di bumi lewat gambaran nyata dari semua yang ada di alam. Itu merupakan maksud
dari sifat Allah Yang Maha Terang. Allah swt. juga Maha Tersembunyi yang
artinya bahwa Allah swt. adalah zat yang tidak dapat dicapai oleh panca indera
serta tidak dapat pula diliputi oleh akal pikiran manusia. Akantetapi manusia
bisa melihat adanya Allah dengan mengamati alam semesta yang merupakan hasil
cipta Allah swt.
Bait
kedua dituliskan lagi bahwa “semesta, dalam genggamanMu” yang merupakan penegas
dari arti larik pertama. Allah swt. itu adalah semesta yang menciptakan dan
memiliki segalanya. Semua yang ada di langit dan di bumi ada digenggamanNya.
Dialah yang menguasai segalanya dan Dialah yang mengatur semuanya. Tak ada yang
luput dari genggaman Allah swt. karena genggaman Allah swt. itu Maha Besar. Tak
ada yang bisa menandingi kekuasaanNya. Bayangkan saja alam semesta yang
sedemikian besar ada di tangan Allah swt. itu merupakan wujud dari kekuasaan
Allah swt. Dan hal itu menunjukkan bahwa Allah Maha Awal dan Maha Mengakhiri.
Dari
7 kata dalam 2 larik puisi Yang Maha Awal dan Maha Akhir itu telah jelas
menerangkan akan kedua sifat Allah swt tersebut. Darajtul Ula dengan
kesederhanaan 7 kata yang ia pilih itu telah berhasil memuat keluasan arti dari
dua sifat Allah swt tersebut dalam wadah yang sempit yakni 2 larik 7 kata.
Pemilihan diksi yang digunakanpun sangat sederhana. Tidak ada kata yang berbau
terlalu glamor dan berlebihan, namun maknanya amat kaya dan begitu luas. Itulah
keajaiban 2 larik, 7 kata yang telah berhasil diolah oleh Darajtul Ula dalam
rangkaian puisi singkatnya.
Dari salah satu contoh puisi yang diciptakan
oleh Darajtul Ula dapat kita tarik benang merah, bahwa keajaiban tidak hanya
bisa kita ciptakan dengan sesuatu yang berlebihan, tapi keajaiban itu pun dapat
kita ciptakan dari kesederhanaan. Hal itu terbukti dengan 7 kata yang termuat
dalam puisi itu yang telah berhasil menggambarkan keseluruhan dari bentuk
puisi. Ini juga membuktikan bahwa puisi itu adalah suatu karya yang pelit kata,
namun kaya makna. Banyak orang-orang yang membubuhkan kata namun tak bermakna
atau mungkin tak kaya makna, namun Darajtul Ula berhasil menghadirkan kata yang
memiliki makna yang begitu luas. Begitulah bentuk kekuatan puisi 2,7 yang
mengandalkan kekayaan makna dari 7 kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar