TUGAS
MENYELESAIKAN TUGAS DAN LATIHAN IV
Mata
Kuliah : Sastra Daerah Jambi
Dosen
Pengampu : Drs. Maizar Karim, M.Hum
Disusun
oleh:
Nama :
Herti Gustina
NIM :
A1B112005
Semester/Kelas : II/A
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
Tugas dan Latihan IV
1. Kemukakan
dan jelaskanlah pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan oleh peneliti dalam
mengkaji sastra Melayu!
Jawaban:
Pendekatan-pendekatan
yang telah dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji sastra Melayu yaitu sebagai
berikut.
1) Pendekatan
ekstrinsik, yang meliputi:
a. Pendekatan
antropologi-budaya
Pendekatan
antropologi-budaya dilakukan oleh Rassers dalam disertasinya De Panji-Roman (1922). Ia mengemukakan
bahwa cerita Panji itu mitos bulan dan matahari sebagai gambaran susunan masyarakat
Jawa yang terjadi dari dua golongan eksogami. Walupun kedua golongan itu saling
bermusuhan, namun karena susunan masyarakatnya, anak laki-laki atau perempuan
dari satu golongan tidak boleh mencari pasangan hidupnya dari golongannya
sendiri. Kedua golongan itu tukar-menukar pemuda dan gadisnya.
b. Pendekatan
sejarah
Pendekatan
ini dilakukan oleh Winstedt dab Wolters. Dalam pendekatan sejarah, teks-teks
literer dipakai sebagai sarana untuk studi sejarah.
c. Studi
agama
Penilaian
karya sastra yang tidak tepat menyebabkan pembakaran naskah-naskah Hamzah Fansuri
dan Syamsuddin al Samatrani yang faham wujudiyahnya ditentang oleh Nuruddin
al-Raniri yang berpegang teguh pada fahamtua dengan menganggap karangan Hamzah
Fansuri dan Syamsuddin sebagai ajaran kafir belaka. Pertentangan kedua golongan
tersebut menjadi bahan studi sarjana-sarjana, diantaranya Voorhoeve dan Naguib.
Voorhoeve
mengetengahkan bahwa yang ditetang Nuruddin itu bukan wujudiyah, melainkan
mereka yang telah mengubahnya menurut pandangan-pandangan kafir mereka.
Sedangkan Naguib membicarakan ide-ide ajaran Hamzah Fansuri yang menurut
pendapatnya umumnya diterima atau disajikan secara salah, sekaligus menempatkan
Hamzah Fansuri sebagai raja Melayu Klasik pada
tempatnya yang tepat di antara kaum sufi klasik terkemuka dalam tradisi
Islam.
2) Pendekatan
intrinsik yang meliputi:
a. Filologi
Filologi
merupakan taraf pendahuluan yang sangat penting bagi ilmu sastra. Ilmu sastra
yang bekerja dengan teks-teks itu diturunkan secara tertulis. Teks-teks yang diperbanyak
dengan berbagai tujuan dan sampai kepada kita dengan cara disalin-salin itu
pada umumnya merupakan bahan kasar yang tidak dapat begitu saja difahami atau
dipakai oleh para peneliti sastra. Mengenai hal tersebut, filologi berperan
sebagai ilmu bantu terhadap studi sastra.
b. Sejarah
sastra
Winstedt
sebagai ahli sejarah memandang sastra Melayu dari sudut sejarah tanah Melayu
dan menyusun bukunya tentang sejarah kesusastraan Melayu berdasarkan
lapisan-lapisan menurut sejarah dan kebudayaan tanah Melayu ialah sastra Melayu
asli, sastra hasil pengaruh India, Jawa dan Islam.
c. Studi
perbandingan
Studi perbandingan
didahulukan dari penelitian struktur sinkronis. Diteliti asal-usulnya sebuah
karya sastra, terutama dari luar setelah itu perkembangannya.
d. Ke
arah penelitian struktur
Tiap-tiap
hasil sastra itu tidak hanya berasal usul, tetapi juga mempunyai sejarah
kejadiannya. Artinya, tiap teks direka atau dilahirkan guna memenuhi suatu
fungsi. Fungsi ini akan memenuhi strukturnya.
2. Kenapa
Sila-sila Keturunan Raja Jambi dikatakan
historiografi tradisional?
Jawaban:
Karena
di dalam Sila-sila Keturunan Raja Jambi terdapat peristiwa yang ada dalam
catatan sejarah, seperti: hubungan antara Jambi dengan Pagaruyung, adanya
pengakuan Jambi terhadap kekuasaan Mataram, dan perpecahan Jambi menjadi dua
daerah yang bertikai. Di dalamnya juga terdapat penyebutan nama-nama tempat
yang ada dalam pengertian geografis, seperti Turki, Tanjung Jabung, Jambi,
Pagaruyung, Jawa dan sebagainya. Di sana juga dijumpai penyebutan nama-nama
historis, seperti Sultan Maharaja Batu, Sultan Taha, Mahmud Fakhruddin, dan
lain-lain. Semua unsur tersebut merupakan sumber sejarah.
3. Carilah
sebuah judul teks sastra Melayu yang sudah diedisi (disunting) di perpustakaan.
Buatlah pengkajian terhadap teks tersebut dalam bentuk makalah!
Jawaban:
MAKALAH
PENGKAJIAN TERHADAP TEKS SASTRA
Mata Kuliah : Sastra Daerah Jambi
Dosen Pengampu : Drs. Maizar Karim, M.Hum
Disusun
oleh:
Nama : Herti Gustina
NIM : A1B112005
Semester/Kelas : II/A
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
|
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang mana kita masih diberikan
kesempatan untuk dapat menggali ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam menghadapi
dunia modern yang terus melaju mengikuti arus perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Kemudian
ucapan terima kasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, baik berupa sarana dan prasarana maupun berupa
ide-ide atau gagasan-gagasan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Adapun
makalah ini membahas mengenai pengkajian sastra Melayu. Teks sastra Melayu
Bukit Sanggar Puyuh mengkaji sastra dengan menggunakan pendekatan sejarah.
Dimana di dalamnya terdapat sejarah kebudayaan Melayu. Ini penting untuk kita
pelajari agar dapat mengkaji teks sastra Melayu.
Demikianlah
yang dapat penulis sampaikan, apabila ada kesalahan dan kekurangan penulis
mohon maaf. Kritik maupun saran dibuka
demi perbaikan makalah ini untuk selanjutnya.
Atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................
i
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................
1
1.1
Latar Belakang.............................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................
1
1.3
Tujuan dan
Manfaat Penulisan.....................................................................
2
1.4
Tinjauan Pustaka..........................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN...................................................................................
3
2.1
Teks Sastra
Melayu “Pendekar Bujang Senaya”..........................................
3
2.2
Pendekatan yang
Digunakan dalam Pengkajian Sastra Melayu..................
5
2.3
Manuscript Kisah
Bukit Sanggar Puyuh......................................................
6
BAB
III PENUTUP...........................................................................................
8
3.1
Kesimpulan..................................................................................................
8
3.2
Saran............................................................................................................
8
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................
9
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengkajian
terhadap sastra Melayu hingga sekarang dilakukan menurut pendekatan ekstrinsik
dan intrinsik. Pendekatan intrinsik tersebut meliputi: pendekatan
antropologi-budaya, pendekatan sejarah, dan studi agama. Sedangkan pendekatan
intrinsik meliputi: filologi, sejarah sastra, dan studi perbandingan.
Pada
cerita Bukit Sanggar Puyuh menggunakan pendekatan sejarah. Dimana dalam cerita
tersebut menceritakan asal-usul nama Bukit Sanggar Puyuh. Di dalamnya juga
terdapat pengaruh asing ke dalam sastra Melayu, namun tetap menjaga kepribadian
dari sastra Melayu itu sendiri.
Pendekatan
sejarah ini dikemukakan oleh Windtedt sebagai ahli sejarah yang memandang
sastra Melayu dari sudut sejarah Tanah Melayu dan menyusun bukunya tentang
sejarah kesustraan Melayu berdasarkan lapisan-lapisan menurut sejarah
kebudayaan Tanah Melayu. memang di dalam sastra Melayu tampak adanya unsur
sastra asing, tetapi harus diakui bahwa sastra Melayu bukan hanya ramuan pengaruh
asing akantetapi unsur kepribadian Melayu tetap merupakan lapisan dasar dan
menyeluruh sepanjang teks.
1.2 Rumusan Masalah
Agar
tidak terjadi penyimpangan atau kerancuan dalam makalah ini, maka dibuatlah
rumusan masalah sebagai batasan-batasan yang akan dibahas. Adapun rumusan
masalah pada makalah ini di antaranya sebagai berikut:
1. Teks
sastra Melayu Bukit Sanggar Puyuh;
2. Pendekatan
Sejarah dalam cerita Bukit Sanggar Puyuh; dan
3. Manuscript
kisah Bukit Sanggar Putuh.
1.3 Tujuan dan
Manfaat Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini ialah agar baik pembaca maupun penulis dapat
mengetahui tentang pengkajian dalam teks sastra Melayu. Sedangkan manfaat dari
penulisan makalah ini yaitu agar baik pembaca maupun penulis dapat:
1.
Mengetahui teks
sastra Melayu Bukit Sanggar Puyuh;
2.
Memahami
pendekatan sejarah dalam mengkaji cerita Bukit Sanggar Puyuh; dan
3.
Memahami
manuscript cerita Bukit Sanggar Puyuh.
1.4 Tinjauan Pustaka
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan telaah pustaka dan
pencarian ke media internet materi dan sumber yang dibahas dalam makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Teks Sastra Melayu
“Bukit Sanggar Puyuh”
Dinamakan
Bukit Sanggar Puyuh karen di sekitar kaki bukit itu sebagian orang memikat
puyuh. Ceritanya adalah sebagai berikut.
Kerajaan
Jambi adalah kerajaan merdeka dan berdaulat, aman dan makmur. Pemukiman
penduduk berupa desa-desa dan dusun-dusun kecil di kiri-kanan Sungai
Batanghari. Tidak ada rakyat manapun yang merasa dilayani oleh Baginda Raja.
Raja Jambi memberikan kebebasan kepada rakyat-rakyatnya, hanya saja hubungan
keluar saja yang tidak diperbolehkan. Masa itu kerajaan Jambi memberikan otonom
kepada kerajaan kecil itu.
Hubungan
Kerajaan Jambi dengan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya amat erat. Hingga
akhirnya hubungan kedua kerajaan itu tergenggu. Pasalnya sepele, perbuatan Raja
Johor dinilai memalukan Raja Jambi, maka malu dibayar malu. Perkawinan Raja
Johor dengan putri Baginda Raja yang tidak dilaksanakan menurut adat Jambi
telah merupakan penghinaan. Rakyat pun tak tinggal diam.
“Ya...,
Johor menghina Jambi, Johor akan kita ajar walau tidak melalui peperangan
karena peperangan hanya akan menyengsarakan rakyat kedua belah pihak”, ujar
Baginda Raja dalam suatu rapat.
“lalu...,
bagaimana cara kita menembus malu?”, ujar salah seorang rakyat.
“Kita
kirim mata-mata. Kita mesti tahu pasti kekuatan lawan dan senjata apa yang
mereka gunakan”, jawab Raja.
“Berarti
akan kita serang?”
“Tidak,
hanya memberikan pelajaran. Saya rasa tugas ini dapat dipercaya kepada Kerajaan
Bungin Petar.”
3
|
Panglima
Beremban Besi pun mencari teman yang dapat dipercaya untuk membantunya
mengemban tugas tersebut. selama berminggu-minggu ia mencari kesana-kemari.
Akhirnya dia bertemu Datuk Suridiraja yang akan membantunya.
Datuk
Suridiraja lalu membawa hulubalang tangguh yaitu, Datuk Panglima Anggun yang
berasal dari Kerajaan Aurcino dan Datuk Puyug Pekak berasal dari Kerajaan
Sengalau.
Mereka
kemudian menemui Baginda Raja. Baginda Raja pun menyambut hangat kedatangan
keempat hulubalang dan ahli perang dari udik itu. Katanya “Berangkatlah!
Usahakan jangan sampai rakyat banyak yang menjadi korban di negeri Johor yang
menjadi korban, cukup menghukum rajanya saja.”
Sebelum
berangkat, mereka berdiskusi. Dari mata-mata yang dikirm Johor diperdapat
penjelasan bahwa bentengnya amat kuat dan dindingnya tinggi. Pintunya tidak
mudah dibuka. Untuk menghadapi hal itu mereka sepakat membawa meriam besar.
Pelurunya bukan sembarang peluru, tetapi pelurunya Datuk Puyung Pekak karena
memang telinganya tuli dan badannya yang kuat kebal. Setelah dirinya sebagai
peluru jatuh ke dalam benteng musuh, dia akan membuka pintu benteng agar yang
lainnya juga bisa masuk.
Rencana
begitu memang mereka wujudkan. Akantetapi usaha untuk bertemu Raja Johor gagal.
Sekali lagi meriam yang pelurunya Datuk Puyung Pekak ditembakkan. Sayang,
peluru itu tidak menepati janji. Dia berleha-leha dengan gadis-gadis di sana.
Setelah
berjam-jam menanti, timbul kekhawatiran ketiga hulubalang tersebut. berkata
Datuk Beremban Besi, “Kita hulubalang, bukan? Datuk Puyung Pekak tentu telah
ditawan musuh. Karena itu, mari kita sam-sama menerjang benteng itu. Kita
tumpahkan segala kekuatan lahir-bathin kita.”
4
|
Pasukan
tambahan didatangkan oleh Panglima Johor. Keempat hulubalang pun membumi
hanguskan rumah-rumah disekitar benteng. Hanya sebuah rumah kecil di luar
benteng yang sedikitpun tidak terjilat api.
“Ada
api di dalam rumah itu?” tanya datuk Suridiraja. “kukira ada benda keramat di
dalamnya.
Betapa
gembiranya mereka karena benda keramat itu bukan sembarang benda. Dia adalah
anak perempuan berumur 8 tahun. Cantik sekali, kulitnya kuning langsat,
rambutnya ikal mayang, dan ada lesung pipit di pipinya.
“Tugas
kita selesai. Gadis ini kita bawa ke Jambi. Akan kita serahkan kepada Raja
Jambi”, kata Panglima Anggun Beremban Besi.
Sesampai
di Istana Raja Jambi, mereka disambut dengan upacara kebesaran. Tidak kepalang
sukacita Baginda Raja atas keberhasilan misi keempat hulubalang pilihan itu. Katanya
saat menutup upacara “Gadis Johor ini saya serahkan kepada kalian berempat.
Asuh dan didik baik-baik. Anak inilah kelak akan mengeratkan tali persahabatan
kita dengan Johor, sehingga tidak lagi timbul dendam kesumat dikemudian hari.”
Si
Gadis Cilik, begitu mereka menamakan anak itu dan mereka bawa ke Kerajaan
Bungin Petar. Di sana di kaki bukit yang jauh dari pusat kerajaan, gadis itu
dibawa melihat orang memikat puyuh. Di sana Si Gadis Cilik memikat puyuh bahkan
belajar baca-tulis dan mengaji.
Sekarang
bukit itu dinamakan Bukit Sanggar Puyuh. Sebuah bukit yang dongennya sering
dituturkan orang.
2.2 Pendekatan Sejarah
dalam Cerita Bukit Sanggar Puyuh
5
|
Pada
cerita Bukit Sanggar Puyuh menceritakan sejarah asal-usul nama Bukit Sanggar
Puyuh. Di sekitar kaki Bukit tersebut
sebagian orang memikat dan mengadu puyuh. Di cerita tersebut juga menceritakan
sejarah kekerabatan antara Kerajaan Melayu di Jambi dan Kerajaan Johor di
Malaysia.
2.3 Manuscript Kisah Bukit Sanggar
Puyuh
a.
Metode
Kajian
Pengkajian pada cerita
Bukit Sanggar Puyuh ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Dimana
data-data tentang tema dan fungsi cerita dipaparkan apa adanya. Terhadap
data-data itu dilakukan analisis content. Pendekatan yang digunakan dalam
kajian ini adalah pendekatan objektif melalui teori struktural. Artinya, data
dalam penelitian ini diperoleh dari manuscript Bukit Sanggar Puyuh itu sendiri,
tidak melalui studi lapangan yang berupa kuesioner, wawancara, dan lain-lain.
b.
Tema
cerita
6
|
Masalah
yang terjadi dalam cerita tersebut yaitu dimana Kerajaan Jambi dan Kerajaan
Johor yang dulunya akrab kemudian berselisih karena suatu sebab. Raja Jambi
merasa telah dihina oleh Raja Johor. Kemudian Raja Jambi menghukum Raja Johor
dengan membumi hanguskan benteng Kerajaan Johor dan disanalah keempat
hulubalang menemukan Si Gadis Cilik.
c.
Fungsi
Cerita
Adapun fungsi cerita
tersebut yaitu berfungsi untuk mendidik. Ada beberapa unsur yang mengisyaratkan
fungsi pendidikan pada kisah Bukit Sanggar Puyuh, antara lain:
-
Jalinlah
hubungan yang baik dengan bangsa lain. Seperti dalam cerita di atas, Kerajaan
Melayu Jambi berhubungan erat dengan Kerajaan Johor.
-
Jangan melakukan
peperangan yang akan menghancur seluruh masyarakat. Seperti yang dilarang Raja
melayu Jambi kepadda keempat hulubalangnya untuk tidak melakukan peperangan
yang akan mengorbankan rakyat Johor. Dia hanya ingin menghukum Raja Johor saja.
-
Janganlah
tergoda kepada keindahan dunia sehingga melupakan suatu janji yang telah
diucapkan. Seperti Datuk Puyung Pekak yang diamanahkan untuk membuka pintu
benteng Kerajaan Johor. Dia malah melupakan janjinya dan tergoda oleh
gadis-gadis Johor.
-
Didiklah
anak-anak dengan ilmu yang bermanfaat. Seperti yang diperintahkan Raja Melayu
Jambi kepada keempat hulubalang untuk mengajarkan Si Gadis Cilik baca-tulis dan
mengaji.
7
|
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam
cerita Bukit Sangkar Puyuh mengkaji teks sastra Melayu dengan menggunakan
pendekatan sejarah. dalam cerita ini menceritakan asal usul Bukit Sangkar Puyuh
dan juga hubungan kekerabatan Kerajaan Melayu Jambi dan Kerajaan Johor. Dalam
cerita ini juga menceritakan kebijaksanaan Raja Jambi dalam mengambil
keputusan.
Pendekatan
sejarah ini dilakukan dengan mengkaji teks sastra berdasarkan lapisan-lapisan
menurut sejarah dan kebudayaan Tanah Melayu. pendekatan ini dikemukan oleh
Windsedt sebagai ahli sejarah yang memandang sastra Melayu dari sudut sejarah
Tanah Melayu dan menyusun bukunya tentang sejarah kesusastraan Melayu.
3.2 Saran
Pengkajian
teks sastra Melayu dapat dilakukan dengan pendekatan intrinsik dan pendekatan
ekstrinsik. Cerita Bukit Sangkar Puyuh dapat dikaji dengan menggunakan
pendekatan sejarah. Hal ini patut untuk
kita ketahui untuk dapat mengkaji teks sastra Melayu. Dalam penyusunan makalah
ini, penulis menyadari banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kritik maupun
saran sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Mailoeddin,
dkk. 1994. Budaya Daerah Jambi.
Jambi: PT. Rakyan Putra.
Karim,
Mizar. 2005. Pengkajian Sastra Melayu.
Jambi: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar